Kalau ayah saya masih ada, hari ini beliau berulang taun ke 59. Iya, masih muda ya. Selain muda, ayah saya juga rock and roll, rambutnya panjang sepanjang rambut saya sekarang dan selalu merepotkan saya nyariin karet rambut yang warnanya hitam. Dulu saya suka ngomel kenapa sih karet rambutnya hilang terus saya jadi harus beliin terus-terusan. Harganya sih ga seberapa tapi susah cari karet rambut yang hitam tanpa warna atau tempelan apa-apa. Jadi kalau nemu, biasanya saya beli banyak.
Setelah ayah saya meninggal karena kanker beberapa tahun lalu…….
saya tahap demi tahap merasakan kehilangannya. Saya pernah cerita disini, kalau yang namanya air mata memang tidak pernah membayar kesedihan secara tuntas. Apalagi waktu meninggalnya baru-baru, masih banyak keluarga yang berdatangan menghibur. Sedih seperti terlupakan sejenak.
Setelah hidup mulai kembali normal, kehilangan baru terasa sedikit demi sedikit. Sekitar tahun 2012 saya mengalami masalah yang kemudian membuat saya berpikir andai saja waktu itu saya mendengar kata-kata ayah saya, masalahnya mungkin tak sebesar itu.
Papa adalah tempat saya berdiskusi. Kami biasa berdiskusi soal apa aja ; politik, musik, gosip, makanan, apa saja. Sejak papa nggak ada, saya kehilangan teman diskusi, kehilangan hasrat meng-update diri dengan berita-berita aktual, kehilangan keinginan untuk belajar ini itu. Karena toh sampai rumah nggak ada yang ngajak ngobrol soal ini itu lagi.
Ada banyak, banyak banget hal yang saya mau bilang sama papa kalau saja dia masih ada sekarang. Yang terutama, saya mau bilang that he was right all the time, dan dulu saya terlalu keras kepala untuk mendengar apa yang dia bilang. Dan saya menyesal nggak pernah merasa cukup memberi. Kalau saja diberi waktu beberapa tahun lagi, saya mungkin akhirnya bisa mewujudkan beberapa mimpinya, misalnya nonton konsernya Rolling Stones, juga mimpinya yang lain, yaitu nganter Biyan ke sekolah.
I know we’re all getting through the lost but it would be much nicer if he’s still here.
Turut berduka ya mbak 😦
terima kasih ya 🙂
He misses you, too. And more importantly, he loves you, always. That is unstoppable.
thank you Nauv, you always know how to soothe me :*
ketika bapak saya masih hidup, kami lebih sering berdebat. ketika dia meninggal baru saya sadar, saya malah persis identik seperti org yg saya kritik.. 12 tahun sejak bapak meninggal, nyerinya suka masih muncul terutama ketika ada kepentok suatu problem saya tahu persis bapak yg bs kasi ide tp sdh ga bs ditanyain lg
semoga papa Tenang disana ya kak
Terima kasih banyak ya 🙂
Kita sama-sama “anak ayah” kayaknya, Mbak. Jadi Dea empati banget baca ini. Papa Dea dulu juga sempet gondrong dan selalu dikuncir. Baru belakangan dia potong rambut.
Turut berduka cita, ya, Mbak. Sebagian dari diri dia udah idup di dirimu kok 🙂
Sesama Akuwariyus papahnya ya? Makanya kalian cocok diskusi ke mana-mana …
Iyaa sama2 aquarius dan cuma beda 3 hari sana aku :).
Makasi banyak ya Dea :*