don’t Broadcast, Let’s Talk :)

Secara nggak sengaja hari Sabtu kemarin saya ketemu dengan teman SMP. Begitu ketemu, yang dia tanyakan bukannya kabar, tapi Pin BB. Saya sih sebenernya nggak terlalu suka punya banyak contact list di BBM. Yang perlu-perlu ajalah, yang memang sering kontak, atau sekalian yang ada urusan kerjaan (yang ini jarang sih sebenernya).

Sayangnya, saya tipe yang ngedumel tapi nggak enak kalo nggak ngasih, jadi yah, akhirnya tukeran pin juga. Beberapa hari kemudian si teman mengundang chat, conference dengan beberapa teman lain. Disinilah keseruan itu dimulai. Dari bertiga, conference berkembang jadi 5 dan terus bertambah. Di akhir hari, akhirnya terbentuk grup alumni SMP dengan anggota 25 ajah. Yak, bayangkanlah kerecokannya.

Yang paling banyak jadi bahan pembicaraan adalah saling mengingat satu sama lain. Disinilah komentar2 fisik bermunculan. Itu lho yang tinggi, yang pendek, yang keriting, yang rambutnya lurus, yang kurus, yang gendut, dan deretan panggilan fisik lainnya. Sebagian besar masih mengenal satu sama lain. Tapi ada juga yang lupa-lupa. Parahnya, setelah diupload foto, masih tetep aja ada yang lupa. Saya sendiri ingat hampir semua, kecuali 1 orang yang mungkin berubah banget atau memang waktu SMP nggak pernah maen bareng. Untungnya semua masih inget sama saya, kali karena saya bandel πŸ˜€

Dalam 2 hari, pembicaraan nggak selesai-selesai, BB terus aja bergetar pertanda ada yang lagi chat. Saya sih mundur teratur dan menikmati jadi penonton pembicaraan mereka. Uniknya, kumpulan teman-teman SMP ini seperti terbelah di dua group. Soalnya, SMP saya dulu menerapkan pembagian kelas berdasarkan ranking. Di taun pertama, kalau masuk kelas A, berarti kumpulan anak-anak pinter dan kalau masuk kelas H, berarti dengan anak-anak yang ehem, kurang pinter. Taun kedua sebaliknya, kalau dapat kelas G, berarti pinter, begitu seterusnya. Karena saya sekarang sudah lulus dan sudah cukup tua dewasa untuk berpendapat, ijinkanlah saya berteriak β€œpembagian kelas yang bodoh, heeeeeeeeeeeeeeyyyyyyyyyyyyy!!!”. Membuat pergaulan menjadi terkotak-kotak dan nggak memberi kesempatan untuk yang ‘kurang pinter, bahkan menjadikan anak-anak di kelas pinter menjadi kuper. Ha, so relieved to finally say that.

Setelah lulus sekolah dan mungkin kuliah, setelah kita semua ada di dunia yang ‘beneran’ ini, emangnya masih perlu pembagian itu ? Ambil contoh, teman SD saya yang dulunya juara kelas, sekarang jadi ibu rumah tangga, dan teman saya yang waktu SMP kerjanya ketinggalan kelas, sekarang punya beberapa toko gadget dan termasuk pengusaha yang lumayan disegani di Bandung. See? maksud saya bukan merendahkan mereka yang kerjanya jadi ibu rumah tangga yah, tapi justru mau ngasih contoh bahwa even if you failed in your school, you still gonna make it in your life later.

Selama saya menulis ini obrolan masih terus berjalan dan saya memilih menjadi penonton setia aja. Soalnya pembicaraan lagi berkisar di β€œeh anak lu lucu banget” β€œeh lu kurus banget dan cantik” β€œeh anak lu udah berapa” β€œeh anak lu les dimana”. Dum di dam di dum di dam, just nooooot my favourite subject yaaa……

Sempat beberapa kali berniat untuk leave group, tapi masih kepentok perasaan ga enak hati. Menyadari bahwa komunitas ini mungkin bukan komunitas yang bisa dengan mudah saling mengerti kalau ada suatu saat kita musti mundur dan memilih untuk tidak lagi mendengarkan atau melibatkan diri dalam sebuah percakapan.

Komunitas yang saya temui di jagad maya biasanya lebih terbuka terhadap perbedaan. Lebih terbuka terhadap pilihan orang yang tentu berbeda satu sama lain. Perihal approve tak approve atau perihal follow-unfollow tidak usah masuk hati.

Tapi dengan teman lama yang deketnya kagok, memang banyak kagoknya. Mau approve kok ya kayak nggak perlu, mau decline eh ga enak hati. Belakangan saya memilih approve, lalu membiarkan apa yang musti terjadi ya terjadi. Kadang-kadang contact list itu hilang dengan sendirinya, kali mereka ganti handset, atau mereka yang duluan menghapus saya dari list nya.

Punya banyak contact list banyak juga sih nyebelinnya. Broadcast Message adalah salah satunya. Yang namanya Broadcast Message atau BM ini emang banyak kali ganggu sih ya. Kadang2 isinya suka ga penting. Pernah satu kali dapet kayak gini β€œURGENT! Ada bayi lagi koma, butuh Gol darah AB segera, telepon ke xxxxxx.”. Ok, menolong orang apalagi urusan nyawa sih ya emang iya penting. Tapi sebelum kita broadcast, udah dicek belom sih nomer teleponnya Mas? Karena waktu saya cek, nomernya tidak aktif. Dan 3 hari kemudian, bahkan seminggu kemudian saya masih aja terima BM serupa.

BM yang belakangan saya terima berupa (maaf) kebodohan yang nyaris tidaak dapat ditolerir. Isinya mewajibkan kita untuk lanjut mengirimkan BM tersebut ke semua contact list kita, supaya kemudian pulsa kita terisi secara otomatis. Hari gini? pulsa gratis ? Oh man.

Gini deh ya. Yang namanya provider telepon seluler itu udah canggih-canggih Bung, logika nya dimana dengan kirim BM bisa jadi pengisian pulsa gratis? OK, mungkin mereka yang kirim BM juga mikirnya, β€œya kirim ajalah, who knows” alias coba-coba. Duh, tapi kan ganggu.

Ada lagi BM yang enggak banget. Katanya kita harus broadcast ulang,kalo engga hal buruk akan terjadi sama kita. Saya memang sama sekali tidak religius taapi juga tidak berminat menggantukan diri pada sebuah BM.

Menulis ini memang cukup jadi dilemma. Mana tau ada yang pernah BM saya dan baca tulisan ini. Kemudian merasa tersinggung dan merasa saya menyindirnya lewat tulisan. Tapi percayalah kawan, nggak ada maksud nyindir secara pribadi. Ini pandangan saya mengenai BM BM itu tadi. Selama masih nyaman mengirimkan saya BM, silakan saja. Dibaca atau engga, kan gimana nanti πŸ™‚

There it Goes

Si waktu memang tidak pernah kompromi. Tau-tau satu tahun berlalu dan saya udah ulang taun lagi aja. 31 tahun hari ini.

Dan entah kenapa, kali ini saya ngga punya keinginan untuk merayakan dengan sesuatu yang istimewa, makan malam keluarga misalnya. Tadi pagi mama saya udah tanya2 mau makan keluar atau masak di rumah. Saya berpikir sejenak, kemudian memutuskan untuk pergi fitness saja sepulang kerja nanti. Tidak perlu ada perayaan apa-apa, karena saya sedang tidak ingin. Kebetulan suami juga punya kegiatan yang ngga bisa ditinggal hari ini, maka saya akan merayakan ulang tahun istimewa ini dengan mesin treadmill saja :).

Banyak kali, sebaiknya kita nggak ribut pengen yang istimewa, untuk saya, melakukan apa yang saya mau, adalah yang istimewa justru.

Meskipun awal tahun sedikit demi sedikit berlalu tanpa resolusi berarti, dalam hati saya tau apa yang saya mau. Banyaknya rencana dan harapan masih bergelantungan. Tidak ada mimpi yang lebih besar kecuali untuk membuatnya menjadi nyata satu per satu nanti. Tunggu saja.

Lalu saya berpikir apa yang sudah saya punya ketika menginjak umur 31 ini. Wah, awal tahun ini begitu banyak berkat yang dicurahkan untuk saya dan keluarga. Sementara melihat ke kiri dan ke kanan, saya bersyukur betul, kami, keluarga besar masih bisa bersama-sama terus meskipun waktu untuk berkumpul kian mahal harganya.

Katanya memang jangan pernah menakar dan mengukur berkat yang sudah disiapkan untuk kita. Saya tahu betul itu. Karena di perjalanan saya ini, begitu banyak berkat yang sungguh di luar dugaan, di luar perkiraan, dan di luar perhitungan saya.

Dan diluar semuanya itu, saya bersyukur punya kamu disini. Tetaplah disini, supaya hari-hari ini nggak cuma berasa normal, tapi selalu istimewa di setiap hadirnya.

Happy birthday, me

Mannna Personal Touch nya? :P

Berapa belas tahun lalu, menjelang Natal saya selalu sibuk memilih kartu Natal. Membeli kartu Natal yang di pack masing2 dua belas buah, meskipun lebih murah, sama sekali tidak pernah jadi pilihan saya. Saya menikmati memilih kartu yang berbeda untuk setiap teman saya. Sesuai kesukaan mereka, atau setidaknya sesuai yang saya β€˜kira’ mereka suka.

Setelah SMS menjadi barang yang sangat umum, saya akui saya tidak pernah lagi membeli kartu natal. Kirim SMS cepet cong, murah lagi ☺ apalagi sekarang, sekali kirim 6 SMS di pagi hari, udah gratis aja 300 SMS selama siang dan sore nya. Biar kata provider suka ngadat-ngadat jadi lambat dengan alasan pemakaian over juga, tetep aja kirim SMS. Biar kata telat, yang penting nyampe. Setelat-telatnya SMS tetep aja lebih cepet dari kartu Natal atau kartu pos.

Di jaman facebook mulai menjadi bagian dari gaya hidup (I do sound like a wartawan lifestyle ya), ngucapin selamat Natal dan selamat-selamat lainnya, jadi lebih gampang lagi. Tinggal klik-klik-klik, langsung deh nyampe. Buat pemakai BlackBerry malah lebih gampang, tinggal tulis pesan, send to all. Beres deh. Eh adalagi Twitter, gampang juga, tinggal β€œmerry christmas ya cin”, beres deh. Berapa tahun belakangan saya agak kurang sreg dengan kirim-kiriman sms yang bentuknya standard alias template alias tulis satu, kirim ke semua. Sudah hampir 3 tahun ini, saya selalu membuat SMS baru untuk dikirimkan ke teman-teman. Semua dilengkapi dengan nama mereka masing-masing supaya pada tau kalo itu bukan SMS template. Saya juga menyisipkan pesan pribadi, misalnya salam ya buat laki dan anak lu, atau salam ya buat Ibu dan Bapak, ya apa ajalah yang membuat SMS itu memang saya buat khusus buat dia dan bukan SMS template.

Tahun ini, Facebook diramaikan dengan badai Blingee. Beberapa teman sempet mencak mencak di Twitter karena kesel dengan hebohnya si Blingee itu. Saya termasuk diantaranya, setiap buka profile saya di FB, yang ada cuma si Blingee itu berjejer sampe berapa halaman, super sebal. Saya memang menerima banyak ucapan yang asalnya dari aplikasi macam itu. Dan jujur, membuat sebal. Bukannya ga terima kasih ya. Tapi personal touch nya udah ilang sama sekali tuh. Boro-boro pengen bales, jangan2 mereka juga ngga inget udah kirim ke siapa aja, tinggal klik soalnya.

Jadi kalo dibandingin dengan ritual memilih kartu dulu itu, wah tingkatannya jauh bener ya. Memang iya sih, kehidupan sekarang kan berputar lebih cepat dan kesibukan masing-masing udah segunung aja. Tapi buat saya, personal touch dalam setiap greeting itu perlu lho. Biar kata telat ngucapin, tapi kalo pesannya personal. Lebih enak aja bacanya.

Mau Namu Jangan Bikin Kesel

Jadi siang hari ini, di sela-sela kesibukan saya sebagai ibu menteri yang nggak ada habis habisnya itu, saya berkesempatan makan siang sama si penulis kondang, yang berbaik hati mengantarkan novel terbarunya, Heart Block ke kantor saya. Gratis, sodara-sodara! dan di dalemnya ada tulisan personal yang sempat membuat hati tersobek-sobek πŸ˜›

Baru aja duduk dan belum sempet makan, tiba-tiba seorang pemuda barbaju hitam-hitam menghampiri kami dan menawarkan voucher Β masuk ke sebuah club yang lumayan (pernah) terkenal. Saya kontan menolak, tapi si pemuda dengan wajah memaksa menawarkan voucher tersebut. Ini gratis, katanya, dari harga 200 ribu, hari ini cuma 60ribu. Belum apa-apa saya udah sebel duluan, katanya gratis kok jadi 60ribu sih? Saya masih ramah dan mencoba menolak, “nggak mas, kita nggak pernah ke tempat gitu”. Eh si mas makin menjadi dan memaksa untuk bercerita soal tempat kerjanya itu. Saya pun memaksa menolak, dan si mas itupun berlalu dengan muka ASEM.

Bok, gini ya, sering nggak sih ditawarin barang, trus pas kita nolak, mukanya langsung asem. Kalo saya sih sering punya pengalaman beginian dengan SPG kosmetik atau parfum. Pas nawarin barang manis bener, pas kita nolak, mukanya langsung setelan asem. Belakangan saat semua barang dipaksa ditawarkan door to door atau person to person kayak tadi, ya jadi ebrkembang dari kosmetik dan parfum ke barang-barang lain.

Kalo udah gitu saya akhirnya suka sebel. Tadinya sih kalo ada yang nawarin gitu, saya suka kasihan. Inget cari uang memang susah, sebagian dari kita memang harus sampai berkeliling seperti itu nawarin barang dagangannya. Yang saya yakin, mungkin ga semua juga dari mereka menikmati pekerjaannya itu, kali mereka juga beban banget menghampiri orang dan menawarkan sesuatu. Mending kalo jadi dibeli, lah kalo ditolak? Saya sih nolaknya masih halus (tapi tegas). Saya yakin aja, pasti ada juga tuh yang nolaknya judes. Harusnya sih kalo memang berprofesi untuk nawar2in barang sama orang asing, pada saat ditolak, ya tetep dong jaga air mukanya tetap ramah. Kalo ditolak trus mukanya langsung asem, ya kita jadi sebel kan. Namanya resiko pekerjaan ya. Saya juga sama kok, sering ditolak orang dalam hal pekerjaan

Sepergi si mas itu tadi, saya melanjutkan ngobrol-ngobrol lagi. Sekali ini, kami berhasil memasukan satu porsi sop betawi dan saya nasi pepes tanpa gangguan apapun. Haleluya. Di saat makanan sudah habis dan tinggal tersisa beberapa penggal waktu untuk mengobrol lagi, tiba-tiba seorang bapak-bapak yang kebetulan ada hubungan kerjaan dengan saya datang dan ‘memaksa’ duduk dengan kami. “Lagi ngobrol bisnis?”, katanya. Saat saya jawab enggak, si bapak pun senang dan langsung duduk bergabung bersama kami dan kemudian bercerita mengenai ini-itu yang jelas, self centered.

Saya seringkali nggak bisa berkata enggak, apalagi seperti saya bilang tadi, si bapak ini punya hubungan kerjaan sama saya. Tapi saya sungguhan berharap orang-orang berhenti berbuat begitu. I mean, berhenti untuk tiba-tiba tau-tau bergabung dengan orang lain dan ikutan nimbrung. Saya memang nggak lagi ngobrol soal bisnis. Urusan bisnis memang jadi obrolan, tapi memang sudah selesai sebelum si bapak datang. Tapi emangnya yang penting itu cuma ngobrol bisnis aja ya ? Suka pada ngga tau kalo obrolan antar teman, apalagi seperti saya dan si teman yang waktu ketemunya susaaaah banget itu juga termasuk penting, hey. Akhirnya dengan isyarat-isyarat, kami pun terpaksa meninggalkan meja dan berdalih harus pulang. Padahal kala itu, obrolan lagi seru tapi karena ibu mentri ini harus kembali bekerja, maka usailah sudah ngobrol-ngobrol seru itu.

Saya jadi juga terpikir mengenai kebiasaan orang orang yang suka tiba-tiba muncul namu di rumah. Ini beberapa kali saya alami. Tau-tau rumah saya diketok, dan ketika ngintip via jendela, seorang teman datang. Buat saya untuk hal-hal seperti ini, sebaiknya kita mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan di barat sana. Kalo mau namu, ya telpon dulu dong, dan tanya dulu, apakah kita sedang dalam keadaan bisa ditamui apa engga. (ehm, ditamui bahasa apa sih bok?)

Soalnya gini ya, saya ini kan orang kerja. Pas sampe rumah, pengennya ya leyeh leyeh, pake celana pendek, pake tanktop, dan rambut diiket abis. Sementara namanya terima tamu, kan harusnya ngga berkostum seperti itu. Sekali waktu, temen saya berbaik hati nelpon dulu. “Lu di rumah ga?” katanya. “Iye, di rumah, kenapa?” saya jawab, katanya lagi, “oh, gua depan rumah lu ni”. Hue, harusnya jangan gitu ah. Sayangnya saya belum punya hati untuk bilang, iya di rumah tapi lagi ga kepengen ditamuin ni. Maunya sih tamunya ngerti sendiri πŸ™‚

Iya lho, dengan kesibukan kita di luar rumah yang segitu bejibunnya, pas nyampe rumah males banget terima tamu. Kecuali mereka yang memang kita undang ya, lain lagi dong ceritanya. Ya budaya timur sih budaya timur ya, harus rajin silaturahmi, tapi buat apa kalo membuat salah satu dari kita jadi merasa nggak nyaman?

Keluarga Pilihan

Awalnya agak terinspirasi sama satu bagian kecil dari buku yang bolak balik dibaca dari minggu lalu (sembari ga abis abis), Honeymoon With My Brother. Inget bener pas si Frans nawarin kopi buat Kurt, adiknya dan ternyata dia ga tau kopi macam apa yang diminum adiknya. Kopi hitam? Kopi pake krimer? atau kopi tanpa gula kali?

Bukan soal kopinya nih, tapi saya jadi mikir, kadang kita sama adik kakak sendiri kan suka aja lupa ya, atau bahkan ga tau persis gimana kebiasaan2 mereka. Tapi ajaibnya, kita malah lebih hafal kebiasaan2 temen kita. Contoh kongkritnya Senny tuh, kalo saya pesen coca cola dimanapun, dia selalu tambahin pesenannya, “pake gelas, mas”. Dia hafal lho, saya ga mau minum coca cola dari sedotan πŸ™‚ Tapi coba tanya aadik saya, belum tentu dia tau. Padahal hampir seumur hidup kita, banyak sekali waktu yang kita habiskan makan bareng, di rumah, atau di luar rumah.

Kepikir soal ini tanpa merendahkan arti seorang adik/kakak buat saya. Kebetulan saya anak sulung, adik saya 3, laki2 semua, dengan jarang umur yang lumayan jauh2. Jadi saya ini ya nggak pernah ngrasain tuker2 pinjem baju dll seperti kalo punya sodara perempuan. Juga nggak bisa lah curhat2 ala adik kakak perempuan gitu. Ini, udah lelaki, masih pada bocah pula, hehehe…

Saya justru terpikir betapa besar arti seorang temen buat kita. Mereka yang hafal kebiasaan2 kita, mereka yang tau apa yang kita suka dan apa yang engga, mereka yang menghabiskan waktu sama kiita, bahkan kali lebih banyak dibanding dengan adik kakak mereka sendiri.

You might be someone’s brother or sister, but it took a lot more to be someone’s friend πŸ™‚

Buat saya, sekali lagi, tanpa merendahkan arti adik atau kakak dalam kehidupan kita, tapi yang namanya teman itu memang selalu luar biasa. Kita nggak bisa pilih siapa yang jadi saudara kita, tapi kita bisa pilih siapa yang jadi temen deket kita. Saya menyebut teman2 saya ini, keluarga pilihan πŸ™‚

Blogger Bandung ke SLB

Yah biasalah kalo jagoan mah nulisnya belakangan, hehehe…. Maaf ya laporan acaranya terlambat. Maklum sibuk (weee….!)

Jadi, tanggal 18 April hari Rabu kemaren, Blogger Bandung yang tergabung di Batagor (Bandung Kota Blogger) lagi-lagi menggelar event charity. Sesudah kegiatan rutin berupa Bersih Bersih Bandung dan Gardu Lantu (Blogger Peduli Anak Yatim Piatu), kali ini yang jadi sasaran adalah SLB Banjaran yang berlokasi di Jalan Sindang Panon Banjaran.

Banyak pertanyaan yang muncul kenapa SLB ini yang kita pilih untuk kita kunjungi. Jujur aja, termasuk saya juga πŸ™‚ Tapi pas kita dateng kesana, saya jadi ngerti. SLB ini terletak di daerah Banjaran, dari jalan raya masuk lagi ke jalan sempit yang namanya Sindang Panon. Nyasar2 dikit, lumayan bikin senewen, hehehe. Salah sendiri navigator nya cantik ngelamun… Nah dari Jalan Sindang Panon ini, masih masuk lagi ke satu gang kecil. Bayangin aja, pendidikan SLB yang harusnya membutuhkan banyak biaya, sekolah ini hadir dengan kesederhanaan dan keterbatasannya. Satu hal yang bikin saya salut, meskipun terkesan seadanya,dengan luas yang juga ga terlalu besar, sekolah ini tampil cukup rapi. Jangan bayangkan sekolah dengan kursi kursi dan meja yang berjejer lengkap dengan papan tulis ya. Di SLB Banjaran ini, hanya ada beberapa ruangan yang terdiri dari beberapa meja yang dibuat berkelompok. Belakangan saya tau bahwa sekolah kecil ini memuat jenjang TK sampai SMA, setiap guru hanya bisa menghandle maksimal 5 orang murid. Itu sebabnya meja-meja itu dibuat seperti untuk kerja kelompok.

Disana kita disambuit oleh guru-guru dan juga kepala sekolahnya, di dalam ruangannya yang juga rapi, kita ngobrol bareng ibu Uci yang udah ngajar disitu sejak 20 tahun lalu. Hampir seumur Amel yah? hehe… Disuguhin macem-macem kue, juga disambut oleh Intan, seorang siswi tuna rungu yang membacakan sambutan buat kita πŸ™‚ . Waktu itu, semua nggak ada yang ngobrol sendiri-sendiri, berusaha menyimak walau toh tidak mengerti juga. Jadi inget waktu sekolah dulu, saya bawel bener, tapi Intan ini bacain sambutan aja dengan susah payah.

Setelah acara penyerahan bantuan berupa alat2 musik selesai, kita kembali dijamu dengan kupat tahu!! Yay! makan bareng2, sambil nonton salah satu murid penderita down syndrome tampil membawakan tari jaipong. Memang bener mereka perlu banget bantuan berupa alat musik ini, karena musik yang katanya bahasa universal itu toh memang bisa dinikmati semua πŸ™‚ . Sambil itu, kita juga ngobrol-ngobrol santai sama beberapa guru. Di SLB Banjaran ada beberapa murid penderita tuna rungu, tuna wicara, cacat fisik, down syndrome, dan autis. Serasa kembali diingatkan buat semua kita untuk nggak lagi becanda-becanda menggunakan kata “autis” atau asyik sendiri. Sadar kan, kita apalagi yang seringkali diem di balik monitor komputer, asyik sendiri. Belum lagi yang pake blackberry, asyik sendiri juga. Penggunaan kata autis rasanya udah terngiang dimana-mana, dalam becandaan sehari-hari tanpa kita sadar betapa beratnya kalau kita beneran menghadapi orang dekat kita yang autis. Makasih ya udah ngingetin Jeng Sil πŸ™‚ Jadi udah ya janji!!, ga pake2 lagi kata ‘autis’ buat becandaan sehari-hari πŸ™‚

Ya, saatnya pertanggungjawaban…. donasi yang terkumpul adalah sebagai berikut :

  1. Cahaya Keramik Rp. 1.000.000
  2. Perhimpunan Alumni Jerman Rp. 1.000.000
  3. nn Rp. 250.000
  4. nn Rp. 250.000
  5. Teman2 PT. Jerbee Indonesia Rp. 400.000
  6. nn Rp. 150.000
  7. Ashria – jakarta Rp. 150.000
  8. Lia M8 Rp. 50.000
  9. Tiwi M8 Rp. 200.000

Total Rp.3,450,000,-
Selain sumbangan tunai, kami juga menerima donasi berupa gitar, satu set angklung dan segabrug buku cerita dari Wirawan. Makasih ya semuanya. Semoga semua selalu menjadi saluran berkat buat sesama πŸ™‚ Uang tunai yang terkumpul sudah berubah wujud menjadi keyboard yamaha, dan beberapa pianika.

pemberian keyboard

pemberian keyboard

SLB Banjaran

SLB Banjaran

Nah, setelah dari SLB Banjaran, kita nerusin perjalanan ke Kawah Putih. Abis katanya udah deket. Udah deket dari HONGKONG kali!! hahaha….. Tapi it was all worth it. Kalo dipikir2, ngapain juga jauh-jauh ke Kawah Putih, asa begitu2 aja, tapi kalo sama anak-anak Batagor ya, di parkiran aja bisa ketawa-ketawa, apalagi di tempat rekreasi kayak begitu. Belum lagi ternyata disana ada jagung bakar ! Waaa…. ini kan favorit saya abis ! Jadi makan 3 biji, masih laper juga, dilanjut makan Indomie πŸ™‚

kawah putih

kawah putih

Sekali lagi makasih buat donatur sama temen-temen yang udah mau repot2 ngurusin acara ini. Jangan lupa bulan Juli kita bakal ngadain Gardu Lantu yang ketiga. Pengennya sih kita bisa traktir 1000 orang anak yatim piatu nanti πŸ™‚ Ya pasti bisa, dengan dukungan temen-temen semua kan πŸ™‚

Alat Musik untuk SLB A/B/C Banjaran………………….. dari kamu, iya, kamu!

Setelah kenyang kopdar kopdar setiap hari Jumat yang (rasanya) nggak ngobrolin sesuatu yang serius, akhirnya di kopdar Yoghurt Cisangkuy kemaren kita ngobrol soal rencana yang lumayan lama terpendam dan belum terealisasikan. Ide datang dari Aki Herry yang malam itu nampak ngobrol serius di ujung meja sama komandan batagor.

Jadi, program charity atau sosial selanjutnya dari Komunitas Blogger Bandung alias Batagor adalah, kunjungan ke SLB A/B/C Banjaran yang terletak di Jalan Sindang Panon Banjaran. Kunjungan aja? engga dong. Rencananya, kita juga mau memberikan sumbangan berupa alat-alat musik. Jadi adik2 kita disana itu ingin sekali belajar musik, tapi mereka nggak punya fasilitasnya. Mungkin ada beberapa diantara kita yang justru disediain alat musik di rumah, dibayarin les atau kursaus sama orang tua, tapi kita malah nggak pernah mempergunakan kesempatan itu dengan baik *curcol*.

Lalu apa yang bisa kita lakukan ? Sumbangan tentu nggak pernah salah, bisa berupa uang tunai, bisa juga berupa alat musik akustik. Yang dimaksud akustik adalah, alat musik seperti gitar, pianika, decoder, organ, dan lain lain. Yang punya organ2an merek Casio jaman dulu, disimpen aja di rumah, hahaha. *melenceng*. Uang tunai yang terkumpul, akan kita usahakan untuk membeli satu set angklung (semoga cukup uangnya, hehe).

Oya, sampai hari ini dana yang terkumpul adalah dari Toko Cahaya Keramik IBCC sebesar Rp. 1.000.000 dan juga dari Perhimpunan Alumni Jerman sebesar Rp. 1.000.000. Total Jendral, Rp. 2.000.000 dan 1 (satu) gitar akustik. Mengingat yang mau disumbang adalah satu sekolah dengan sekian banyak murid, sumbangan yang diperlukan masih, (jujur saja), banyak banget πŸ™‚

Satu hal yang perlu sama2 kita inget, nggak ada sumbangan yang akan terlalu kecil buat mewujudkan rencana ini. Masih inget program Rp. 15.000 untuk SATU SEBUAH saat pelaksanaan Gardu Lantu (Blogger Peduli Anak Yatim Piatu) bulan Desember kemaren?

Begitu banyak blogger yang nyumbang dengan nominal yang nggak besar, tapi karena banyak, akhirnya cita2 kita men-traktir 300 anak yatim piatu terwujud juga. Semua karena sumbangan dari kita-kita juga. Yuk, kita sukseskan juga rencana kita yang satu ini. Percaya deh, karena kita-kita semua, nanti bakal ada alunan musik indah dari SLB A/B/C Banjaran πŸ™‚ Jangan sampe kita nggak jadi bagian dari misi ini πŸ™‚

Donasi berupa uang tunai bisa ditransfer ke rekening sbb ;

  1. BCA a.n Herry Constadi no A/C : 233-1591-451
  2. BRI a.n Marla Ruby Quintine no A/C : 0384-0-1000-542507
  3. Mandiri a.n Amalia Mustikasari no A/C : 131-000-4619872

Buat yang udah transfer, boleh isi comment di bawah, info transfer kemana dan jumlahnya berapa ya, thanks in advance πŸ™‚

Oya, buat yang mau ikut kunjungannya, kita ngumpul jam 8 pagi, tanggal 12 April di depan Bandung Indah Plaza aka BIP Jalan Merdeka ya. Buat yang perlu informasi lanjut mengenai SLB A/B/C Banjaran, bisa langsung menghubungi kepala sekolahnya, Ibu Uci di 081322111731,

Oya, Batagor juga mengundang Bandung Blog Village dan Flexter untuk ikutan dalam acara charity ini. Guys, ditunggu ya…..

Kapan lagi kita menuai keceriaan seperti ini ?

Senyum Ceria di Gardu Lantu II

Senyum Ceria di Gardu Lantu II

UPDATE !!!

Dana tunai yang telah terkumpul sampe hari ini adalah Rp. 2.250.000. Sementara itu ada sumbangan 1 (satu) set angklung dari seorang dokter cantik πŸ™‚ Juga ada sumbangan gitar dari 2(dua) orang blogger. Oya, juga ada sumbangan berupa seabruk buku cerita anak2 dari Wirawan. Makasih banget buat yang udah partisipasi. ditunggu ya !!

Kopdar di Toko Coklat

Aww… postingan pertama dari si tablet πŸ™‚ Ternyata udah lumayan lama ga posting ya, Bener si Anis bilang, kita ini blogger offline, kebanyakan kopdar daripada posting πŸ™‚ Dan satu yang saya sadari, pantes aja ga bisa cari duit dari nge-blog, begitu kudu ngeblog dikasih deadline, seperti postingan soal Aston, langsung melempem idenya 😦 ah well … semoga abis posting yang satu ini masih punya ‘hasrat’ untuk posting satu lagi. Semoga.

Well, seperti hari Jumat yang sudah sudah, Jumat tanggal 28 ini kita kopdar juga. Bilanglah komunitas blogger. Yang ada, sesungguhnya kok lebih mendekati komunitas facebooker ya ? Di kopdar tadi, Yessi malah nyatet alamat email aja untuk add facebook dibanding nyatet alamat blog. Alasannya cukup dapat diterima, di facebook, semua bisa ketauan, foto, blog, dan daily activities, hahaha…. couldnt agree more with you, Yes.

Tadi kopdar di Toko Coklat. Jujur aja, saya semangat banget mau kopdar di tempat ini. Soalnya beberapa kali nggak sengaja lewat, tempat ini menggoda banget. Keliatannya ‘hangat’ dan welcome sekali. Saya bukan penggemar berat coklat seperti Bayu tapi toh saya tertarik untuk nongkrong disitu, merasakan kehangatan tempatnya dan juga mencoba berbagai hidangan coklatnya. Karena itu, dari kopdar minggu lalu di Aston, daya udah ‘ribut’ aja untuk kopdar di Toko Coklat (sebelumnya kami sebut Rumah Coklat, ternyata salah). Antusiasme saya juga membuat saya bolak balik melihat iklan di Bandung Info Media untuk liat foto tempat dan alamat lengkapnya. Temen2 di milis flexi tentunya tau gimana siang tadi saya kirim sms berupa alamat lengkap si Toko Coklat beserta nomer teleponnya. Itu karena saya mencari iklan lengkapnya, juga googling, siapa tau ada yang pernah menulis soal tempat baru ini. Pendeknya, saya super semangat.

Tiba di tempat, gada yang aneh. Menu yang saya nilai cukup sedikit untuk ditawarkan, toh tidak menciutkan niat saya untuk mencoba beberapa hidangan. Risoles ham & keju jadi pilihan utama. rasanya ngga malu2in. Meskipun kalo dipanasin dalam microwave tentu lebih menggoda, harganya yang Rp. 6000 juga cukup worth it lah πŸ™‚ Apalagi saya penyuka risoles, pastel, croquet, you name it πŸ™‚ Buat minuman rupanya tidak terlalu banyak pilihan. Berhubung panas banget tadi, ice chocolate jadi pilihan pertama saya. Habis dalam 3 kali sedot πŸ™‚ lumayan enak, walaupun agak terlalu mahal, Rp. 15.000. But hey, we also pay for the nice place πŸ™‚

Ada di Toko Coklat, tentu aneh kalo kita nggak makan coklat kan. Ganache Rhum dan Liquor jadi pilihan saya. Harganya ga terlalu mahal, Rp. 3500 dan Rp. 4500 saja sebijinya. Meskipun ngga mungkin makan satu kan ya ? jadi ya, Rp. 15.000 an juga jatohnya. Rhum nya kerasa banget, kalo yang suka dengan aromanya, this will be your favorite. Apalagi yang liquor. Saya jarang nemu coklat lokal seenak itu. Wah, laen kali ngga usah minta oleh2 dari Holland, ini ada coklat lokal yang ngga kalah enak ! Sembari makan pesanan sendiri, saya sempat ‘membantu’ Rolly ngabisin soup pesenan dia. Menurutnya, soup nya agak aneh, sementara menurut saya, it was one of the best πŸ™‚ sayang aja udah dingin. Yah namanya juga minta, hehehe.

Hari tadi Toko Coklat lumayan rame. Meja yang tersedia nggak terlalu banyak. Kita karena banyakan, kebagian tempat di dalam ruangan. Sementara ada 2-3 meja terisi di halaman samping. Seperti saya bilang, suasana cukup hangat.

Ya, suasana hangat sampai saya mendapati wajah yang cukup nggak enak dari tempat saya duduk. Setelah saya beberapa saat mengamati, rupanya wajah ngga enak itu berasal dari si empunya Toko Coklat. Berulang kali saya mencuri pandang, wajahnya mengatakan bahwa dia terganggu dengan kehadiran kami disitu. Ada sekitar 20 orang kami kumpul, dan tentu aja suara udah ga bisa dikontrol lagi ya. Semua melepas rindu. Apalagi ada Lala yang baru dateng dari Jakarta. Semua panik dan berengerubutin Lala. Dengan volume suara yang memang tidak terkontrol. Saya cenderung diam dan bolak balik ngecek sms yang memang juga perlu dibalas. Sesekali ketawa bareng temen2 tapi tetep ngerasa si empunya tempat merasa nggak nyaman dengan kehadiran kami disitu. Selain saya, Aki rupanya merasakan hal yang sama. Dia berinisiatif untuk datengin si empunya tempat dan nanya. Saya tadinya kurang setuju. Saya pikir, sudahlah, daripada bikin suasana ngga enak. Tapi Aki bilang, “we dont deserve an expression like that here“. Mendengar itu, saya setuju banget. Gini ya, saya kebetulan bekerja di tempat umum dimana saya mengandalkan tamu2 yang dateng dan makan di tempat saya for running the business. Giliran ada tamu yang nyebelin aja, saya harus tetep welcome dan senyum lho. Ini, jelas2 kita ada disitu, wajahnya HASEUM (baca : asem). Dan they both, husband and wife I think, had similar expression.

Setelah dihampiri dan ditanya apakah mereka keberatan dengan keberadaan kita disitu (bayangin, masa sih ada harus keberatan kita makan disitu?), kita dapat juga jawaban. Ok, they were worry because they plan to close the shop at 8 and it was 7.30 already. Ah terjawab sudah…. rupanya khawatir kita nggak bubar di waktu yang diharapkan :). Sebetulnya sederhana aja, tinggal bilang toh? Bahkan seharusnya mereka bisa memakai kesempatan itu untuk last order ya. Bisa bilang, “Hey, we’re closing at 8, so will you guys make a last order? “. It’s a good way to make money, because people will feel they have to make an order πŸ™‚ Bekerja di beberapa tempat dengan bidang serupa membuat saya lumayan paham soal itu.

Aki sempat menduga bahwa mereka merasa jumlah orang yang dateng mungkin tidak sesuai dengan jumlah order yang dibuat. Tapi mengamati beberapa dari kami bolak balik memesan dengan menu yang memang ‘sekedarnya’, rasanya itu bukan alasan yang tepat. Kalau saja mereka sadar bahwa omongan customer adalah cara yang paling baik untuk berpromosi πŸ™‚ Kita mungkin cuma duduk disitu dan menghasilkan omzet sebesar tiga ratus ribu sekian, tapi if we had a great time there, imagine what will they get? a free promotion! Masa kita harus bilang kalo kita2 ini blogger yang tulisannya lumayan beredar dimana2 sih? Hehe, *sombong*

Ah well, kesian Anis dan Yessy yang dateng belakangan, yang makan

Anis Panik Nunggu Milkshake :)

spaghettinya buru2 bener dan panik karena kita udah minta bill even before the milkshake came. Maaf ya Nis, baca postingan ini tentu membuat Anis ngerti? hahaha……

So, dengan pemikiran bingung, kenapa di hari weekend ini mereka tetep insisted tutup jam 8, kita bubar jam 20.10. Maaf lho, membuat terlambat 10 menit πŸ™‚ Tapi kita sempet foto bersama di depan Toko Coklat, untuk mengingat bahwa suatu saat dulu kita pernah kopdar disitu (saya nggak yakin akan ada kopdar lanjutan di tempat yang sama, to be honest).

So, the big question is, will I come again in the future ? I think so, maybe. Kalo suatu waktu saya pengen makan coklat enak, dan engga terburu2 πŸ™‚ Soalnya alasannya ada 2. Supaya nggak merasa ‘terusir’ dan juga halaman samping itu kayaknya asyik juga dipake ngumpul di sore hari.

Oya, waktu kita bubar jam 20.10, satu meja di halaman samping itu masih ada tamunya. Wondering aja, apa cara mereka untuk ‘mengusir’ tamu itu ya ?

Oya, kopdar hari ini asyik banget.Ada 5 blogger yang baru gabung… ayo, selain Yessy, mana alamat blognya ? πŸ™‚ Buat yang lagi liburan di Bandung, hope you have the nicest holiday here in Bandung. Buat yang masih di Bandung, jangan lupa kopdar minggu depan ya πŸ™‚

Seabis Toko Coklat, kita sempet makan baso malang yang enak di deket situ, dan akhirnya bubar, saya langsung menuju Chill Out, dimana harus ketemu beberapa temen. Sampe rumah almost midnight, tapi ngotot harus posting ini. Hope you all have a nice evening like I did (kecuali muka HASEUM itu tadi, betul2 tidak termaafkan, hehe).

Tidur yuk ?

nb : oya, fotonya nyusul yah, masih nunggu dari Wirawan atau Bayu.

eh, ini udah ada fotonya πŸ™‚ Makasih ya Bayu, kamu memang Bayu Hebat!

Kopdar di Toko Coklat

Kopdar di Toko Coklat
Kopdar di Toko Coklat

Kopdar di Toko Coklat

Waktu SD

Belakangan ini dunia fesbuk saya lagi rame sama temen2 SD yang katanya pada mau reunian. Mulanya, karena tiba2 ada satu temen SD yang sejak lulus 18 taun lalu, ga pernah sama sekali ketemu, jadi ga keikutin tuh jejaknya, kuliah dimana dsb. Tiba2 dia nge add saya, pasalnya 1 friend in common, dosen saya waktu kuliah. Ternyata sekarang dia juga ngajar sebagai dosen di tempat kuliah saya. What a sweet coincidence. Langsung deh rencana mau reuni bergulir.

Dari situ merembet ketemu temen2 yang lain. Lucunya, ternyata kita ngga punya memory yang sama satu sama lain. Saya inget banget sama orang yang satu, sementara temen saya nggak pernah inget punya temen itu di SD. Lain hal, saya nggak ngeh dengan seseorang di SD, ternyata semua inget sama dia. Ini nggak pernah saya sadarin sebelumnya, bener juga ya, kita kan memperhatikan hal yang beda2, tentu memorinya juga beda2 ya.

Ada temen saya nulis di wall, “ahaha, Shasya yang dulu sekolahnya pake sepatu NIKE”. Haha, katanya dulu saya kalo naliin tali sepatu, kakinya naek ke atas meja, jadi dia inget bener merek sepatu saya. Jadi questioning, kalo sepatunya merek SPOTEC, kakinya naek ke atas meja juga ga ya? hehe.

Laen waktu chat on line via FB sama temen SD juga. Ingatan mulai bertebar2, lu inget ga si A yang rambutnya oily, inget si B ga yang kaos kaki nya coklat? inget si C ga, yang gigi nya roges2? huahahaha…… gila, kecil2 udah engga-engga aja merhatiinnya πŸ™‚

Ada juga cerita sedihnya, waktu saya nanya2 soal seorang temen yang dulu kecengan abis saya :), ternyata dia udah meninggal. Kapan meninggalnya, saya nggak tau. Sedih, karena sejak lulus dulu, sama sekali ga pernah ketemu. Dan dia itu beneran kecengan saya waktu kecil dulu πŸ™‚ Temen saya bilang, cinta monyetnya Shasya, hehe.

Setiap hari, miracle di FB ini nggak ada habis2nya. Suatu waktu, saya ngabisin waktu, search temen2 SD, ada yang namanya tau dengan lengkap, ada juga yang engga. Banyak juga yang ketemu, tapi ada juga yang nyasar πŸ™‚ Abis fotonya pada ga jelas2 sih ah *ngomel*

Ingetan temen2 tentang saya juga lain2. rata2 sih pada bingung kok akhirnya jadi perempuan saya ini, hehe. Kayaknya waktu SD dulu saya tomboy abis deh, ada juga yang bilang saya suka nonjok2, ada juga yang ngingetin kalo dulu saya sukanya keliling2 sekolah pake sepatu roda :), sementara orang laen pelajaran tambahan buat ujian, heheh.

Satu hal yang saya inget akan SD saya, adalah segimana beragam isinya anak2 di sekolah itu. Dan indahnya, waktu itu saya ngga pernah ngeh kalo temen saya yang satu ini, chinese, temen saya yang satu itu, batak, yang lain apa lagi… Semua terasa sama aja dulu. Pas inget ini, saya jadi inget untuk sekolah Biyan entar, saya juga mau pilih yang sekolahnya beragam pula ah :). Supaya lebih banyak kenal macem2 orang.

Ga sabar mau nunggu reunian ni ah jadinya πŸ™‚

Pacaran Aja Dulu :P

Lagi inget masa2 pacaran dulu nih. Itu tuh, waktu musim2nya lagi dideketin, diteleponin like a million times a day, di sms sampe inbox penuh penuh ga bisa terima sms lain dan diingetin untuk makan sehari tiga kali (kalo sekarang ada yang ngingetin, paling nyolot, “ga mungkin lupa orang gua LAPAR” – hehe). Kalo kebanyakan diingetin suka pengen gigit jadinya πŸ™‚

Nah dulu waktu pacaran, saya suka belibet tuh bagi waktu sama temen. Anak2 ngajak kongkow pas malem minggu, eh si pacar juga ngajak nonton malem minggu. Untuk pergi dua2nya, ya ga mungkin aja, bisa2 pulang2 dikunciin si engkong karena kemaleman.

Kalo udah belibet gitu, seringnya saya suka duluin pacar. Iya sih, katanya yang namanya temen lebih penting. Dan jangan sampe pacaran trus nglupain temen. Untuk yang satu ini, saya malah mikir, temen itu kan selamanya ya. Sementara pacar? Kan ga semuanya jadi selamanya, pasti akhirnya yang jadi cuma satu kan, hehe.

Buat saya, yang namanya teman itu kan harusnya selalu ada ya. NO matter what, they will (or should?) be around us. Sementara pacar itu perlu penjajakan. Makanya buat saya kalo cuma punya 1 jam waktu, mendingan pacaran dulu aja, hahahaha….

Waktu masih sama2 pacaran, saya sama Lala si soulmate malah suka lebih gila lagi. Jadi ceritanya dia itu dulu pacarnya di Australi. Kalo kita lagi telponan atau bahkan lagi ngobrol trus si pacarnya itu telepon, ya udah aja kita sudahi percakapan kita kadang2 malah tanpa basa basi ;

saya : bla bla bla… ginigituginigitu….

soulmate : eh pacar telepon. dadah

“klik”

saya : “krik krik” – suara jangkrik pertanda hening

Pertamanya sih saya suka kesinggung ya, ih kok dia duluin pacarnya dari saya. Tapi lama2, saya juga ngeh kalo dia kan tentu butuh waktu yang lebih lama untuk mengenal pacarnya dibanding mengenal saya πŸ™‚

Dan luar biasa nya, saat kita putus sama pacar masing2, beneran aja, yang namanya temen itu kan selalu aja jadi temen. Siapa lagi yang wipe our tears kalo bukan temen? Sapa lagi yang selalu siap sedia kasih pelukan saat kita ancur2an karena cinta? ya temen juga.

Kamu lagi ancur2an karena cinta ?

– find your friends and laugh with them, they’re always there!

Kamu lagi asyik pacaran ?

– nikmati masa2 itu, kan belom tentu jadi sama yang ini.

Hahahaha…….. mo ngomong dengan gaya natural tapi kok kesannya jadi ‘mengutuk’ yah. duh. Ga maksud mengutuk kok, sumpah πŸ™‚