Di kuartal terakhir tahun ini kebetulan jadwal saya untuk jalan-jalan agak padat. Ya jalan-jalan dalam rangka kerjaan maupun jalan-jalan dalam rangka kepengen jalan-jalan aja. Di satu waktu setelah dua perjalanan yang berderet saya merasa cukup lelah. Mau unpacking dan packing lagi aja rasanya berat banget. Kemudian saya berpikir, kayaknya 2019 saya mau mengurangi jalan-jalan deh. Walau masih banyak (banget) tempat yang belum saya datangi, rasanya sudah cukup. Maklumlah ya, kalau mau akhir tahun suka mendadak pengen bikin resolusi menyambut tahun baru.
Kemudian saya kembali teringat rencana awal saya waktu berhenti kerja dulu, yaitu buka tempat makan. Kalaupun buka restoran, setidaknya warung makan yang bisa saya tungguin setiap hari. Yang mana sudah tertunda selama dua tahun karena ya sayanya pergi-pergian melulu.
Setiap punya rencana, baik kecil seperti mau makan apa nanti malam sampai rencana besar macam berhenti jalan-jalan dan buka tempat makan, saya selalu diskusi sama teman berbagi cerita sepanjang masa, yaitu si Biyan anak satu-satunya itu.
teman makan, teman jalan-jalan, teman ngopi, teman diskusi
Di luar dugaan, Biyan ternyata nggak mendukung rencana saya berhenti pergi-pergian. Padahal selain (sempat) lelah, tujuan berhenti pergi-pergian ya biar saya nggak ninggal-ninggalin dia melulu kan ya. Eh tapi anaknya nggak setuju. Katanya, mama itu jadi menarik ya karena sering jalan-jalan. Pulang bawa cerita seru, lalu satu waktu kita pergi sama-sama, gitu katanya.
waktu pertamakali ke Gili Trawangan udah mikir mesti ngajak Biyan ke sana,
akhirnya kejadian taun ini 🙂
Kemudian mau nggak mau kan saya jadi berpikir, sebenernya ngapain sih selama ini kok seneng banget jalan-jalan. Sampai rasanya kalau dapat tiket murah itu maunya langsung booking langsung terbang. Beberapa orang bilang tujuan jalan-jalan itu mencari jati diri. Saya kebetulan sudah menemukan jati diri bertahun-tahun yang lalu ☺. Ada juga yang berjalan-jalan dengan tujuan mengisi akun sosial medianya. Boleh juga alasannya, lagian hari gini masa iya jalan-jalan tanpa sama sekali update sosial media yakan? Buat saya sendiri, tujuan jalan-jalan itu simple aja: membuat diri sendiri (dan orang yang diajak jalan-jalan) senang. Ya buat apa toh jalan-jalan tanpa senang-senang ya kan.
Karenanya saya tipe tukang jalan yang suka merencanakan perjalanan saya. Walaupun ga strict-strict amat, saya selalu punya gambaran itinerary kalau mau pergi ke mana pun. Kadang di tengah jalan suka ada aja yang berubah. Ya gapapa, kalau terlalu terpaku sama itinerary nanti jadi kaku dan kehilangan kesempatan melihat dan merasakan hal-hal baru di tengah perjalanan ya kan.
Yang biasanya saya bereskan urusannya, tentu saja soal tiket. Yang satu ini biasanya agak jauh-jauh hari sudah kelar. Yang kedua, urusan hotel. Walaupun saya suka mencoba-coba hotel baru, biasanya saya book duluan sebelum saya berangkat (apalagi ke luar negeri). Nah kalau urusan tiket dan hotel udah beres, rasanya 70% dari rencana jalan-jalan sudah matang, sisanya tinggal mikir mau makan apa, mau jajan apa, dan mau pake baju apa #penting #essensial.
Belakangan, perencanaan jalan-jalan saya jadi lebih mudah lagi karena saya pakai Jenius. Kalau sebelum-sebelumnya belanja tiket dll di website asing mesti pake kartu kredit, sekarang bisa debit aja cyiiin pake Jenius. Mudah dan nggak tergoda berhutang buat beli tiket pesawat. Solutif buat yang duitnya masih berseri seperti kita-kita. Selain itu, ada fitur Dream Saver juga buat ceritanya kita nabung. Bisa set pula, tujuan menabungnya apa dan kemudian berapa banyak dan berapa lama kita harus menabung. Saya suka pake Jenius juga karena mudah untuk tarik tunai di negeri. Asal ada logo Visa-nya, bisa ambil di ATM mana aja. Kerasa banget waktu saya impulsive menyebrang ke Singapore dari Batam beberapa waktu lalu (impulsive tapi sudah bekal paspor, #okesip), karena nggak rencana ya nggak nuker-nuker duit lah ya. Begitu sampe Harbourfront, ya udah ngambil cash aja pake Kartu Debit Jenius di ATM yang ada di sana. Yang namanya #jalan2jenius itu memang segala-galanya nggak pake ribet.
Nggak cuma untuk urusan jalan-jalan, buat keperluan perbankan sehari-hari pun saya jadi kebiasaan pake Jenius. Transfer antar bank dengan biaya administrasi yang lebih murah, dan juga format bukti transfernya yang bisa langsung dikirim via email dan whatsapp. Bukan cuma #jalan2jenius, hidup mesti ikutan jenius juga ya.
Ini cerita #jalan2jenius versi saya. Kalau kalian punya cerita juga nggak? ☺
Ikut mendoakan Insya Allah rumah makannya terealisasi dalam waktu dekat, Mbak. Tapi jalan-jalan harus tetep dong, biar tambah bahagia 🙂
Dan aku belum juga daftar Jenius hahaha. Nanti deh pas balik Indonesia. Seru juga bisa beda-beda pos nabungnya tapi cuma 1 tempat aja.
Oh ya, yang ini: Solutif buat yang duitnya masih berseri seperti kita-kita. Aku bacanya duitnya masih berseri-seri 😀 eh salah baca ternyata haha.