Waktu pertama kali mendengar nama Kampung Kaleng, saya kira ini kampung yang berisik. Namanya juga kaleng, kan suka bikin berisik. Ternyata salah duga. Kampung yang berlokasi di Kampung Dukuh, Citeureup disebut Kampung Kaleng karena merupakan sentra industri kerajinan berbahan dasar kaleng/alumunium. Kampung ini juga merupakan desa mitra PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement”) Produsen Semen Tiga Roda dan Semen Rajawali, makanya kemarin itu saya dan beberapa teman blogger diundang ke sana untuk melihat langsung proses pembuatan kerajinan berbahan dasar kaleng/alumunium. Misalnya nih ya; toples mini, oven, panci, dandang, sampai kaleng kerupuk pun ada. Aneka produk industri besar juga diproduksi di sini seperti ducting AC, tempat sampah, rambu-rambu dan masih banyak lagi. Kunjungan yang menarik karena saya belum pernah lihat langsung pembuatan barang-barang berbahan kaleng begini. Lalu saya pun tergoda jajan kaleng kerupuk mini ini. Rencananya untuk menyimpan koleksi gelang saya yang jumlahnya mengalahkan toko aksesoris itu.
Sebagai mitra yang berkomitmen untuk memajukan perajin di Kampung Kaleng, pada tahun 2015 Indocement menginisiasi pendirian koperasi untuk menaungi para perajin ini. Namanya Koperasi Rancage, saat ini anggotanya sudah ada 120 perajin, dan tersebar tidak hanya di Kampung Kaleng saja tapi sampai seluruh Kecamatan Citeureup.
Seorang local hero kemudian lahir di tengah pendirian dan kemajuan koperasi ini. Dia adakah Dedi Ahmadi (kemudian dikenal dengan nama Dedi Rancage), seorang perajin yang membantu menyatukan para perajin yang sebelum ada koperasi dulu, terpecah karena persaingan harga yang tidak sehat di antara para perajin sendiri. Atas prestasinya ini, Kang Dedi Rancage kemudian diaugerahi penghargaan Satya Lencana Pembangunan dan Bakti Koperasi yang diserahkan langsung oleh Menteri Koperasi dan UMKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga. Saat kami berkunjung ke sana kemarin, Kang Dedi dengan bangga mengenakan dan memperlihatkan medalinya pada kami semua. Terus kita jadi ikut senang dan bangga, padahal baru aja kenal. Sayang waktu itu nggak sempat mengajak Kang Dedi foto bersama karena beliau sedang menerima serombongan teman-teman mahasiswa yang juga lagi kunjungan ke Kampung Kaleng. Pokoknya hari itu, Kampung Kaleng ramai sama tamu deh
Dari Kampung Kaleng kemudian kami diajak ke P3M Indocement yang juga berlokasi di Citeureup. P3M ini singkatan dari Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat. Seperti P3M yang pernah kami kunjungi di Cirebon, di P3M Citeureup juga dilakukan training dan pembinaan masyarakat sekitar dalam bidang perikanan, peternakan, perkebunan, dan energi bersih.
Di bagian perikanan, ada 2 macam ikan yang dibudidayakan; ikan yang dikonsumsi, dan ikan hias.
Ikan yang dikonsumsi ada di tambak dan ikan hias ada di ruangan berisi akuarium. Uniknya, di bagian ikan hias ada ikan belida, yaitu ikan yang biasa jadi bahan pempek. Dikategorikan dalam ikan hias karena ekornya bercorak polkadot, cantik sekali.
Di bagian perkebunan kemudian kami diajak melihat kebun melon. Sebagai penggemar melon, saya baru sadar kalau saya ternyata belum pernah melihat wujud pohon melon. Jadi baru kemarin sekali itu liat yang namanya melon masih tergantung di pohonnya. Namanya blogger doyan foto, dikelilingi pohon melon kemudian semua ingin foto-foto. Baiklah tak apa-apa.
P3M di Citeureup ini berlokasi di area reklamasi paska tambang. Jadi karena selalu berkomitmen untuk menjaga lingkungan hidup di area pabriknya, Indocement kemudia melakukan reklamasi terhadap 10 hektar area paska tambang di sana. P3M ini juga kemudian menjadi pusat eduwisata bagi anak-anak masyarakat sekitar. Anak-anak SD dan TK diajak mengenal langsung bagaimana beternak kambing, burung puyuh, dan domba. Tapi rupanya bukan cuma anak-anak yang suka bermain dengan kambing domba. Mbak Terry Negeri Kita Sendiri juga tak tahan ingin ikut gendong bayi kambing berumur 5 hari ini. Tak jarang P3M ini juga dijadikan pusat pelatihan dan studi banding mahasiswa.
Selalu ada yang menarik dari setiap kunjungan kami ke Citeureup. Sebelum ke Kampung Kaleng dan area P3M, saya memarkirkan mobil di Mesjid As Salam, tak jauh dari gerbang tol Citeureup. Rupanya mesjid ini juga adalah komitmen Indocement untuk menjadi perusahaan yang berguna bagi masyarakat sekitarnya.
Lucu nama kampungnya, kampung kaleng. Sebelum jadi binaan Indocement, namanya sudah Kampung Kaleng juga kah Mbak? Semoga industri kampung ini semakin maju