Sopankah Membawa Minum Sendiri ke Tempat Makan?

Wow sebuah judul yang to the point ya Kak.

Beberapa tahun lalu di sebuah restoran milik teman saya sebut saja namanya Ghya karena memang itu namanya tertulis kata-kata semacam gini di buku menunya :

We understand that you’re trying to save this planet or trying to be healthier by bringing your own water to our place but please do understand that we’re trying to run a business here

Sebuah pemberitahuan yang menurut saya sangat tegas dan berani karena hampir semua tempat makan bisa memasang tulisan “Dilarang membawa makanan dan minuman dari luar” tapi sedikit di antaranya yang kemudian bisa mengambil tindakan tegas kalau ada yang bawa makan dan minum dari luar.

Tapi itu beberapa tahun lalu. Things changed, persoalan sampah plastik meningkat dari tahun ke tahun bahkan dari hari ke hari, masalah kesehatan menjadi semakin penting sehingga orang sekarang banyak memilih untuk minum air putih setelah makan ketimbang pesan Soda Gembira, misalnya. Karena ternyata kalau kebanyakan gula dan kemudian diabetes Soda Gembira tak lagi jadi sumber kegembiraan.

Belum lagi trend tumbler gemes yang sering kali harganya bikin tercengang (tapi tetep beli). Satu tumbler harganya bisa sama dengan tiket sejalan Jakarta – Bali. Kalau beli yang bagus es batu bisa tahan lama pula, enak banget kan panas-panas udah ga usah pesan es teh dingin di tempat makan tinggal buka tumbler.

Saya kan kebetulan berdagang makanan ya. Tentu saja jadi harus bisa melihat dari dua sisi ; sebagai tukang jajan yang suka bawa tumbler ke mana-mana dan sebagai pedagang yang masih harus berjibaku menyeimbangkan apakah omzet bisa nutup harga sewa tempat yang semakin lama semakin tinggi.

Sebagai tukang jajan alasan saya membawa tumbler adalah karena sekarang saya lebih memilih minum air putih ketimbang minum yang manis-manis, kalau beli air di tempat makan maka most likely saya akan menambah beban alam dengan menambah 1 sampah plastik. Ya memang ada tempat makan (juga termasuk warung saya di Bali) yang menjual air putih dalam gelas dan boleh isi ulang. Ada juga yang menjual dalam botol kaca (yang ini biasanya kalau di restoran bukan kelas warung ya). Kadang-kadang saya masih suka kepengen minum manis apalagi kalau tempat makannya menjual semacam Liang Teh, Teh Sereh Madu, dll, saya biasanya jajan itu walau tumbler berisi air putih tetap saya bawa.

Sebagai pengusaha makanan kelas warung saya paham dan mengalami sendiri bahwa penjualan minuman sangat membantu penambahan omzet setiap hari. Marginnya cukup besar dan risiko waste-nya sangat rendah. Bahkan banyak dari tempat makan yang mengandalkan penjualan minuman untuk omzet mereka. Sangat bisa dipahami. Apalagi seringkali 1 orang bisa pesan minuman sampai 2 botol/gelas apalagi saat cuaca panas atau jualannya bakso. Makan bakso itu paling nikmat ditutup dengan 2 gelas es teh manis, 1 sambil makan, 1 lagi setelah selesai makan. Ya kan?

Tapi gaya hidup orang membawa tumbler dan tidak pesan minum saat makan ke tempat makan memang sudah bergeser sekarang. Dulu teman saya masih bisa menulis begitu di menunya. Coba kalau sekarang ada yang nulis begitu. Alamat dicibir, dikatain tidak lingkungan friendly, bahkan di-cancel.

Jadi sepertinya jalan tengah yang bisa diambil dalam situasi begini adalah it is okay now untuk bawa tumbler berisi air putih (atau apapun isinya) ke tempat makan orang. Tapi tetap tidak sopan untuk bawa minuman lain yang dibeli di tempat lain tapi dinikmati di tempat orang bahkan sekalian sampahnya ditinggalkan di situ.

Yang punya warung seperti saya pasti tidak sekali dua kali membersihkan sampah makanan/minuman yang dibeli dari luar kemudian dikonsumsi di tempat kita. Ngasih tau aja guys : ini ga sopan lho yaaaaaa.
Nanti lagi saat berniat membawa minuman botolan atau gelas plastik ke sebuah tempat makan, mohon diingat kalau yang punya tempat makan mungkin bersusah payah mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk membayar sewa tempat, untuk membayar gaji karyawan tepat waktu, dan untuk untuk lainnya.

Saya pernah duduk di sebuah coffee shop. Lalu 2 orang tamu keluar meninggalkan tasnya dan kembali lagi bawa minuman dalam kemasan botol yang dibelinya di Indom*ret sebelah. Bayangkan perasaan owner coffee shop yang bayar interior designer mahal-mahal biar kita bisa duduk nyaman sambil ngopi tapi kemudian yang ngopi beli segelas kopi, duduk berjam-jam dan saat haus tinggal jalan ke sebelah beli minum botolan yang harganya bisa jadi memang hanya seperenam dari harga kopi yang dijual. Behaviour begini adanya 1 level di atas nggak sopan.

Saya juga seringkali menutup mata kok kalau ada yang bawa makanan dari luar karena saya pun bukannya ga pernah bawa kerupuk pas mau makan ikan bakar misalnya.

Tapi at least ingatlah untuk membawa serta sampahnya ya.

Leave a comment