Dari Mana Datangnya Food Blogger?

Beberapa hari belakangan ini netyzen lagi kompak banget membahas seorang food blogger/vlogger yang berkesan enggan membayar saat makan, bahkan berharap dijamu oleh pemilik tempat makan. Ditambah lagi dengan perkataan katanya review yang bisa diberikan nilainya tak ternilai! Memang bisa bayar berapa kalau mau bayar?

Ya komentar begitu di tempat umum sih habis dirujak ya oleh netyzen. Komentar kemudian melebar menjadi “ah makanan yang di-review pun nggak enak kok, ternyata bayaran”, “ah kirain mau bantu memajukan UMKM, ternyata bayaran juga”.

Saya sih jelas tidak setuju dengan perkataan “review ini tak ternilai harganya” apalagi kalau ditambah “memangnya bisa bayar berapa?”. Tapi perihal postingan yang dibayar, kita mungkin lupa bahwa kita-kita juga yang membuat para food vlogger ini kemudian punya audiens yang banyak, kita juga yang membuat pendapat mereka jadi “didengar”. Ya audiens-nya juga yang membuat banyak pemilik tempat makan mau membayar mereka untuk mencoba makanan dan kemudian di-review. Apalagi dengan adanya testimoni “sejak didatangi food vlogger A”, dagangan saya semakin laris!

Kemudian sampailah kita pada pertanyaan “memangnya salah ya kalau terima bayaran untuk review makanan?”

Read More