Dari Mana Datangnya Food Blogger?

Beberapa hari belakangan ini netyzen lagi kompak banget membahas seorang food blogger/vlogger yang berkesan enggan membayar saat makan, bahkan berharap dijamu oleh pemilik tempat makan. Ditambah lagi dengan perkataan katanya review yang bisa diberikan nilainya tak ternilai! Memang bisa bayar berapa kalau mau bayar?

Ya komentar begitu di tempat umum sih habis dirujak ya oleh netyzen. Komentar kemudian melebar menjadi “ah makanan yang di-review pun nggak enak kok, ternyata bayaran”, “ah kirain mau bantu memajukan UMKM, ternyata bayaran juga”.

Saya sih jelas tidak setuju dengan perkataan “review ini tak ternilai harganya” apalagi kalau ditambah “memangnya bisa bayar berapa?”. Tapi perihal postingan yang dibayar, kita mungkin lupa bahwa kita-kita juga yang membuat para food vlogger ini kemudian punya audiens yang banyak, kita juga yang membuat pendapat mereka jadi “didengar”. Ya audiens-nya juga yang membuat banyak pemilik tempat makan mau membayar mereka untuk mencoba makanan dan kemudian di-review. Apalagi dengan adanya testimoni “sejak didatangi food vlogger A”, dagangan saya semakin laris!

Kemudian sampailah kita pada pertanyaan “memangnya salah ya kalau terima bayaran untuk review makanan?”

Read More

Dewasa + Bijak = Sulit

Semasa muda dulu saya tumbuh dari anak kecil sampai remaja tanggung dan akhirnya remaja beneran yang suka khawatir kalau mengungkapkan apa yang ada di hati dan kepala saya. Takut salah, takut orang tersinggung, takut diterimanya lain, takut dibilang jahat, dan takut-takut lainnya. Yang kemudian pada akhirnya banyak pendapat dan pemikiran yang saya simpan untuk diri sendiri, atau setidaknya hanya dibagi bersama teman dekat saja.

Akibatnya?

Read More

Mau Bikin Semua Orang Senang? Jangan Jualan Makanan.

Butuh waktu lama bagi saya untuk menyadari bahwa membuka usaha, terutama usaha makanan (karena kebetulan saya jualannya makanan) memang tidak mungkin membuat semua orang senang.

Sejak menulis soal makanan di surgamakan dulu, saya menyadari bahwa makanan adalah satu hal yang sangat relatif. Itu sebabnya saya nggak pernah menulis tentang makanan yang nggak enak. Nggak enak ya diem-diem ajalah, kecuali teman dekat yang japri, baru saya bilang. Lagipula buat saya, sering kali makanan itu bukannya nggak enak tapi nggak cocok sama selera kita.

Waktu pertama kali membuka @ciciclaypot dulu, saya suka kepikiran sampe ga bisa tidur (oke ini dusta) kalau ada yang bilang “makanan lo kurang enak hari ini” atau “kok kuah mie lebih asin daripada biasa?” Atau “ah kalau bukan lo yang masak, rasanya kurang sip. Biasanya saya kemudian segera inspeksi ke dapur mencari apa yang salah. Biasanya pula saya tidak menemukan yang salah, semua dikerjakan sesuai standar, masakan dimasak sesuai takaran yang biasa. Perlu waktu lumayan lama untuk saya kemudian menyadari bahwa memang tidak ada yang salah, tapi makan memang tidak pernah hanya urusan di lidah dan mulut saja.

Read More

Kopi, Seni dan Kita-kita yang Tidak Mengerti

Pernahkah kamu masuk ke coffee shop, lalu bingung mau pesan apa? Kemudian pesan espresso dan kaget karena datengnya dalam cangkir yang sangat kecil dan pas diminum naudzubillah pahit!

Atau pernahkah kamu pesan secangkir coffee latte karena kamu pikir “ah ini ada susunya, pasti tidak terlalu pahit”, tapi kemudian ternyata masih pahit juga sehingga kamu terpaksa minta gula cair tambahan pada baristanya?

Atau mungkin kamu pernah duduk di sebuah kedai kopi sambil menguping obrolan bar antara barista atau pemilik kedai dengan konsumen lain tentang bagaimana biji kopi yang ini “body banget” “note-nya terasa banget” atau “over roasted” atau “karakter kopi daerah sana emang begitu sih”

Contrast Coffee Bandung, Februari 2021
Read More

Situasi : Survival Mode

Pernah nggak bertanya-tanya kenapa di masa (mestinya) sulit berjualan makanan karena banyaknya regulasi yang berkaitan dengan protokol kesehatan ini (yes yes those magic words) kok masih ada aja teman-teman pengusaha makanan yang buka usaha baru? Usaha baru ini bukan dalam bentuk berjualan makanan frozen ya, tapi usaha buka tempat makan baru, buka tempat ngopi baru. Entah kalau di kota-kota lain, kalau di Bandung sih adanya drama pandemik ini nampaknya tidak (terlalu) menyurutkan hasrat para pengusaha untuk membuka tempat makan baru.

Read More

Apa Yang Normal Dari New Normal?

Waktu pertama tau bahwa harus diam di rumah untuk 2 minggu kemudian jadi 1 bulan kemudian jadi 2 bulan, saya pikir saya akan menghasilkan beberapa tulisan di blog. Baik tulisan baru maupun tulisan-tulisan perjalanan yang tertunda. Nyatanya waktu saya habis untuk berjualan frozen food-nya Cici Claypot, untuk Netflix-an, untuk video call-an dengan teman-teman dekat, untuk tidur siang berlama-lama, juga untuk meratapi situasi kok begini-begini amat.

Tapi gapapa, katanya pandemi ini nggak membuat kita harus produktif terus-terusan. Udah bisa survive aja udah bagus.

Saya pernah ngetweet ini beberapa hari sebelum Lebaran ;

Pesan Untuk Rayes Mahendra yang Tak Centang Dua

Rayes,

Pagi itu aku terbangun dan langsung ingat kamu. Tumben-tumbennya di tengah wabah yang melanda dan situasi yang kian ajaib ini aku tak mendengar sedikit pun pesanmu di handphone-ku. Tapi begitu message whatsapp ku bahkan tak centang dua dan last seen whatsapp mu 19 Maret 2020 lalu kakiku udah lemes duluan. Ditelpon pun nggak nyambung sama sekali, di SMS apa lagi.

Read More

1001 Sudut Pandang

Seperti biasa judul postingan harus lebay agar supaya mengandug click bait seperti media-media nasional. Padahal maksud saya bukan harus punya 1001 sudut pandang, yang penting lebih dari 1 aja. Karena orang yang punya sudut pandang cuma satu itu artinya miskin.

Kenapa sih biasanya ngomongin jalan-jalan dan makanan enak kok sekarang jadi ngomongin sudut pandang?

Read More

Budget ke Ho Chi Minh City buat 4D3N

Vietnam ini sudah ada dalam bucket list saya sejak…. wah lama deh pokoknya. Awalnya sih pengen ke Hanoi, karena kabita liat foto-foto di Halong Bay yang sudah masuk ke UNESCO World Heritage Site itu. Tapi baru-baru ini saya baru aja pulang dari Labuan Bajo dan living on board di sana selama 2 malem jadi rasanya ke Halong Bay entar-entaran ajalah ya.

Kemudian saya ngintip-ngintip Ho Chi Minh City yang ternyata eh kok menarik juga. Saya suka jalan-jalan yang santai berisi makan-duduk-ngopi-makan-duduk-ngopi soalnya. Dan tentu saja saya penasaran untuk mencoba langsung Vietnam Drip langsung di tempatnya.

Read More

Menengok Gili (dan Lombok) Setelah Gempa 7SR

Gempa berkekuatan 5-7 SR yang menimpa Lombok akhir Juli dan Agustus 2018 lalu memang meluluhlantakkan kehidupan pariwisata Lombok. Termasuk juga area Gili Trawangan, Meno dan Air yang biasanya ramai dikunjungi turis. Ya gimana engga, mau berlibur ke pulau kan jadi ekstra khawatir, ngeri gempa, ngeri tsunami, dan ngeri kalau keduanya terjadi, evakuasinya gimana?

Read More