Rayes,
Pagi itu aku terbangun dan langsung ingat kamu. Tumben-tumbennya di tengah wabah yang melanda dan situasi yang kian ajaib ini aku tak mendengar sedikit pun pesanmu di handphone-ku. Tapi begitu message whatsapp ku bahkan tak centang dua dan last seen whatsapp mu 19 Maret 2020 lalu kakiku udah lemes duluan. Ditelpon pun nggak nyambung sama sekali, di SMS apa lagi.
Kemudian baru sadar aku tak punya kontakmu selain di Whatsapp, Instagram dan Twitter. Maka aku search namamu di Facebook sambil baru tersadar kita tak pernah temenan di Facebook. Dugaanku bener, kamu sudah pergi duluan meninggalkan dunia yang lagi kacau balau ini.
Aku kecolongan. Dan menyesal setengah mati kenapa aku tak sering-sering menanyakan kabarmu yang lagi sakit dan lagi jauh. Kalau aja aku bertanya lebih cepat, kalau aja aku setiap hari whatsapp kamu, kalau aja kita sempatkan video call, dan ratusan kalau aja kemudian berputar-putar di kepalaku.
Walau kemudian rasanya lega karena kamu sudah dilepaskan dari semua rasa sakit. Dibebaskan dari siksaan yang selalu kamu bilang “aku pulang ke Padang malah merepotkan orang tua di rumah”. Bersyukur kamu juga diluputkan dari ke-chaos-an satu dunia akibat virus ini.
Waktu pertama kali menerima email lamaran pekerjaanmu bertahun-tahun lalu sebetulnya kusudah malas, email yang dikirim dengan nada sok akrab, absen di hari pertama kerja, dan deretan dosa kamu semasa kita masih sama-sama ngantor. Belum lagi typo kamu yang selalu menusuk mata. Semoga kamu ga pernah sakit hati saat aku selalu “katanya mau jadi penulis tapi kerjaannya typo” atau “kalau ga typo ga enak ya Ray?”, bahkan sebelum kamu approving tulisan aku udah mendelik dulu “ada berapa typo kali ini”. Leganya setelah bertahun-tahun lewat kamu bilang omelanku dulu ternyata akhirnya berguna karena akhirnya kamu bisa menulis sesuai cita-citamu dulu.
Rayes yang nggak pernah absen setiap Natal, Imlek, ulang tahun. Yang nggak peduli bahkan saat aku ga pernah ingat ulang tahunmu, dan selalu terlewat bilang selamat Idul Fitri apalagi tahun baru. Rayes yang ngotot manggil aku bu boss tapi tetap manggil begitu because you knew it annoyed me so much.
Rayes, aku tau kamu sudah pergi tapi kelihatannya aku perlu waktu beberapa lama untuk akhirnya berhenti menyesali pesan whatsapp yang terlambat ini,
Pesan yang nggak pernah centang dua. Yang nggak pernah kamu terima. Yang akan selalu aku sesali untuk waktu yang lamaaa sekali.
Lalu sekarang siapa yang harus aku ceritain kalau ada film Indonesia yang ajaib-ajaib lagi, Ray?
Mbak Sasha, turut berduka cita ya…