Apa Yang Normal Dari New Normal?

Satu minggu setelah Lebaran PSBB yang tadinya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar kemudian bermutasi jadi PSBB proporsional, di mana artinya adalah PSBB tapi diwarnai rumah makan dan rumah ibadah yang boleh mulai buka dengan catatan hanya mengisi 30% (atau 50% ya?) dari ruang yang tersedia. Pertanyaannya kemudian sampai sejauh mana kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol yang ditetapkan pemerintah dan sejauh mana pula pemerintah mempunyai aparat yang bisa menegakkan aturan ini. Sementara palang kereta api yang jelas-jelas berbahaya aja masih bisa dilanggar, belum lagi lampu-lampu merah yang diacuhkan keberadaannya setiap hari. Belum lagi tanda dilarang parkir yang dianggap hiasan kemudian yang punya kendaraan asik-asik parkir aja.

Apalagi setelah tutup 2 bulan, pengusaha tempat makan pasti berhasrat mengganti kerugian mereka selama nggak buka kemarin toh ya. Jadi seberapa pengusaha tempat makan peduli bahwa tempat mereka tidak boleh berisi penuh-penuh, hanya setengah dari kapasitas normal. Bisa ngomong gini, karena saya juga pengusaha yang jualan makanan. Idealnya setelah terpaksa menghentikan usaha selama 2 bulan itu maunya pas buka orang berbondong-bondong dateng. Walau saya yakin pastinya ada pengusaha yang berkesadaran tinggi bahwa kerumunan adalah musuh kita bersama, jadi bagaimanapun banyak tamu yang akan mengunjungi tempatnya, mereka akan tetap konsisten membatasi.

Awal minggu ini, beberapa hari setelah Lebaran saya kemudian memberanikan diri ke luar rumah lagi selain ke supermarket (selama dua bulan kemarin saya berusaha menertibkan diri hanya keluar saat benar-benar perlu dan hanya ke supermarket, plus menemui 1-2 teman yang memang harus ditemui).

Awal minggu kemarin saya akhirnya keluar rumah dengan tujuan mau main, itu pun karena beberapa teman baik baru saja membuka coffee shop dan sementara belum buka umum, hanya beberapa teman yang datang. Dan sungguh ya perlu diakui, betapa nikmatnya menyesap kopi langsung di tempat 🙂 . Kopi-kopi literan yang diminum di rumah itu langsung kalah angin rasanya.

Sehari setelah keluar ngopi, saya pergi lagi ke luar rumah. Kali ini menemani Biyan, anak saya yang lagi seneng motret. Bersama beberapa teman, kami menyusuri jalan-jalan di kota Bandung sejak pagi hari.

Lumayan juga itung-itung olah raga setelah selama ini kebanyakan diem di rumah. Sesi motret-motret kemudian diakhiri dengan ngopi sejenak, tetep.

Alasan lain keluar rumah saya adalah juga untuk main sepatu roda, setelah mencoba main di rumah dan nabrak mobil parkir, nabrak kursi, nabrak pintu dan juga jendela kaca, rasanya senang sekali bisa keluar untuk rolling sebentar, ini juga sekalian ketemu teman-teman yang sudah lamaaa sekali tidak ditemui

Beberapa teman (termasuk keluarga) bertanya kenapa kok saya yang selama ini bertahan di rumah (padahal biasanya kerjaannya main ke luar) akhirnya mau keluar rumah. Jangankan orang lain, saya sendiri aja bertanya-tanya.

Pandemi memang belum usai. Kurva pun belum melandai seperti yang kita harapkan. Tapi sulit mengingkari kalau life goes on. Buat kamu (dan saya, alhamdulilah) yang masih punya roof and food, sungguh beruntungnya kita. Tapi ada orang-orang yang kalau diem di rumah aja, ya nggak bisa makan. Kalau restoran-restoran nggak buka, ya ga bisa makan. Kalau hidup tak kembali seperti biasanya, ya nggak bisa makan.

Sungguh pelik memikirkan 2 sisi ini ; harus diam di rumah supaya penyebaran virus berhenti, tapi ekonomi harus muter juga. Saya aja pusing gimana jadi walikota, gimana jadi presiden.

Saya sungguh paham kalau rasanya ingin mencaci maki pemerintah karena keterlambatannya mengatasi masalah virus ini. Tapi ya gimana, udah terjadi. Ketimbang ngomel, saya rasanya lebih suka menggunakan energi untuk mikirin apa yang perlu kita lakukan ke depan.

Walaupun kangen sekali masak di Cici Claypot, saya ngeri saat pemerintah memperbolehkan rumah makan untuk buka. Saya pribadi kelihatannya akan menunda beberapa waktu untuk membuka kembali Cici Claypot. Ngeri juga menghadapi rumah-rumah ibadah akan buka kembali, mengingat di awal pandemi banyak kasus terinfeksi dari rumah dan kegiatan-kegiatan ibadah.

Pada akhirnya yang menentukan “new normal” ini adalah kita masing-masing. Buat beberapa orang, pergi ke tempat ibadah seperti dulu lagi adalah new normal. Buat beberapa orang lain ngopi sebentar ketemu teman sekedar keeping ourself sane adalah new normal. Buat yang lain, olah raga keluar rumah pagi-pagi dengan tetap menerapkan social distancing adalah new normal. Ada lagi yang akan menganggap silaturahmi bersama keluarga besar setelah 2 bulan penuh tidak ketemuan sebagai new normal. Dan tentu ada yang merasa perlu bertahan lebih lama di rumah menunggu situasi membaik sebagai new normal. Berharap banyak sama pemerintah would be ngabis-ngabisin energi, tentukan standar new normal-mu sendiri.

Jaga diri (dan keluarga juga kesayanganmu) baik-baik adalah hal paling masuk akal saat ini. Kita sendiri kok yang paling tau mana yang penting buat kita keluar rumah dan mana yang enggak. Sehat selalu ya semuanya, jiwa & raga 🙂

5 comments

  1. mysukmana · May 31, 2020

    pokoknya semua kacau wkwkw

  2. Ira · May 31, 2020

    aku pun memikrian hal yang sama dengan cuitannya Mbak Shasya. Akhirnya mah ini gimana kita bisa survive

  3. penuliscemen · May 31, 2020

    Keep our self sane. Itulah yang saya lakukan sekali seminggu. Pergi ke sebuah kedai kopi teman. Dia nekat tetap buka dan melayani take away saj, tapi karena sepi dan tidak ada yang datang saya mampir ke sana. Sekali seminggu mengobrol dengan dia. Ya, untuk menjaga kewarasan.

  4. mamaci · June 1, 2020

    aku yang terakhir kayanya deh.. perlu bertahan lebih lama di rumah menunggu situasi membaik sebagai new normal. habis gimana punya anak kicik dan sedang merantau huhuhu gak mau ambil risiko rasanyaaaaa :”

  5. Teppy · June 8, 2020

    intinya: selamat datang di Hunger Games versi nyata *nangis

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s