Setelah saya menuntaskan penasaran dengan mengunjungi Nusa Lembongan akhir tahun 2015 lalu, saya kemudian memutuskan kalau Nusa Penida harus jadi tujuan selanjutnya kalau saya ke Bali lagi. Tidak terwujud memang, karena waktu itu saya malah jalan-jalan ke Bali bagian Timur yang ternyata oh menyenangkan juga.
Oh kalau kamu ingin baca-baca soal Nusa Lembongan, Ceningan dan Penida, silakan mampir ke tulisan saya di TripCanvas yang berisi panduan cara pergi, menginap di mana dan makan apa di sana.
Lalu ketika ada sedikit pekerjaan yang mesti saya selesaikan di Bali, saya langsung menyusun rencana untuk kabur ke Nusa Penida.
Secara landscape, Nusa Penida memang tak ‘seramah’ Nusa Lembongan. Dan jauh lebih besar pun. Berkeliling Nusa Lembongan cukup memerlukan waktu satu hari dari ujung sampai ujung semantara Nusa Penida, mmm…..ya pasti lebih lama.
Selain itu, Nusa Penida memang terkenal ‘baru’ diperkenalkan sebagai salah satu tujuan wisata di Bali sehingga pilihan hotel tidak terlalu banyak, pilihan makanan lumayan terbatas, dan infrastruktur jalan yang masih seadanya. Cukup banyak ruas jalan yang sudah beraspal, tapi tak kalah banyak jalan berbatu yang naik turun yang membuat perjalanan di sana semakin seru.
Untuk menelusuri Nusa Penida ada dua pilihan : menyewa mobil atau menyewa motor. Kabarnya sewaan mobil harganya sampai Rp800.000 per hari termasuk driver. Sementara motor sekitar Rp100.000 per hari. Saya menyewa motor dan berniat nyetir sendiri. Iya, nyetir sendiri dengan medan yang sungguh tak bersahabat! Jadi kalau kamu bisa naik motor tapi dengan skill biasa aja, saya sarankan kamu minta dibonceng guide aja. Kalo saya sih emang jagoan dari sananya urusan naik motor.
(ini pas jalannya aspal sih, masih aman)
(ini pas jalan mulai berbatu)
Lalu apa aja yang membuat saya jatuh cinta di Nusa Penida? Banyak!
- Cinta pertama di Klingking Beach
Pertanyaan pertama saya tentu saja “kenapa namanya Klingking”. Oh katanya kalau difoto dari atas menyerupai klingking bentuknya. Kita iyakan saja lah ya 🙂
Klingking Beach sangat cantik, foto dua jam di situ rasanya tak cukup
Di perjalanan menuju Klingking Beach, saya bertemu dengan pohon yang paling tenar dan paling dicari se-Nusa Penida. Buat apalagi kalau bukan buat dipanjat dan difoto-foto kan ya?
Kalau kamu tak mahir memanjat pohon seperti saya (cie..), katanya ada tangga yang suka diewakan orang di situ dengan harga Rp5000. Tapi berhubung saya merasa mahir manjat pohon (plus waktu itu yang sewain tangga kayaknya lagi pergi makan siang dan membawa serta tangganya), maka saya naik sendiri. Sampai atas, pose sebentar kemudian bingung turunnya gimana :))
2. Yang rusak yang cantik : Pasih Uug atau Broken Beach
Orang Lokal menyebutnya Pasih Uug yang artinya pantai yang rusak. Tapi kata siapa rusak bikin dia jadi nggak cantik?
Di Lembongan dan Penida memang banyak bentuk batu karang yang seperti ini, batu karangnya ‘rusak’ karena terjangan ombak yang sangat besar. Meninggalkan pemandangan cantik yang membuat saya betah berlama-lama di sana.
3. There’s nothing like Angel’s Billabong
Dari Pasih Uug, saya berjalan kaki sedikit ke yang namanya Angel’s Billabong. Angel’s Billabong adalah cerukan danau yang buntu dan bertemu dengan laut di ujungnya. Nama Angel di depannya bukan tanpa alasan, Angel’s BIllabong ini bisa dibilang bidadari atau primadonanya Nusa Penida. Warna air memang berubah-rubah sesuai dengan musim hujan/panas. Waktu saya kesana, kami cukup beruntung karena warna air lagi cantik-cantiknya. Hijau kebiruan atau biru kehijauan, entahlah yang mana. Yang pasti cantik luar biasa.
Walau Angel’s Billabong sudah cantik dilihat dari atas, jangan lewatkan kesempatan untuk turun ke ceruknya dan berenang di sana. Ini adalah pengalaman pertama saya berenang menggunakan sepatu. Bukan apa-apa, batunya cukup tajam-tajam. Sebentar saya koreksi. Batu-batunya tajam sekali. Turun tanpa alas kaki bukan pilihan.
Bukan hanya Angel’s Billabong-nya aja yang akan nampak cantik difoto, jalan menuju kesananya juga. Jangan lupa mengambil satu atau dua (ratus) foto di sini. Nggak tiap hari nemu pemandangan kayak begini ! 🙂
(beach tote nya dari @lofeofficial, cakep banget)
(endorse lintas pulau banget sis?)
Angel’s Billabong-nya sendiri memang sudah nampak cantik dari atas. Rasanya ingin duduk berlama-lama di situ dengan risiko kaki lecet karena bebatuan tajam itu tadi. Tapi menyeadari bahwa tempat ini sama sekali bukan buatan manusia tapi bener-bener kerjaannya alam, saya tak henti berdecak kagum (sambil usaha difoto candid. lumayan berhasil nampaknya)
Jangan melewatkan kesempatan untuk turun dan berenang di bawah sana ya. Walaupun turunnya susah, tapi sampe bawah kamu akan merasa puas sekali. Dan sekali lagi, pakailah alas kakimu.
4. Sudut sepi di Nusa Penida : Derek Hill View
Derek Hill View adalah satu tempat yang cukup sering dilewatkan oleh turis yang datang ke Nusa Penida. Karena jaraknya cukup jauh, jalannya belum bagus pula. Saya cukup beruntung untuk bisa kesana karena sekali lagi, indahnya kebangetan.
Dari Derek Hill, kamu bisa juga melihat laut Penida yang cantik dan biru sempurna.
Lihat batu karang besar dengan lubang di tengahnya itu kan? Seperti saya bilang tadi, ya itulah khas nya Lembongan dan Penida. Kayaknya ombak di tempat ini memang sangat besar. Bukan kayaknya sih, dari suaranya aja udah kebayang betapa besar terpaan ombaknya.
Menurut penduduk lokal yang saya temui di sana, Derek Hill adalah salah satu tempat untuk melemparkan abu jenazah setelah dibakar lewat upacara keagamaan. Dilemparnya lewat mana? Ya itu, lewat tempat saya duduk di atas itu.
Tanpa filter dan dengan kamera handphone aja udah sebegini cantiknya cyins.
5.Pristine Beach yang ideal untuk ketiduran di pantai : Crystal Beach
Bali dengan pantai-pantainya memang tak pernah gagal membuat saya terpesona. Masing-masing punya keindahan sendiri. Crystal Bay di Nusa Penida adalah salah satunya. Di sinilah saya berdiam diri paling lama, dari jam 3 sore sambil menanti matahari terbenam.
Pantainya sepi, hanya ada beberapa orang yang sibuk bermain air atau berjemur dan beberapa ekor anjing yang nampak hilir mudik. Saya menggelar roundies kemudian ketiduran. Antara cape banget atau karena tempatnya asik banget.
Ketiduran di Crystal Bay Nusa Penida adalah hal terbaik kedua setelah ketiduran di Pantai Balangan. Ketiduran di Pantai Suluban menduduki tempat ketiga karena waktu itu lagi enak-enak tidur kaki saya tertendang seorang surfer yang serta merta membangunkan saya dari tidur siang.
Sunset di Crystal Bay hampir sama dengan sunset-sunset di Bali pada umumnya ; cantik, membuat langit merona jingga dan bikin betah. Kalau nggak ingat saya harus menyetir motor lagi malam-malam menembus jalanan Penida yang masih gelap, saya mungkin mau tinggal sampai gelap di sana.
6. Bergaul ala anak pulau di Cafe Ulam Segara
Dengan keterbatasan tempat jajan, saya sama sekali nggak menduga ada cafe yang lumayan banget di Nusa Penida ini. Kabarnya memang baru buka. Dan duduk di situ saya merasa seperti duduk di sebuah cafe di Jogjakarta. Selain suasananya asik, makanannya juga enak sekali. Saya makan Mushroom Soup dan Sauted Mushroom, dua duanya enak.
Makanannya lupa kefoto, aku lapar sekali waktu itu kak.
7. Jalan-jalan di dasar laut : Sea Walking
Saya penggemar berenang dan juga snorkeling. Diving belum pernah coba, belum niat mencoba karena takut ketagihan. Waktu ke Nusa Penida kemarin saya sengaja tidak snorkeling karena ingin mencoba sesuatu yang lain : Sea Walking!
Apa sih Sea Walking itu? Intinya sih kamu bisa turun ke dasar laut, berjalan kaki dengan menggunakan helm besar yang mengalirkan oksigen buatmu selama ada di sadar laut. Helmnya berat banget, selain buat menyediakan oksigen, helm ini juga membuat kita jadi mirip spongebob tidak mengambang dan terapung ke atas.

DCIM100GOPROG0176824.
kalau niat make up-an, Sea Walking nggak akan bikin make up mu luntur walau di bawah laut. Asik kan 🙂
8. Bukan pantai biasa, namanya juga Pantai Atuh
Hari kedua di Nusa Penida saya pergunakan untuk menelusuri pulau ini di bagian baratnya. Ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi misalnya Pura Batu Bolong dan Guyangan. Tapi saya memilih untuk menempuh perjalanan yang (lumayan) jauh ke arah Pantai Atuh.
Ada apa di Pantai Atuh?
Ada gugusan pulau-pulau kecil cantik yang disebut Pulau Seribu
Oh sebagai penggagas #GerakanKakiDiAtasMejaTiapJumat, saya tentu saja tak melewatkan untuk motret kaki di sini. Posenya menantang bahaya lho ini, geser dikir bisa merosot ke bawah soalnya : )))
Tak cukup sampai situ, saya masih jalan sekitar 40 menit ke arah bawah untuk turun ke Pantai Atuh yang disebut-sebut sebagai hidden beach. Hidden Beach bukan karena susah dicari sebenernya, tapi karena dari arah atas kelihatannya hanya pantai biasa aja dan mengingat jalan turunnya penuh dengan peluh, biasanya orang suka jadi malas turun.
Sementara saya sama sekali tak menyesal menghabiskan waktu untuk turun ke bawah melalui jalanan yang suka-sukanya dia alias kadang tangga setinggi lutut kadang tanah berbatu. Ini ya gara-gara dikasi tau bahwa di bawah sana ada batu karang unik yang bentuknya mirip hak sepatu. Sebagai penggemar berat sepatu saya merasa ‘berkewajiban’ turun dan melihatnya sendiri
Kamu boleh setuju atau tidak bahwa batu karang itu mirip hak sepatu. Tapi kamu harus setuju bahwa pantai ini memang cantik seada-adanya. Ada penjual minuman yang jual bir dingin dan air kelapa walau jarang sekali pendatang yang turun sampai bawah. Waktu saya sampai sana, nyaris tak ada siapa-siapa. Private beach!
9. Yang membuat semua jadi mudah : Kapan Libur
Selain tempat-tempat cantik yang sudah saya ceritakan di atas, satu hal lain yang membuat saya jatuh cinta pada perjalanan ke Nusa Penida ini adalah Kapan Libur. Travel agent yang membantu banget semua keperluan dan memfasilitasi semua keinginan saya selama di sana. Seperti saya bilang di awal tadi, menelusuri Nusa Penida tidak semudah menelusuri Nusa Lembongan dan Ceningan. Pulaunya luas, jarak dari satu tempat ke tempat lain tidak berdekatan, terkadang kami harus menempuh 40-60 menit dengan motor. Petunjuk jalan sangat terbatas, kecuali kamu punya waktu yang banyak banget dan tidak keberatan nyari jalan sendiri, maka pergi dengan Kapan Libur adalah pilihan terbaik. Meskipun kamu tipe orang yang tak segan bertanya jalan sama orang lain, perlu diingat bahwa tidak semua jalan di Nusa Penida ada orangnya. Masih banyak area sepi yang susah cari orang untuk ditanya. Kalau sapi sih banyak di jalan.
Jalan dengan Kapan Libur membuat segala sesuatu mudah. Mereka memberikan kebebasan sama kita untuk pilih tempat mana yang mau kita kunjungi apalagi kalau waktu kita terbatas dan nggak mungkin mendatangi semua tempat yang ada di Nusa Penida. Untuk ikut paket tour mereka juga ga harus banyakan. Berdua aja bisa kok. Harganya sangat ok dan kamu ga perlu pusing mikir bayar sewa motor, bayar guide dll lagi, semua udah diaturin sama mereka dengan harga yangs sangat pantas.
Nusa Penida adalah perjalanan pertama saya dengan Kapan Libur. Kalau melihat paket-paket lain yang mereka tawarkan, kelihatannya saya akan pergi lagi dengan mereka. Kalau kamu mau intip paketnya, kunjungi Instagramnya di @kapanlibur atau facebook fanpagenya.
Satu hal lain yang saya suka dari Kapan Libur adalah mereka cukup sopan untuk tidak sembarang meng-upload foto-foto liburan kita di akun socmed mereka. Kalau berniat posting foto kita, mereka akan tanya dulu apakah kita keberatan, atau apakah kita punya foto serupa dengan angle yang lebih bagus. Demikian juga dengan tagging foto di FB, mereka nggak sembarang tag tanpa ijin kita. Untuk hal ini, two thumbs up buat Kapan Libur 🙂
Kapan-kapan jalan bareng lagi ya
Meskipun tak harus booking hotel lewat mereka dan bisa book sendiri sesuai dengan keinginan dan budget dari kita, mereka dengan senang hati memberikan beberapa pilihan dan gambaran kekurangan plus kelebihan masing-masing hotel. Untuk sebuah pulau yang masih jarang ada reviewnya, ini sangat membantu.
Saya coba kasih gambaran soal penginapan di sana ya.
Belum ada hotel mewah yang modern, rata-rata berbentuk bungalow. Yang lumayan mdoern adalah Nusa Penida beach inn. Bentuk hotelnya standar, seperti hotel yang biasa kamu temui di kota lain. Posisinya pinggir pantai dan ada kolam renang kecil di tengahnya. Untuk berlibur libur ke pulau seperti ke Nusa Penida, hotel ini biasanya tidak jadi pilihan saya.
Saya lebih suka jenis penginapan yang seperti ini,
Namanya Full Moon, harganya 350.000 an semalam. Tanpa breakfast dan tanpa air panas tapi kamarnya cukup luas dan bersih. Staff nya ramah dan sangat helpful. Kalau mau sarapan, tinggal ke sebelahnya, ada tempat makan kecil dengan makanan yang sangat decent.
Duduk sarapan di situ saya mendapati bahwa yang punya tempat makan itu sekaligus juga punya gallery yang menjual barang-barang hasil penduduk Nusa Penida ; kain, kalung, gelang dan lain-lain. Satu hal manis yang saya lihat selama sarapan adalah ini,
Ya, Nusa Penida masih kekurangan guide yang bisa berbahasa Inggris. Padahal banyak wisatawan asing yang datang kesana dan tinggal cukup lama untuk diving atau sekedar bersantai di pulau yang secara geografis termasuk ke bagian Klungkung, Bali ini. Kurus bahasa Inggris ini digratiskan khusus buat penduduk lokal supaya mereka bisa bekerja sebagai pemandu wisata nantinya. Manis ya?
Pilihan hotel lain adalah Namaste. Bentuknya bungalow dan ada kolam renang di halamannya. Ada pula cafe kecil dan butik yang menjual baju-baju.
Bungalow ini cocok buat kamu yang pergi berempat. Ada dua lantai jadi bisa 2 di bawah dua di atas, kamar mandinya oke banget dan harganya sekitar 900.000 per malam untuk yang berempat dan 600.000an untuk yang berdua.
Nusa Penida, kamu membuat saya jatuh cinta. Tunggu ya, lain kali saya akan balik lagi.
Bali emang selalu punyaa daerah yang bagus bagus yaa mbaa, siapa aja betah untuk kembali ke sana hehe
Iya makanya ga bosen bosen ke Bali yah 🙂
Penida mmg manja banget, aku kurang lama explore nya. Mesti balik lagi 3 harian disana
3 hari pas banget kita buat kliling2 🙂
Duuuhhh endess banget itu pantainya *ngeces*
Hehe banget Mbak 🙂
ya ampun pantainya cantik2 semua, penginapannya juga bersih dan asri banget ya
Banget! Perlu main kesana kapan2 🙂
Thanks for sharing your experience here 🙂
Pantai atuh!!!!
Aah…kereeeenn mau kesiniii
Banget Mbak Tuty mesti kesini kapan2 ajak suami yah
jadi pengen kesini lagi.. dulu cuma sehari.
Mesti diulang minimal 3 hari 🙂