Vietnam ini sudah ada dalam bucket list saya sejak…. wah lama deh pokoknya. Awalnya sih pengen ke Hanoi, karena kabita liat foto-foto di Halong Bay yang sudah masuk ke UNESCO World Heritage Site itu. Tapi baru-baru ini saya baru aja pulang dari Labuan Bajo dan living on board di sana selama 2 malem jadi rasanya ke Halong Bay entar-entaran ajalah ya.
Kemudian saya ngintip-ngintip Ho Chi Minh City yang ternyata eh kok menarik juga. Saya suka jalan-jalan yang santai berisi makan-duduk-ngopi-makan-duduk-ngopi soalnya. Dan tentu saja saya penasaran untuk mencoba langsung Vietnam Drip langsung di tempatnya.
Browsing punya browsing, menemukan Vietjet Indonesia sekarang punya rute Bali-Ho Chi Minh City dengan harga yang sangat reasonable. Berapa? Kemarin saya dapat harga di sekitar Rp. 1.700.000 PP. Pernah lihat harga di bawah itu. Rajin-rajin aja menengok webistenya di vietjetair.com atau download aplikasinya biar ngecek harga makin mudah. Selain ke Ho Chi Minh, Vietjet Indonesia juga punya rute ke Hanoi. Jadi kalau kamu lebih suka liburan ke alam-alam, Hanoi mungkin pilihan yang tepat
Setelah selesai urusan tiket, saya kemudian mulai browsing hotel, airbnb, apartemen, sampai hostel. Ya pengen tau aja perbandingan harganya gimana. Hasilnya kurang lebih begini :
- Hotel dengan budget Rp. 400.000 – Rp. 500.000 udah bisa dapet yang ok dengan lokasi yang strategis. Contohnya : Blue River Hotel dan Moka Hotel (hotel yang satu ini instagrammable, cocok buat kamu yang suka foto-foto)
- Hostel dengan budget Rp. 100.000 – Rp. 150.000 bisa dapat hostel yang nyaman di lokasi strategis seperti ini contohnya : Vietdream Hostel. Dan kalau kamu memilih untuk tinggal di kamar private, The Nineties Hostel ini bisa jadi pilihan, harganya sekitar Rp. 250.000 – Rp 300.000, bisa buat berdua.
- Apartemen dengan budget Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000an per malam, bisa buat menampung sampai 6 orang dengan kondisi apartemen yang bagus, bersih dan lokasi yang ok. Misalnya ini : Scandinavian Apartment dan Apartemen Icon 56.
Berhubung kami pergi berenam, kami memilih apartemen untuk tinggal selama 3 malam di sana, yang kami pilih Apartemen Icon 56 yang punya 3 kamar, dan 2 kamar mandi jadi kalau pagi mau berangkat ga rebutan kamar mandi yakan. Apartemennya nyaman, semuanya bersih, ada toiletries standar di setiap kamar mandi. Lokasinya juga aman, bukan di area yang rame-rame banget tapi gampang kalau mau ke mana-mana. Bisa jalan juga sekitar 10 menitan ke area tempat orang lokal makan dan ngopi malam-malam. Budget seorang jadinya 450 ribu aja buat 3 malam. Jarak dari airport juga ga terlalu jauh, pas jalan agak macet sekitar 45 menit dan pas jalan sepi ya 30 menitan aja udah nyampe.
Soal transportasi, Ho Chi Minh juga cukup ramah. Ke mana-mana bisa pake GrabCar atau GrabBike. Siapkan uang cash karena saldo OVOmu tentu saja ga laku di sana. Budget transportasi juga murah banget, durasi 10 menitan biasanya cuma sekitar 30ribu, ini udah pake mobil besar ya karena kami berenam. Ke bandara juga sekitar 90ribu aja. Murah ya? Iya.
Nah sekarang budget makanan. Namanya makanan di mana-mana ya bisa murah dan bisa mahal dong ya, tergantung makan apa dan makan di mana. Gambarannya kurang lebih begini : makan pho di kedai/resto kecil abis sekitar 50-70 ribu rupiah udah sama minum. Makan di restoran yang bagus (bisa Vietnamese, Japanese atau Western abisnya sekitar 80-120 ribu rupiah, ini udah termasuk makanan enak, minuman sedap, tempat yang nyaman dan service yang oke.
Sementara ngopi di coffee shop juga harganya masih di bawah ngopi di Bandung atau Jakarta. Untuk secangkir latte atau cappucino di coffee shop harganya sekitar 20 ribuan.
Lalu ke mana saja kalau di Ho Chi Minh?
Ada banyak tour yang akan menawarkan day tour gitu misalnya ke Cu Chi Tunnel, menyusuri Sungai Mekong, Dam Sen Waterpark, atau menonton Water Puppet-nya yang terkenal itu. Tapi saya dan teman-teman memutuskan untuk menyusuri Ho Chi Minh dengan cara yang berbeda. Kami ingin menikmati kota yang dulu disebut Saigon ini dengan cara yang santai, seperti bawaan kotanya sendiri ; santai, rileks dan ga banyak tuntutan.
Maka kami pun memulai hari pertama dengan mendatangi sebuah coffee shop bernama Saigon Coffee Roastery yang lokasinya ada di lantai dua sebuah gedung lama dan kami pun harus melewati gang kecil untuk masuk ke sana. Ada beberapa toko dan kios berjualan lukisan di dalam gangnya, mengingatkan saya akan gang di Jalan Braga, Bandung.
Begitu masuk Saigon Coffee Roastery, suasananya langsung lain. Selain interiornya beda banget ama suasana di luar, juga karena aroma kopinya langsung menyergap.
Saigon Coffee Roastery juga rupanya menyediakan sesi belajar bikin kopi. Agak siangan sedikit cukup banyak juga yang datang mengelilingi barista dengan wajah antusias.
Kopinya enak. Yang juga istimewa adalah Chocolate Mousse-nya. Kemudian menyesal cuma pesan 1 cup untuk bareng-bareng : ))
Kami kemudian jalan kaki ke Ho Chi Minh City Hall. Gedung bergaya kolonial ini sebetulnya tidak dibuka untuk umum, tapi banyak orang mengambil foto dari luar. Lagipula taman depannya luas banget, lumayan buat duduk-duduk (dan foto-foto), kebetulan cuaca Ho Chi Minh di awal Desember itu masih bersahabat adem-adem berangin.
Berhubung perginya bareng teman-teman yang juga doyan ngopi, maka pencarian kopi enak ga berhenti di Saigon Coffee Roastery saja. Kami juga mencoba The Workshop Coffee yang juga berada di lantai dua sebuah gedung tua. Tempatnya enak dan besar, pilihan makanannya juga banyak.
Coffee shop lain yang juga sempat kami datangi adalah Coffee Hut. Tempat ngopi yang satu ini gayanya lebih terang daripada Saigon Coffee Roastery dan The Workshop Cofffee.
Ada work space nya juga, dan ada pula bnb di lantai duanya. Menarik juga. Kalau nanti ke Ho Chi Minh lagi, kayaknya pengen coba nginep di sini. Yang penasaran pengen liat, silakan ngintip bnb nya : The Hut Saigon
Kata orang, kalau pergi ke Ho Chi Minh sempatkanlah belanja ke Ben Thanh Market, sebuah pasar tradisional yang banyak menjual souvenir-souvenir khas Vietnam.
Kalau kamu buka tipe yang suka belanja souvenir untuk oleh-oleh, Ben Thanh ini bisa di-skip karena di sekitar Ben Thanh juga banyak hal menarik yang bisa dikunjungi dan dilihat-lihat misalnya area Pasteur di mana banyak bar-bar kecil bertebaran.
Belum lagi tembok-tembok instagram material yang bikin gemas
Dan juga Ben Thanh Street Food Market di mana kamu bisa menemukan buaanyaaak banget variasi makanan yang minta dibeli semuanya.
Ben Thanh Street Food Market ini isinya ga cuma makanan khas Vietnam aja, tapi juga banyak makanan Thailand, BBQ, dan cemilan-cemilan plus minuman-minuman yang bikin mendadak laper
Ini yang namanya Banh Mi, sandwich khas Vietnam yang luarnya roti baguette dan isinya bisa pilih mau ayam, oyster dll dll. Harganya sekitar 20ribuan
Juicy Cubes Beef, harganya sekitar 50 ribuan. Di Ben Thanh Street Food Market kami memang agak panik dan kalap, segala macam pengen dibeli akhirnya selain Banh Mi dan Juicy Cubes di atas, di meja kami ada Pad Thai, Oyster Bun, Martabak, Spring Roll, Bobia, dll dll sampai tumis buncis yang enak banget. Buncis nya manis dan kriuk! Untuk yang mencari makanan halal, di sini juga pilihannya lumayan banyak.
Kalau mau liat soal makanan ala Vietnam lebih detil, silakan mampir ke instagramnya @surgamakan ya.
Satu tempat yang sudah kami tandai untuk didatengin adalah Ho Chi Minh’s Book Street yang ada di area distrik 1. Satu alley di sana dipakai untuk toko-toko kecil yang menjual buku dan aneka stationary. Buat kamu yang juga suka belanja pernah pernik yang gemes-gemes, ini tempat yang tepat, harganya juga murah-murah banget. Walaupun bukunya didominasi bahasa Vietnam, tapi lihat suasananya aja udah seneng. Pas kita di sana, ada panggung kecil yang kelihatannya lagi ada acara semacam launching buku.
‘
Di setiap sudut ada anak-anak yang sedang asik membaca buku, sama sekali nggak terganggu dengan orang lalu lalang.
Ho Chi Minh’s Book Street rupanya berdekatan sama 2 landmark Ho Chi Minh yang terkenal yaitu Notre-Dame Cathedral Basilica of Saigon dan Saigon Central Post Office. Notre Dame adalah salah satu gedung peninggalan kolinial Prancis yang paling banyak difoto turis dan mendadak berwarna pink di Instagram (nggak ngerti siapa yang mulai duluan ngedit foto Notre Dame jadi pink karena warna aslinya lebih ke terakota dan bahkan lebih bagus warna aslinya. Waktu kami ke sana, Notre Dame lagi direnovasi jadi nggak bisa ambil foto dari depannya persis karena terhalang tenda. Mungkin direnovasi dalam rangka persiapan Natal (mulai ngarang sendiri). Sementara Saigon Central Post Office, selain masih berfungsi sebagai kantor pos, juga menjadi tourist attraction di mana kamu bisa belanja souvenir untuk oleh-oleh, walaupun toko souvenir ini membuat kantor pos yang interiornya luar biasa cantik ini jadi penuh banget sama yang liat-liat dan belanja. Selain itu, Saigon Central Post Office juga sering dijadikan lokasi foto pre wedding walaupun depannya juga ramai pengunjung. Kalau satu kali nanti kamu mampir ke sana, sempatkanlah berkirim kartu pos, dan kalau kamu beruntung kamu bisa ketemu sama Mr Duon Van Ngo, seorang penulis surat yang sudah 65 tahun bekerja di Saigon Central Post Office
Salah satu highlight selama di Ho Chi Minh kemarin adalah The Old Apartment Building. Jadi ini sebetulnya gedung bekas apartemen yang udah ga dipake. Gedung yang berlokasi di Nguyen Hue ini kemudian ‘disulap’ menjadi tempat di mana cafe-cafe dan butik-butik hipster berkumpul sejak tahun 2015. Ga semua unit berubah jadi cafe atau butik, di gedung ini juga masih ada beberapa unit yang ditinggali penduduk Ho Chi Minh. Yang unik, saat akan naik lewat lift, ada seorang bapak tua yang menarik bayaran. Ga mahal sih, sekitar 2-3 ribu rupiah aja. Kalau memilih naik tangga, boleh juga, nanti turunnya gratis kok lewat lift.
Oke, kamu pasti udah mendengar cerita soal lalu lintas Ho Chi Minh yang ‘gila’ itu. Jangan kaget kalau sedang jalan di trotoar kemudian diklakson motor dari di belakang (bahkan kadang dari depan!). No rule is the rule buat lalu lintas di sana. Pertamanya kami pun terkaget-kaget karena ga menyangka segitu chaos-nya. Laki-laki, perempuan, tua muda, bawa motornya ga pake rem alias jalan aja terus sampe nabrak. Tadinya ingin mencak-mencak tapi kemudian setelah dilihat-lihat, pemandangan lalu lintas ini kok lama-lama jadi lucu juga. Karena kita beneran ga bisa tebak ini ini kendaraan mau pada jalan ke mana sebenernya. Akhirnya kami memutuskan untuk duduk di salah satu cabang Mr 8 Coffee yang kebetulan posisinya ada di perempatan jalan. Sengaja untuk duduk dan melihat keseruan chaosnya lalu lintas. Dan bener aja sih, duduk di situ terhibur banget, selain oleh kopinya yang enak, juga oleh tontonannya. Kalau kamu berkesempatan ke Ho Chi Minh, sempatkanlah duduk di pinggir jalan, duduk di kursi ala dingklik dan amati bagaimana orang lokal menjalani kehidupannya sehari-hari. Bahkan duduk-duduk mager di perempatan jalan ini akhirnya jadi kegiatan favorit selama di Ho Chi Minh.
Sometimes you travel with friends, sometimes you travel and find friends. Terima kasih sudah menjadi teman jalan yang menyenangkan, Elsa Dewi, Sigit Hartanto, Arie Novwan, Annisa Fitri, dan Arief
seruuu banget ya Mbak Shasya jalan-jalannya. Awalnya aku ga kebayang kalo HCM bisa seasyik itu kotanya. Kupikir cuma untuk yang mau mampir ke Cu Chi Tunnel atau liat water puppet doang XD
Gemes yaaa kalau liat kede2 kopi di sana. Semua pengen dicobain
Asiknya pergi ke negeri vietkong..dsna murah2 ya
Keuntungan jalan ramean ya gitu ya mbak, bisa menghemat akomodasi atau transportasi. HCMC dulu cuma mampir di bandaranya aja, dan kepingin banget bisa eksplor nanti.
Btw, foto-fotonya ampun cakep-cakep bener!
Vietnam udah masuk bucket list aku karena murah & bersejarah banget. Sayangnya COVID menghancurkan sgalanya
Old quarter nya juga cantiiiik banget
https://www.bahasejarah.com/