Asik-asik Menebar Kebencian 


(foto nyolong paksa dari Google) 

Tadinya tentu saja saya nggak mau ikut-ikutan membahas soal LGBT dan ini itunya. Kan udah banyak yang bahas di tv, udah ngeblog, udah kultwit, udah twitwar segala macem. 

Trus kenapa dong akhirnya gatel juga ikut nulis? 

Karena gemes. 

Dan berhubung saya ibu-ibu, tentu saja saya akan menulis dari sisi seorang ibu. 

“LGBT ini menular dan berbahaya”

“LGBT ini kasi contoh yang nggak baik buat anak-anak kita”

“LGBT ini ga sesuai dengan (sebut saja : norma, kaidah agama, budaya, firman tuhan, dll dll)” 

Begitulah kemudian diskusi soal LGBT memang nampaknya jauh dari usai. Cuma diskusi aja sih masih mending, ini udah pake berdebat plus terselip kesan-kesan merendahkan, bahkan cenderung menghina. Ujung-ujungnya membenci karena ya itu tadi, mereka yang ada dalam golongan LGBT dianggap menular dan memberikan contoh buruk. 

Ada yang bilang ini semua salah keluarga. Kurang kasih sayang, kurang ikatan emosional, kurang sosok bapak, kurang perhatian apalah apalah. Tentu saja ada juga yang bilang kurang pendidikan agama. 

Tapi kemudian saya melihat contoh kasus yang bertebaran di sekitar saya. Ternyata enggak juga. Ada yang datang dari keluarga harmonis dan baik-baik saja, tak sedikit yang datang dari keluarga dengan pendidikan agama yang kuat sekuat tiang pancang gedung bertingkat. 

Jadi kemudian salah siapa? 

Daripada melihat ini adalah sebuah kesalahan, saya lebih melihat bahwa ini adalah sebuah pilihan. Ada segolongan orang yang memilih hal yang berbeda dengan pilihan kita. Mereka memilih hal yang berbeda dari apa yang lazim.

Apakah salah? 

Kalau menurut alkitabnya kaum nasrani, katanya salah. Demikian juga menurut kitab saudara-saudara pemeluk agama islam. 

Tapi trus siapa saya (dan kamu) untuk bilang pilihan mereka salah? Tak ada satu manusia pun yang luput dari kesalahan. Nggak gay tapi nyolong. Nggak lesbian tapi suka ngomongin orang.

Jadi inget waktu jaman sekolah minggu ada cerita Yesus menantang orang-orang yang merasa tidak berdosa untuk melempar batu pada perempuan Samaria yang katanya banyak dosanya. 

Jadi rasanya kita semua punya salah, punya pilihan, punya hak untuk menentukan apa yang mau kita jalani. 

Karena ceritanya kita adalah bangsa yang sangat peduli perihal psikologis anak kemudian jadi ada pertanyaan, gimana dengan pengaruh buruk terhadap anak-anak? 

Cyin gini, akan makin banyak hal yang aneh akan terjadi di tahun-tahun ke depan. Anak-anak kita akan menghadapi masalah yang lebih kompleks dibanding yang pernah kita alami dulu. Daripada teriak-teriak menunjuk orang memberikan pengaruh buruk pada anak kita, kenapa nggak kita memberikan pengertian sama anak-anak bahwa orang boleh memilih pilihan hidupnya sendiri dan kita nggak punya hak bilang pilihannya salah.

Bukan hal yang mudah memang bicara sama anak soal ini. Tapi kita kan orang tuanya, kita mesti tau kapan waktu ngomong yang tepat. Apakah usia 8 taun sudah cukup untuk kita bilang? Atau harus menunggu usia 10 taun? Atau entar aja kalau umurnya udah 15 taun? Ya kita sebagai orang tua yang tau kan ya. Kalau merasa sudah perlu kasi tau ya kasi tau. Persiapkan anak-anak supaya mereka tau apa yang baik buat mereka dan bagaimana mereka harus bersikap terhadap orang yang berbeda pilihannya dengan mereka. Kalau menurut kamu LGBT ini salah, ya kasi tau anak-anak bahwa ini salah tapi menghina apalagi membenci sama sekali tidak boleh. 

Urusan memberi contoh buruk bukan cuma dari lingkungan sekitar kok. Coba dong liat televisi nasional kita yang isinya kayak gitu. Trus apa kita mau ga kelar-kelar teriak-teriak bahwa ga ada acara bermutu di televisi? Yakali. 

Saya sih melarang dan memberikan pengertian sama Biyan bahwa tv nasional ga bagus ditonton, termasuk iklan-iklannya. Karena diberi pengertian, mau di rumah, atau di rumah tetangga atau di mana pun, Biyan nggak mau nonton tv nasional. Dan jangan lupa kita juga kasi contoh. Ya masa anak dilarang tapi kitanya nonton sinetron. 

Dibanding melihat contoh buruk urusan perilaku LGBT saya kok lebih khawatir anak-anak tumbuh melihat kita boleh saling meledek, menghina bahkan membenci sesama. Jangan-jangan mereka kira benci sama orang yang pilihannya beda sama kita itu boleh-boleh aja, karena kenyataannya belakangan ini kita malah kasi panggung buat orang asik-asik menebar kebencian.


11 comments

  1. Deddy Huang · March 2, 2016

    Saya LGBT, sha… Lagi Galau Butuh Travelling :mrgreen:

    • Pashatama · March 2, 2016

      Itu mah gw juga 😂

  2. inunrzh · March 2, 2016

    so do I, Mba. Aku juga liatnya sbg pilihan. Krn nyatanya, ada temenku yg LGBT dia jauh lebih jago bersyukur, bahkan terus berpositif thinking dg Tuhan, pdhl dia sedang diuji (sedang sakit krn gaya hidup LGBT-nya). Semoga dia lekas sembuh, dan orang” disekitar kita jauh lebih baik dlm melihat mereka.

    • Pashatama · March 2, 2016

      Semoga temanmu cepet sembuh dari sakitnya yaa. Semoga urusan benci membenci ini ga berlangsung lama

  3. jokeray · March 2, 2016

    yay.!!! setuju bu boss. saya juga udah nulis hal yang kurang lebih sama, semoga lebih banyak yang peduli, mengerti daripada yang mencaci maki !!!

    • Pashatama · March 2, 2016

      Yay nanti aku mampir ke tulisanmu ya 🙂

  4. Nita Sellya · March 2, 2016

    Love this.

    • Pashatama · March 2, 2016

      Thanks Nit

  5. Sundea · March 2, 2016

    Nice one, Mbak Sasha 🙂

    Dea setuju, lebih baik ortu aware sama spirit yang mereka ajarin ke anak2; Dididik untuk nebar kebencian, atau nanem respect. Semakin anak diajarin keterbukaan dan kasih, justru semakin dia yakin sama jalan apapun yang dia pilih kelak. Dengan ortu kayak Mbak Sasha, Dea yakin Biyan bakal tumbuh jadi anak yang luas pandangannya dan tau gimana ngehargain manusia lainnya.

    Respect 😀

  6. gegekrisopras · March 2, 2016

    This! Sama satu lg Ci pernah jd topik hangat di akun askfm-ku: cewek udah ga perawan di-judge habis2an. Pdhl mah laki bujang yg ga perjaka jg banyak tp persepsinya udah lain, malah dielu2kan -_-”
    Semuanya tergantung pilihan kita kan ya, yg penting tau konsekuensi dan mau menanggung resiko aja

    • Pashatama · March 4, 2016

      Haha iya kenapa ya di askfm ini sering ada yang tanya soal perawan apa engga. Kayaknya karena banyak yang masih muda2 deh di sana :))

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s