“Nah bisa juga jadi gini nih”, begitu kata Pak Irwan Hidayat, Presdir PT Sido Muncul sambil menunjuk kalung yang saya pakai ketika saya dan beberapa teman blogger lain tiba di Rawa Pening hari itu. Tadinya saya kira kami hanya akan diajak ke pabrik Sido Muncul saja, tapi kenapa tiba-tiba jadi ngomongin kalung saya ya?
Ternyata, sebelum kunjungan ke pabrik Sido Muncul sendiri, Pak Irwan dan teamnya di Sido Muncul mengajak kami ke Rawa Pening untuk memperlihatkan problem yang saat ini ada di sana. Rawa Pening adalah sebuah danau alam berluas sekitar 2670 hektar. Saking luasnya, Rawa Pening mencakupi luas 4 buah kecamatan di Kabupaten Jawa Tengah yakni Ambarawa, Bawen, Tungtang dan Banyubiru.
Cantik kan? Apalagi siang hari itu langit pas biru-birunya dan awan bergumpal-gumpal cantik. Biasanya kalau lihat pemandangan begini saya suka tak tahan ingin nyebur. Tapi kali ini enggak, karena selain gambar cantik yang kamu lihat barusan, di samping danau ini ada ekskavator yang sedang mengangkur eceng gondok dari rawa dan membuangnya ke tepi rawa.
Yes, inilah masalah Rawa Pening yang cukup bikin pening. Populasi Eceng Gondok meledak hampir tidak terkendali di sana. Bayangkan saja, 1 buah pohon akan memerlukan ruang sebesar 1 meter persegi dalam waktu hanya 23 hari saja. Dari luasnya yang 2670 hektar tadi, 1800 hektarnya sudah tertutup eceng gondok. Dan problem lainnya adalah tanaman gulma ini mengakibatkan sedimentasi atau pendangkalan yang membuat Rawa Pening kian lama kian dangkal plus juga meracuni ikan-ikan yang hidup di sana.
Kebayang kan kalau eceng Gondok ini dibiarkan hidup di sana?
Eceng Gondok sebetulnya bukan nggak ada gunanya juga, selama ini sudah dipakai sebagai bahan kerajinan (tas, kalung -pantesan Pak Irwan menunjuk kalung saya tadi-, keranjang, dan lain-lain), pupuk dan bio gas. Namun tetap saja tidak bisa mengatasi masalah eceng gondok yang terus menerus bertumbuh dan memenuhi Rawa Pening.
Sido Muncul sebagai salah satu perusahaan jamu terkemuka yang kebetulan pabriknya berada di dekat Rawa Pening kemudian mengupayakan agar Eceng Gondok ini bisa diberdayakan menjadi bahan bakar mesin di pabrik Sido Muncul. Dengan demikian, tercapai 2 tujuan dengan satu kali kerja, yaitu mendapatkan energi bahan bakar pabrik yang baru dan murah (otomatis mengurangi biaya oeprasional pabrik), dan juga memberdayakan eceng gondok tersebut. Dengan kata lain eceng gondok tidak hanya dibuang begitu saja, tapi malah berguna.
Di pabrik Sido Muncul kami kemudian diajak melihat proses bagaimana Eceng Gondok ini diubah menjadi food pelette yang kemudian akan menjadi bahan bakar mesin.
Agak terpesona juga sih melihat bahan bakar dari eceng gondok ini ternyata sudah bisa memenuhi 50% dari kebutuhan bahan bakar pabrik Sido Muncul (sisanya mendapatkan bahan bakar dari ampas jamunya sendiri). Sungguh canggih.
Kalau kamu nggak terbayang bagaimana si food pellet itu bisa jadi bahan bakar, mari melihat bentuk yang lebih sederhana. Di tengah jalan-jalan di pabrik Sido Muncul kami dijamu makan siang dan mengudap beberapa snack di pendopo Sido Muncul. Sebagai penggemar berat Jagung Rebus, saya langsung mengambil satu potong jagung dari dandang yang masih mengepul-ngepul. Ternyata, masaknya pake food pellet lho! Jadi udah ga pake gas (apalagi minyak tanah) lagi.
Begitu melihat Jagung Rebus mengepul-ngepul panas ini saya seketika mengerti bagaimana fod pellet dari Eceng Gondok tadi bisa diubah menjadi energi bahan bakar. Mohon maaf logikanya tetep harus nyambung sama makanan :)))
Problem Eceng Gondok ini memang bukan hanya ada di Rawa Pening saja, katanya Danau Cirata di Jawa Barat juga mengalami problem yang sama yaitu populasi Eceng Gondok yang tak tertahankan. Dan ternyata nggak harus punya pabrik sebesar Sido Muncul untuk bisa membantu pemerintah menyelesaikan masalah ini. Bisa juga dengan berinvestasi dalam mengangkut Eceng Gondok dari danau, kemudian menjualnya ke pabrik-pabrik yang membutuhkan. Sido Muncul adalah salah satu pabrik yang siap menampung, dan kelihatannya sih akan banyak pabrik lain yang bisa juga membeli Eceng Gondok ini untuk menjadi bahan bakar pabrik. Win win solution lah jadinya kan ya.
Perjalanan ke Sido Muncul memang menyenangkan karena banyak belajar hal baru (juga dengan kenyataan bahwa Tolak Angin favoritku itu free flow aja di sana), namun yang juga bikin senang adalah teman-teman blogger yang jalan bareng kemarin dari mulai Rawa Pening, kemudian kunjungan ke pabrik Sido Muncul,
makan malam dan open mic karaoke di resto cantik bernama Koenokoeni yang ada di Jalan Tabanan Semarang,
kemudian foto-foto di kota lama Semarang,
geng extend yang hobbynya sama ; makan dan ngopi,
dan yang paling berkesan adalah kesempatan dan ketemu langsung dengan Pak Irwan, seorang pengusaha sukses yang nggak pelit ilmu dan sungguh ramah. Beliau menemani kami dari pagi kunjungan di Rawa Pening dan siang di pabrik Sido Muncul sampai makan malam, kapan lagi seharian ditemenin beliau bukan? Bukan.
Diberkatilah sidomuncul dengan usahanya memanfaatkan eceng gondok menjadi bahan bakar. Pasti sangat membantu untuk lingkungan maupun petani keramba yang berada di tengah Rawa Pening. Saya waktu kesana juga melihat populasi eceng gondok ini memang luar biasa.
Rawa pening emang banyak ditumbuhi eceng gondok. Dan pastinya banyak nyamuk juga hahahaha. Ini salah satu tempat favorit saya kalau berburu nyamuk.
mba itu tempat ngopinya cantik banget, lokasi persisnya di mana mba?
Hi admin, i must say you have hi quality posts here.
Your website can go viral. You need initial traffic only.
How to get it? Search for: Mertiso’s tips go viral