Masih soal food blogger alias tukang makan ni ya. Kemaren-kemaren kan saya pernah posting soal food blogger dan ini itunya disini. Kalau waktu itu saya nulis dari sisi saya sebagai tukang makan yang kadang-kadang diundang me-review resto, sekarang saya mau coba nulis dari sisi yang punya resto, atau pedagang makanan online.
Social media memang sudah menjadi senjata promosi ampuh bagi pemilik usaha makanan, baik yang punya resto ataupun yang berjualan online. Nama-nama besar di bidang jualan makanan tentu tanpa ragu menggunakan jasa buzzer untuk mempromosikan tempat mereka. Sementara resto atau kafeΒ juga pengusaha makanan online biasa melakukan endorsement atau mengundang food blogger datang ke tempat mereka untuk mencoba makanannya, tanpa mesti bayar. Yang jualan makanan online biasanya mengirimkan sample produk ke what-so-called food blogger, atau setidaknya orang-orang yang dikenal suka makan, atau orang-orang yang dianggap punya pengaruh cukup besar di social media sehingga bisa membuat followernya pengen ikut nyoba makanan.
Saya sendiri beberapa kali menerima undangan untuk makan di resto, diundang pemilik. Dan tentu saja mereka nggak mau saya bayar. Beberapa kali juga menerima kiriman makanan dari penjual makanan online.
Ga semua enak, tentu saja.
Ga enak ini kan banyak faktornya, misalnya kalo di resto pas si chef ga mood masaknya. Makanan kiriman online lebih mungkin ga enak lagi, misalnya masih harus digoreng di rumah, trus saya salah cara gorengnya, banyaklah faktornya.
Trus gimana kalo ngadepin kayak gini? Saya biasanya akan tetap posting. Iya dong, ini yang punya usaha makanan kan mau kita promosiin ya makanya kirim juga. Kalau nggak enak, saya biasanya ga bilang “ini enak lho”. Ini namanya sesat. Atau kalau kadarnya bukan ngga enak tapi rasanya biasa-biasa aja, saya akan tetap posting, setidaknya twitpic dan info kalau follower mau beli kemana, posting juga akun twitternya, atau kalau ada no tlp, pin bb, dll dll. Masalahnya, enak ga enak itu relatif. Kata saya ga enak, belum tentu orang lain ga suka.
Ini udah taun 2015, nggak usah naif. Dari jaman dulu udah ada istilah ‘there’s no such thing as free lunch’. Apalagi di dunia bisnis makanan yang luas dan banyak pemainnya ini. Kalau kamu dinilai berpengaruh di socmed, kemudian ada orang mengundang atau mengirim sample makanan, ya jangan diem-diem jugalah. Walau ga bisa promo bombastis seperti kalau kamu dibayar untuk ngetweet produk, kan bisa bilang
“Thanks ya @xxxxx, cake nya sudah aku terima, ga sabar mau coba”. Trus twitpic.
atau
“Lagi diundang makan di resto @xxxx, seru banget, terima kasih ya undangannya. Ksini yuk, di Jl. xxxxx”
Kalo memang merasa ngga enak makanannya, ya ga usah juga bilang :
“anjis ini enak banget kue kiriman @xxxx”
Tapi ya jangan udah diundang dan dikirim makanan diem-diem aja juga kan, inget deh, there’s no such thing as free lunch.
Perlu kita inget bahwa yang jualan makanan ini kan sudah susah payah membangun bisnisnya, mengundang dan mengirim kita makanan juga adalah salah satu usahanya untuk melancarkan usahanya. Jadi perlulah kita hargai ya kan. Kan.
Hah? There’s no such thing as a free lunch? Waduh. Kemarin2 yang kamu traktir itu, berarti utang? Waduh.
yes, dibayar hari minggu ini yes.
thank you.
Kak, bikin kultwit tentang cara nulis review makanan yang baik dong, aku newbie nih, setiap mau review makanan selalu mentok di enak doang. Hehe
ahaha, aku juga ga merasa ahli. Coba mampir ke surgamakan.com siapa tau dapet ide π
bener juga,enak gak enak itu kan relatif ya π
iya banget π
Benar, kita harus bisa menempatkan posisi π
Dalam sebuah promosi, tetap harus bisa membuat tulisan yang intinya menarik pembaca untuk coba berkunjung dan menikmatinya π
begitulah π
Cirengnya enak dan pedasnya pas buat bunuh orang
*berharap dikirim cireng setelah bikin review keren kaya gini*
kalo sistemnya dibalik kaya gini bisa ga bu bos? π
ngga bisa, coba lagi lain kali ya.
coba cirengnya lain kali ya..
emang social media sekarang berpengaruh banget ya terhadap dunia restoran dan kuliner… warung pinggir jalan aja bisa rame kalo banyak dipost di social media hahaha… makanya restoran kudu ati-ati ngasih service terutama restoran yang uda ada service taxnya… salah2, diposting, jadinya kan bikin jelek restoran itu sendiri…
itulah sebabnya aku ga mau posting kalau ternyata makanan atau servisnya kurang ok. Jadi kalo pas nemu yang kurang asik aku biasanya diem-diem aja π