Karena satu dan lain hal (ya mostly sih karena emang doyan), saya kebetulan lagi banyak jalan-jalan ke beberapa kota di Indonesia. Dari jalan-jalan ini kemudian saya menandai beberapa tempat yang karena menarik kemudian meninggalkan bekas dan kenangan yang manis di hati sekaligus saya tandai untuk akan dikunjungi lagi kalau saya punya kesempatan untuk datang ke kota itu lagi.
Ada yang karena dikunjungi bersama orang-orang tersayang kemudian jadi istimewa. Ada yang karena sudah lama sekali ingin saya datangi kemudian akhirnya terwujud, ada pula yang malah belum pernah saya dengar nama dan ceritanya tapi begitu berbekas di hati.
Ikuti terus cerita ini kalau kamu penasaran tempat-tempat apa saja yang saya maksud ya
- Museum yang ‘ramah’ : Museum Kata Andrea Hirata di Belitung
Siapa sih yang nggak baca buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata? Kamu baca kan? Saya baca berulang kali kemudian diikuti dengan cerita-cerita selanjutnya ; Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Filmnya juga nonton kan?
Bertahun-tahun setelah membaca buku dan menonton filmnya, saya kemudian berkesempatan pergi ke Belitung. Waktu itu rencananya dadakan banget. Hanya satu minggu sebelumnya trus tiba-tiba impulsif “pergi ke Belitung yuk ah!”. Bahkan tak sempat browsing dan bikin things to do.
Tapi Belitung kan memang tidak terlalu besar, dan objek wisatanya juga tidak terlalu banyak. Waktu itu saya memasrahkan diri sama bapak guide sekaligus driver yang mengantar kami berkeliling.
Di hari kedua, kami dibawa ke Museum Kata Andrea Hirata. Belum apa-apa saya sudah suka banget dengan tampilan luarnya, sungguh instagrammable! *cetek*.
Tapi ternyata bukan cuma itu, masuk ke dalam museum ini membuat saya dan Biyan, si anak satu-satunya itu (waktu itu umurnya baru 6 tahun) betah luar biasa. Tak seperti museum pada umumnya, Museum Kata Andrea Hirata terasa lebih ‘ramah’, lebih ‘down to earth’, lebih hangat menyambut pengunjung dibanding museum-museum pada umumnya.
Di beberapa ruangan terdapat quote-quote dari Andrea Hirata. Di ruangan lain terdapat banyak penghargaan dan beberapa versi Laskar Pelangi dalam bahasa lain. Di bagian belakang terdapat warung kopi kecil yang terkenal dengan ‘kopi kuli’ nya. Duduk di situ sambil minum kopi sungguh menyenangkan sekali. Kopi yang rasanya biasa kok terasa tiga kali lebih enak.
Di ruangan yang sama, kita bisa mengirimkan kartu pos kemana saja. Kartu posnya beli di situ dan langsung dititipkan di situ juga untuk dikirimkan. Biyan mengirim satu untuk neneknya di rumah.
Ada satu ruangan yang menyerupai panggung kecil. Katanya di situ suka digelar pentas musik kecil-kecilan atau acara membaca dongeng ketika Andrea Hirata datang berkunjung kesana. Ruangan ini sungguh laff amat, warna warni bikin semua sudutnya minta difoto. Kabarnya banyak anak muda Belitung suka berkumpul di sini dan belajar soal literasi. Mereka memadukan ketertarikan mereka dengan juga menggelar musik di sana.
Kalau kamu punya kesempatan ke Belitung suatu waktu nanti, jangan lupa mampir kesini ya. Walaupun perjalanannya cukup jauh, hampir 2 jam dari kota tapi kamu pasti suka.
2. Memasuki lorong waktu di Kampung Al Munawar, Palembang
Sebelum saya pergi ke Palembang dengan beberapa teman travel blogger awal tahun 2016 lalu, jujur saya belum pernah mendengar yang namanya Kampung Al Munawar. Saya hanya pernah mendengar bahwa di ibukota Sumatera Selatan ini ada kampung Arab. Tapi di kota-kota lain juga kan ada, dan kelihatannya hanya sebagai lokasi mereka yang keturunan Arab berdomisili saja.
Tetapi memasuki Al Munawar siang hari itu tidak seperti sekedar berkunjung ke pemukiman warga keturunan Arab. Saya merasa seperti memasuki lorong waktu dan kembali ke masa silam di mana orang-orang masih memegang erat kebudayaan dan adat istiadatnya tanpa terpengaruh budaya lain.
Rumah-rumah tuanya menyambut kami dengan hangat. Warna kayu kecoklatan dan bentuk khasnya membuat saya dan teman-teman tidak merasa bahwa ini lagi di Palembang. Belum lagi ketika sedikit demi sedikit warga Al Munawar menampakkan dirinya di depan rumah mereka dan menyambut kami dengan tatapan lekat namun tetap ramah. Mereka jarang tersenyum kalau tidak diajaka senyum duluan tapi begitu kita membuka percakapan, mereka dengan hangat akan mengajak kita masuk ke rumahnya untuk sekedar minum kopi. Ngomong-ngomong, kopinya enak sekali 🙂
Tak hanya diajak berkeliling kampung, kami juga berkesempatan menyaksikan gambus, yaitu tarian khas Arab yang ditarikan oleh beberapa bapak-bapak dan beberapa orang pemuda di sana. Mereka menari dengan sepenuh hati, wajahnya gembira seolah setelah menari tak ada persoalan menanti. Ibu-ibu mengintip dari balik pintu. Iya, mereka tidak diperkenankan ikuta menari terkait dengan budaya dan adat istiadat mereka. Ada beberapa teman seolah menyayangkan diskriminasi gender ini. Tapi saya secara pribadi kok tidak berkeberatan dengan dilarangnya perempuan ikut menari. Mungkin kebanyakan melihat bapak-bapak yang suka genit di panggung kalau ada perempuan : ))
Berkunjung ke Kampung Munawar tak lengkap tanpa mencicipi sajian khas mereka yaitu Nasi Arab dengan aneka lauk pauknya. Ini bukan Nasi Kebuli, katanya, ini Nasi Arab. Cara makannya juga istimewa. Kami berdelapan duduk melingkar di lesehan mengelilingi makanan yang ada di tengah. Makan dengan tangan bikin suasana tambah seru siang itu.
Dengar-dengar Kampung Al Munawar ini akan dijadikan salah satu destinasi pariwisata di Palembang. Pasti menarik karena bagian belakangnya menyambung langsung ke Sungai Musi. Bayangkan saja kalau turis berdatangan dari sungai dan masuk kampung yang cantik ini, duh pasti jadi salah satu tujuan yang eksotis.
Tanggal 29 dan 30 Oktober mendatang, Kampung Al Munawar akan dijadikan venue untuk menggelar festival kopi. Maklum, anak-anak muda sekarang kan memang sedang keranjingan kopi. Kalau ngopi di coffeeshop sudah terlalu mainstream, kenapa tidak datang ke Kampung Al Munawar dan menggali lebih banyak soal kopi?
3. Ngopi kok di gudang? – Kozi. Lab Bandung
Bandung memang gudangnya orang-orang kreatif. Saking kreatifnya, mereka kemudian bikin tempat ngopi yang berlokasi di gudang. Iya, gudang beneran. Kayaknya dulu dipakai sebagai gudang peluru. Bayangkan, tempat yang dulu dijauhi orang karena kotor dan berkesan spooky, sekarang malah didatangi orang untuk cari tempat ngopi atau cari makan.
Dan kemudian jadi tempat ngopi favorit saya di Bandung.
Pertama kali saya berkunjung kesana memang karena Kozi Lab, sebuah coffee shop kecil yang banyak menyediakan buku untuk dibaca-baca. Jadi walau datang sendiri, tetap betah-betah aja. Kemudian belakangan muncul spot-spot lain. Ada tempat makan BBQ ala Korea, ada distro yang jualan barang-barang ala hipster, ada tempat ngopi yang lain lagi, dan belakangan malah ada satu hall kecil bernama spasial yang bisa dipakai buat pertunjukkan musiklah, apalah. Jamie Aditya, si eks VJ MTV yang sekarang banyak ngamen lagu blues juga pernah bikin gigs kecil yang manis di tempat ini. Saya membayangkan tempat ini bisa jadi venue untuk launching buku, untuk gathering blogger, untuk workshop dan tentu saja saya menanti gigs lain untuk diadakan di sini.
Setiap mengajak teman, terutama yang dari luar kota kemari, biasanya mereka suka dan terkagum-kagum sama tempat yang hawanya kreatif ini. Belum lagi di bagian luar ada area kecil untuk foto-fotoan. Padahal tanpa banyak didandanin, gudang ini udah instagrammable (lag-lagi urusannya Instagram).
Jangan lupa mampir ke Gudang Selatan 22 kalau ke Bandung ya. Carinya nggak gampang, perlu sedikit usaha, makanya jadi seru 🙂
4. Belajar menenun di Desa Sukarara Lombok
Tempat ini juga saya datangi tanpa rencana. Pasalnya waktu itu sudah dalam keadaan pasrah entah mau kemana lagi, eh teman saya ngajak kemari. Saya suka karena bisa belanja kain dan Biyan suka karena bisa belajar menenun!
Di Desa Sasak ini, hampir semua rumah yang ada anak gadisnya punya alat tenun di depan rumahnya. Hari-hari mereka habiskan menenun benang warna-warni menjadi kain yang cantik. Saya melihat sebuah peluang bisnis kreatif yang seharusnya bisa digali lebih dalam. Sementara perempuan-perempuan muda di Desa Sukarara ini menenun kainnya, mestinya ada banyak perempuan-perempuan muda di kota-kota besar yang dapat ‘mengawinkan’Â kain-kain daerah ini dengan mode yang fashionable, pasti menarik kan?
Dan sekarang coba lihat sekelilingmu. Adakah tempat-tempat menarik yang bisa jadi tempat dan pusat berkarya bagi anak-anak muda di sekitarnya? Kalau ada, coba deh ikut kompetisi foto di Instagram-nya @malesbanget. Kompetisi Foto ini diadakan oleh malesbanget.com dengan MLD Spot. Caranya cuma gini aja kok :
- Follow @MLDSpot dan @malesbanget
- Foto & Upload tempat lokal favorit kamu dan jelasin kenapa kamu pilih mereka.
- Jangan lupa Tag @MLDSpot & @malesbanget menggunakan #MLDSpot #InspiringPlacesMLD
- Buat foto dan caption semenarik mungkin untuk memenangkan jam tangan kayu dari @matoa (saya aja kepengen)
Kompetisi foto soal tempat kreatif ini berlangsung 19-25 Oktober 2016, jangan sampai terlewat ya. Kamu juga perlu follow akun socmed yang berhubungan dengan kompetisi foto ini untuk mendapatkan update terbaru setiap saat :
- Facebook: MLD SPOT
- Twitter: @MLDSPOT
- Instagram: @MLDSPOT
- YouTube: MLDSPOT TV
Ditunggu ya foto dan caption asiknya 🙂
Yuk kak, ke Palembang Sabtu nanti
Pas ada Festival Kopi di Munawar kemarin yah? Aku pas di Bali kemarin itu Mbak Zan 😘
Kozi ini tempat nya spoki ngak sech ??? aku kok rada2 parno kalo masuk gudang cem itu
Ndak spooky kok malah asik manja buat foto2. Yuk kesana bareng aku 💙
alamat kedai kopi gudang selatan 22 itu dimana ya ?
Ya jalan Gudang Selatan No 22 Bandung