Ngantuk Yang Nggak Kelar Kelar

Sewaktu masih mengantor dulu (mmmm sebenernya sampai sekarang juga sih), saya sering sekali mengantuk di kantor. Sampai mau reply email rasanya pengen merem dulu 3 menit saja. Belom lagi kalaiu diajak meeting, haaaaah rasanya pengen bawa sleeping bag ke ruang meeting. Belom lagi meetingnya abis jam makan siang, tambah ngantuk tuk tuk tuk.

Tadinya sempat aneh, kok ngantuk melulu padahal saya nggak doyan begadang. Boro-boro begadang. Dulu jam 9 malem udah masuk selimut. Pagi pun nggak pernah pagi-pagi amat bangunnya. Sementara beberapa dari kita sudah menuju kantor, saya jam 6 pagi itu baru bangun tidur. Jadi kalau ditotal-total, saya tidur rata-rata 9 jam per hari. Kurang tidur dari Hongkong??

Read More

Bang Nebeng dong Bang Kesitu tu…..

Saya termasuk orang yang jarang menggunakan transportasi umum. Buat saya, transportasi umum di kita belum dapat diandalkan sebagai kendaraan yang aman untuk digunakan sehari-hari baik dari sisi keamanan saya sebagai pengguna (copet, orang iseng, dll dll) juga dari sisi waktu. Saat kita perlu datang tepat waktu ke meeting, ke kantor, jemput anak, atau sekedar janjian sama teman, transportasi umum rasanya masih sulit untuk diandalkan menolong kita tepat waktu sampai tujuan.

Namun tak dapat dipungkiri kalau kemacetan makin lama makin menyesakkan. Saya sebetulnya betah berlama-lama di mobil sendiri, asal ada AC, air minum dan lagu. Saya jarang sekali ngomel karena macet. Bahkan kadang-kadang, saya menikmati waktu-waktu menyetir sendirian sebagai me-time yang lumayan berharga di tengah-tengah kesibukan saya sebagai ibu dan pengusaha kecil-kecilan yang banyak acara, hehe.

Sayangnya, kemacetan saat ini mulai tak bisa lagi dinikmati sebagai me-time. Walaupun duduk dan menyetirnya tak repot untuk saya, namun sungguh banyak waktu saya yang terbuang di jalan. Mestinya bisa ke 4 tempat dalam sehari, sekarang hanya bisa ke 2 tempat itu pun pake telat nyampenya. Sungguh buang-buang waktu.

Read More

Hotel Chanti Semarang : lokasi & harga terbaik

Semarang memang bukan kota yang familiar buat saya. Tak seperti Bali atau bahkan Jogja. Bisa dihitung dengan jari berapa kali saya ke Semarang dalam 5 tahun belakangan ini. Hmm, 3 kali. Iya, 3 kali. Yang satu kali karena jalurnya kebetulan saya lewati saat akan road trip ke Surabaya, yang satu lagi singgah karena saya ingin mengunjungi Lasem, dan kunjungan saya yang terakhir adalah saat bersama banyak bloggers lain diundang mengunjungi pabrik Sido Muncul dalam rangka #SidoPiknik baru-baru ini.

Berhubung perjalanan ini di-arrange oleh penyelenggara maka saya tak intip-intip hotel apa yang akan kami inapi selama 2 malam di Semarang, saya cuma baca itinerary sekilas kemudian packing singkat dan siap berangkat.

Read More

Buka Resto Nggak Cuma Soal Modal Gede

Sebagai warga Bandung, hampir setiap minggu saya melihat ada tempat makan baru, be it coffee shop, resto, bistro maupun café. Seneng? Tentu saja, karena banyaknya tempat makan baru ini membuat saya nggak akan kehabisan bahan untuk menulis di surgamakan.com dan posting Instagram di @surgamakan.

Walaupun saya tidak lagi menerima undangan makan, undangan review atau pun endorse, tapi datang ke tempat-tempat makan baru (hampir) selalu saya lakukan. Kadang karena serius pengen coba makanannya, kadang cuma penasaran aja apa sih bedanya satu tempat dengan tempat yang lain.

Read More

Bliss Surfer Bali : Buat Liburan Selanjutnya

Dipikir-pikir, salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan orang sama saya mungkin adalah “hotel di Bali yang enak apa ya Say?”. Tentu saya ini pertanyaan paling banyak kedua setelah pertanyaan pertama yang “kapan nambah anak lagi?”.

Pertanyaan pertama sih udah jelas malas jawab, tapi pertanyaan kedua tentu saja selalu saya jawab dengan senang hati.

Kalau kamu tanya hotel apa di Bali yang strategis, deket ke tempat makan, deket ke tempat nongkrong, tidak terlalu jauh dari pantai, kolam renangnya cakep, dan harganya tidak terlalu mahal makan Bliss Surfer di Kuta adalah jawabannya.

Read More

Kenapa #GerakanKakiDiAtasMejaTiap Jumat Sekarang Tanpa Meja?

Tanpa terasa, kayaknya main-mainan posting kaki ini sudah hampir tiga tahun saja. Dari cuma iseng posting foto kaki di atas meja kantor dalam rangka merayakan datangnya weekend, sampai sekarang keterusan.

Sebentar, kalau belum tau alasan kenapa saya suka posting foto kaki setiap hari Jumat, kamu perlu baca ini dulu.

Trus beberapa bulan ke belakang banyak yang tanya, katanya #GerakanKakiDiAtasMejaTiapJumat, kok nggak ada mejanya?

Read More

2016, Kamu Brengsek!

Begitulah yang terus menerus saya dengar terutama menjelang akhir tahun ini. Selain brengsek, 2016 juga dianggap banyak bawa sial, bawa susah dan banyak yang tak sabar agar dia segera berakhir. Meninggalnya Carrie Fisher yang membuat nyaris semua orang di timeline (path & twitter terutama) sedih ternyata nggak cukup untuk membuat 2016 menjadi beneran brengsek. Karena tak lama kemudian Debbie Reynolds, ibunya Carrie meninggal pula karena katanya saking sedihnya.

Nggak cukup, George Michael, penyanyi kesukaan saya sejak kecil juga meninggal di 2016. Mendengar Careless Whisper dan Faith tak lagi terasa sama. Nggak tanggung-tanggung, meninggalnya pas Natal pula, lagu Last Christmas ternyata beneran Last Christmas untuknya.

Nggak cuma yang meninggal-meninggal, timeline Twitter super nyebelin pula di taun 2016. Pilkada DKI yang kemudian beritanya diteruskan dengan berita-berita sentimen agama, sentimen ras, intoleransi, kekerasan, pembunuhan, perampokan. You name it. Apa yang 2016 nggak punya? Semua ada. Gempa, banjir, Aleppo, Dian Sastro potong rambut pendek tapi tetep cantik aja, Keenan Pearce punya pacar baru. Apalagi?

Read More

Lasem : Menelusuri Kisahnya Dalam Satu Hari

fullsizerender

Begitulah yang tertera di sebuah tembok yang kami temui di Karangturi, Lasem, Kabupaten Rembang. Menurut Pak Ramelan, guide kami hari itu, warga asli Lasem memang banyak yang sudah hijrah ke kota-kota besar seperti Semarang, Jakarta, Surabaya dan lain-lain tanpa menjual rumah peninggalan keluarganya di sana. Alhasil ada banyak rumah tua yang ditinggalkan hanya dengan penunggunya saja. Penunggu ini adalah orang-orang yang sudah bekerja pada pemilik rumah selama bertahun-tahun. Pemilik rumah menolak menjual rumahnya karena mereka percaya bahwa keberadaan rumah inilah yang membuat mereka berhasil dalam usaha-usahanya.

Read More

Toleransi yang Teori Bukan yang Praktek

Malam itu, 4 November 2016 saya sedang ada di Bali, dan anak saya satu-satunya si Biyan ada di rumah, di Bandung. Suasana berlibur saya diwarnai dengan intip-intip timeline twitter dan berita-berita seputar aksi (katanya) damai yang terjadi di Jakarta selepas salat Jumat. Lepas maghrib, berita-berita  mulai mencekam. Aksi (katanya) damai kemudian dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan dan tindakan kriminal di jalanan dan sempat terlintas kabar bahwa sayangnya (lagi-lagi) bawa-bawa urusan etnis Cina.

Read More