Ada yang bilang Puthuk Setumbu, ada yang bilang Punthuk Setumbu. Berhubung mirip-mirip, pilih yang mana aja yang enak buat kamu.
Kalau saja nggak perlu bayar ratusan ribu untuk mengintip sunrise dari borobudur, tempat ini mungkin ga bakal didatangi banyak orang seperti sekarang. Yes, termasuk saya. Belum pernah sih, tapi saya denger, untuk melihat sunrise dari Borobudur, kita harus bayar Rp. 150.000 untuk wisatawan domestik dan Rp. 300.000 untuk wisatawan asing. Mayan mahal kan ya. Lagipula ngintip sunrise kan ga asik kalau sendirian, nah mau abis berapa jadinya?
Makanya waktu menginap di sekitaran Borobudur kemarin, saya berencana mau liat yang namanya Puthuk Setumbu ini. Posisinya ada di barat daya Borobudur katanya. Apakah nyarinya gampang? Ga susah sih, ada beberapa petunjuk arah. Yang bikin susah adalah nyarinya kan masih gelap sekitar jam 4 pagi dan kita dikejar waktu sebelum matahari terbit. Hotel waktu itu nggak menyediakan informasi yang cukup jelas, cuma bilang, naik ke bukit belakang Borobudur. Akhirnya saya mengarahkan mobil ke depan Borobudur, dan setelah 3 detik bengong, ada bapak-bapak pake motor menawarkan menunjukkan jalan ke Puthuk Setumbu dengan syarat “gantiin uang bensin aja Mbak”.
15 menit kemudian kami tiba di area parkir Puthuk Setumbu, parkir udah mulai susah waktu itu, maklum lagi liburan long weekend. Bayar tiket Rp. 15.000 untuk turis lokal dan Rp. 30.000 untuk turis asing. Saya hampir dikenakan Rp. 30.000 karena seperti biasa, disangka turis dari Hongkong :D.
15 ribu kemudian hiking ala cross country sedikit, sekitar 20 menitan (tentu saja ini tergantung sama kecepatan kamu sendiri), dan akhirnya tiba di sini, dimana semua orang pegang kamera dan menunggu matahari terbit,
Pagi itu matahari terbitnya malu-malu, kayaknya karena malamnya ujan gede banget. Tapi area Puthuk Setumbu ini memang pas buat membidik sunrise. Selain itu, Gunung Merapi dan Candi Borobudur juga keliatan dari kejauhan. Dalam keadaan berkabut pun saya dapet foto yang lumayan cakep :
Kamu bisa liat Borobudurnya dari kejauhan?
Saya pernah naik sepeda ke sini dari Jogja sendirian. Sayang mendung heee.
Oya, pada paragraf kedua itu kok tulisannya 150.000 dan 300.000 ya, mungkin maskudnya 15.000 🙂 heeee,
Salam kenal
wah naik sepeda dari Jogja ya? saya kemarin nyetir aja pegel, abis macet 🙂
nggak salah tulis kok, memang 150.000 dan 300.000 kalau lihatnya dari Borobudur.
Iya dari Jogja, iseng-iseng bersepeda 🙂
Wealah, jauh lebih mahal. Enakan malah camping di Punthuk Setumbu, heee. 🙂
keren banget pemandangannya mbak Shasy….
cakep memang. ini kabutnya pelan-pelan naik. jadi udah terang banget pun orang2 masih ngumpul dan mencoba ambil gambar disitu.
keliatannnn.. Borobudurnyaaa..
horreeeee, seru lho Anto naik ke bukit ini, laaf deh.
iya aku naik bukit ini dari Amanjiwo, tapi waktu itu aku sunsetnyah.
kereen! tapi borobudurnya minta di zoom hehe
salam kenal, kapan main ke dieng 🙂
Habis lihat postingan ini saya jadi kepengen liburannnn ke tempat yang seger-seger gitu, yang jauh dari hirup pikuk kota,.. Tapi rasanya waktu belum memungkinkan untuk liburan..
Untunglah saya tinggal dikawasan yang sedikit tidaknya mirip kondisi di puncak, jadi agak terobati rasa kangen akan tempat liburan yang suasananya segar dan udaranya masih sangat bersih..
Ini dia contoh lokasi rumah tinggal saya, semoga bisa menjadi inspirasi bagi Ibu 😀
http://www.citragrandcity.com/residential/somerset-west/