Natal. Tahun Ini

Postingan dibuka dengan helaan napas panjang karena tanpa sadar saya serasa dilangkahi waktu. Tahun ini berlalu dengan saat cepat, super. Belum apa2 tau-tau udah tengah taun, belum apa2 tau-tau Biyan umurnya 2 taun aja. tau-tau udah mau Natal, dan blast! 2009 nya abis deh.

Sama seperti tahun lalu, Natal kali ini buat saya (masih) belum terasa aroma religiusnya. Yang terasa saat ini cuma ricuh beli kado Natal, dan juga ditambah kerjaan yang, ya ampun, berantakan. Too many things to do, waktu dan mood cuma tinggal sejengkal. Alhasil ga nyampe kemana-mana.

Tahun ini, saya memposisikan diri untuk tidak terlalu terlibat dalam acara-acara keluarga. Baik keluarga saya maupun keluarga tetangga. Keluarga suami, maksudnya. Tahun ini rasanya ingin sekali boleh egois, doing my things, what I like, what I want. Memutuskan untuk tidak datang ke ritual keluarga seperti tahun tahun sebelumnya. Kalau boleh jujur sedikit, ada banyak ini itu yang membuat saya merasa kumpul keluarga di hari Natal menjadi tidak lebih dari sekedar kumpul-kumpul aja. Dan tahun ini, saya tidak mau melakoni itu semua. Tahun ini saya mau melakoni skenario saya sendiri.

Di sisi lain, saya merasakan peran yang begitu besar dari teman-teman. Sejak dulu, saya memang suka ‘mengagungkan’ peran teman dalam setiap sisi kehidupan saya. Di saat susah, saat sedih dan saat suka, ada teman yang selalu menyertai. Terutama tahun ini.

Saya kemudian merancang beberapa christmas dinner bersama beberapa teman dekat. Yang sudah 100% jadi, saya bakal makan malam bersama seorang teman baik dari jaman SMA. Anaknya hampir seumur Biyan. To make it merrier, kami merencanakan tuker kado untuk anak-anak. Cuma kami berenam saja, dia dengan suami dan anak, begitupun saya. Selain itu, via twitter saya juga mengundang seorang sahabat lama to have at least a decent christmas dinner. Gonna be fun. Without agenda, without any omel-omel or manyun-manyun. Can’t wait !

Sementara itu kehidupan rohani saya sama sekali tidak bergerak ke arah yang lebih baik. Saya juga tidak mau memaksakan diri terlalu keras. Mari berjalan saja dan lihat kemana kehidupan ini mengarah. Yang penting saya sama sekali tidak punya niat jahat menyakiti siapapun yang ada di sekitar saya. Terlalu sering saya melihat mereka yang mengarahkan hidup ke arah vertikal dan tidak mengimbanginya dengan menjalin hubungan baik dengan mereka yang bersejajaran horizontal dengannya. Terlalu sering saya mendengar ini itu di gereja, tapi diluar gereja, uhm, well… Hari ini apdet status katanya lagi di gereja, tapi besok ketemu manyun pura-pura nggak kenal :). Hari ini apdet status ayat alkitab, besoknya becandaan jorok, ha !

I’m not proud of being not so much into christianity. Tapi buat saya, ada hal yang juga perlu dijalin, hubungan dengan kiri dan kanan kita. Sumpah deh, bikin eneg kalo bolak balik ke gereja tapi semua orang dimusuhin. Memang mainnya sama malaikat apa ? πŸ™‚

Ah well, saya sudahi saja, daripada nyinyir-nyinyir ga jelas. Merry christmas to you all, may the blessing of christmas be with you and whole family.

A Cute Boy For You, An Angel For Me

Biyan236

my angel

This cute boy might be just a cute boy for you

But for me, he’s my everything

A light to lighten my dark phase

An energy booster

A reason to stand still

There will never be enough words

To show what I feel inside

All I know, he’s a grace

And I’m grateful

To see his smile every day

To hear his funny voice

To feel his chubby cheek on mine

To have him in my life

Again, i’m grateful

I rarely say this, I know

But I thank You, Lord

Ceritanya Liburan

As some of you may know, liburan lebaran kemaren, saya dan Biyan berkesempatan pergi ke Makassar. Kenapa Makassar, karena ini bukan sekedar liburan biasa, tapi berhubung papa nya Biyan yang memang lagi tugas sementara disana dan kemaren belum bisa pulang, jadilah kita pergi.

Waktu ditawarin pergi pertama kali, saya agak-agak ciut hati juga. Bukan apa-apa, perginya kan berdua Biyan aja, sementara papa nya udah duluan di Makassar. Perrgi bawa anak seumur Biyan itu bukan perkara gampang. Lebih lagi, nggak ada penerbangan langsung dari Bandung ke Makassar, jadi saya dan Biyan harus mampir dulu ke Jakarta dengan keadaan arrus balik yang membuat perjalanan Bandung-Jakarta yang harusnya bisa cuma 2.5 jam, harus jadi 5 jam. Memang sih akhirnya 2,5 jam pun sampe ke Bandara, tapi akhirnya kita berdua malah harus nongkrong di bandara sekian lamanya.

Nunggu berdua Biyan di bandara, bukan hal yang gampang. Dia itu super ga mau diem, alhasil saya sibuk berat jagain dia sambil juga jagain tas bawaan saya. Dan jangan lupa, bawa anak bawaannya ga sedikit lho, di tas saya sedikitnya ada 4 botol susu, selimut, jacket, mainan, makanan kecil, susu, pampers, dll. Belibet bener deh pokoknya. Isi tas saya kali menyerupai mini market terdekat rumah anda, hehe

Setelah nunggu selama 3 jam setengah, akhirrnya kita masuk juga ke boarding room, hanya untuk tau bahwa flight di-delay sampe satu setengah jam kc depan. Haduh, asli lemes yang ada. Padahal perut laper banget, tapi bener-bener nggak mungkin untuk keluar makan lagi dengan bawa Biyan dan bawaan itu tadi. Dan keduanya, sama sekali nggak mungkin saya titipkan pada orang lain toh?

Tapi semuanya terlewati juga, penantian hampir 5 jam akhirnya tuntas juga, menjelang maghrib, Biyan dan saya terbang. Ini perjalanan Biyan paling jauh (sebelumnya, paling jauh cuma ke The Ranch, Lembang).

1. Tidak seperti yang dikhawatirkan bahwa Biyan bakal bosen di jalan, ternyata begitu masuk travel ke Bandara, Biyan tidur pulas sampe akhirnya bangun pas nyampe bandara. Begitu juga di pesawat, belum take off dia udah pulas, dan bangun tepat saat landing. Saran teman untuk ngasih obat tidur kayaknya beneran nggak berguna, seperti mamanya, dia kebluk abis !

bobo terus

bobo terus

2. Saya beruntung banget, Biyan itu nggak pernah susah makan. Di bandara dia makan perkedel kentang sama ayam sama nasi, lahap. Pas nyampe makan mie titi, ngga kalah lahap. Waktu breakfast di hotel nyaris sepertifood paradise buat dia, secara banyak banget kesukaannya, cerreal, kue2 manis, omelette, dan kerupuk! :D. Selama jalan2, Biyan juga nggak pernah nyusahin. Diajak makan baso, lahap, apalagi waktu diajak makan ikan dan udang bakar.

breakfast, kegiatan favorit

breakfast, kegiatan favorit

3. Jalan-jalan bawa anak tidak memungkinkan saya untuk nampil gaya2an. Yang ada, pake baju yang rraktis, pake tas yang segala masuk, dan pake sepatu yang enak dipake jalan. Matching ga matching urusan kedua (ehm, to be honest, ini milih bajunya susah bener, karena selama 4 hari jalan harus matching terus dari baju, sepatu sampe tas, hehe).

4. Jalan sama Biyan, juga nggak memungkinkan saya pake baju ‘asal’ seperti waktu liburan.Kata ‘asal’ disini bisa diganti penggunaannya dengan baju yang ‘minim’ seperti yang biasanya saya lakukan kalo liburan di tempat panas seperti ini (kayak yang sering aja deh!). Walaupun ada suami, disini saya dan Biyan jalan kemana-mana berdua, suami kan kerja. Dan jalan2nya juga naek becak lho yaaaa…. pengalaman pertama Biyan naek becak, seru πŸ™‚

5. Bawa Biyan ke pantai, eh dia males kalo kena2 air, katanya nggak mau kalo kakinya basah, yuk…. hahaha…. ini anak suka dikasih tau jangan kotor2an akhirnya keterusan, pegang pasir juga ogah. Alhasil pulang dari pantai, masih rapi dandanannya πŸ™‚

ga mau deket air, kotor !

ga mau deket air, kotor !

6. Bukan ngga pengen ketemu2an alias kopdar sama blogger2 Makassar, tapi liburan kemarin saya memang pengen total bareng Biyan setelah selama ini saya banyak tinggalin dia. Disini, total semua waktu saya, selalu bareng sama dia. Kalo saya berpaling sebentar aja, wifi-an, dia langsung sibuk coret2 karpet hotel dengan crayon nya. Mama saya bilang, itu maksudnya cari perhatian πŸ™‚

It was a blast. Seneng bener menghabiskan waktu banyak berdua Biyan, Karena kemana2 berdua, dia nggak pernah sempet ditinggalin, selalu diajak biar cuma ke apotek samping hotel juga. Masa iya mau ditinggal di hotel sendirian kan. Mandi pun suka bareng2, padahal di rumah nggak pernah2nya. Dan saya ngakak abis waktu dia teriak, “wah, penis mama ilang!!”. :))

Keluarga Pilihan

Awalnya agak terinspirasi sama satu bagian kecil dari buku yang bolak balik dibaca dari minggu lalu (sembari ga abis abis), Honeymoon With My Brother. Inget bener pas si Frans nawarin kopi buat Kurt, adiknya dan ternyata dia ga tau kopi macam apa yang diminum adiknya. Kopi hitam? Kopi pake krimer? atau kopi tanpa gula kali?

Bukan soal kopinya nih, tapi saya jadi mikir, kadang kita sama adik kakak sendiri kan suka aja lupa ya, atau bahkan ga tau persis gimana kebiasaan2 mereka. Tapi ajaibnya, kita malah lebih hafal kebiasaan2 temen kita. Contoh kongkritnya Senny tuh, kalo saya pesen coca cola dimanapun, dia selalu tambahin pesenannya, “pake gelas, mas”. Dia hafal lho, saya ga mau minum coca cola dari sedotan πŸ™‚ Tapi coba tanya aadik saya, belum tentu dia tau. Padahal hampir seumur hidup kita, banyak sekali waktu yang kita habiskan makan bareng, di rumah, atau di luar rumah.

Kepikir soal ini tanpa merendahkan arti seorang adik/kakak buat saya. Kebetulan saya anak sulung, adik saya 3, laki2 semua, dengan jarang umur yang lumayan jauh2. Jadi saya ini ya nggak pernah ngrasain tuker2 pinjem baju dll seperti kalo punya sodara perempuan. Juga nggak bisa lah curhat2 ala adik kakak perempuan gitu. Ini, udah lelaki, masih pada bocah pula, hehehe…

Saya justru terpikir betapa besar arti seorang temen buat kita. Mereka yang hafal kebiasaan2 kita, mereka yang tau apa yang kita suka dan apa yang engga, mereka yang menghabiskan waktu sama kiita, bahkan kali lebih banyak dibanding dengan adik kakak mereka sendiri.

You might be someone’s brother or sister, but it took a lot more to be someone’s friend πŸ™‚

Buat saya, sekali lagi, tanpa merendahkan arti adik atau kakak dalam kehidupan kita, tapi yang namanya teman itu memang selalu luar biasa. Kita nggak bisa pilih siapa yang jadi saudara kita, tapi kita bisa pilih siapa yang jadi temen deket kita. Saya menyebut teman2 saya ini, keluarga pilihan πŸ™‚

Ajak Ngobrol Aja!

Yang namanya ngasuh anak jaman dulu sama jaman sekarang kan beda banget. Satu hal yang paling saya ga suka dari ‘metode’ pengasuhan jaman dulu adalah saat anak kejeduk pintu, atau kejeduk apa kek’ yang laen gitu. Inget ga kalo dulu orang tua kita suka mukul2 pintunya atau lantainya dengan maksud ‘menghibur’ si anak? Memang sih saya perhatiin, si anak emang suka jadi berhenti nangisnya. Secara psikologis, mungkin si anak merasa ada hal lain yang bisa ‘disalahkan’ makanya dia ga perlu ‘menderita’ lagi πŸ™‚ Padahal, namanya kejeduk kan tetep aja sakit ya. Ga jadi nyalahin orang/barang apapun itu sakitnya jadi ilang kan?

Di hal lain, orang tua jaman dulu juga kok kayaknya hobbynya sembunyi2 ya. Gini deh, Biyan itu memang suka nangis kalo oma nya pulang. Kali merasa ga ada lagi yang manjain, hahaha…. Untuk menghindari si Biyan nangiss2 itu, mama saya suka pulang diem2 alias sembunyi2. Memang sih ya, kadang berhasil, tapi kadang juga engga. Yang ada, Biyan malah jadi tambah keras nangisnya. Hal lain lagi, soal selimut favoritnya Biyan. Saya ogah menyebutnya ‘jimat’ karena rasanya kok jadi ketergantungan banget dan negatif aja kedengerannya. Dulu, adik2 saya juga punya masing2 ‘barang favoritnya ‘nya, ada yang bantal, selimut, sama sarung guling. Mereka suka marah tuh kalo barang kesayangannya dicuci. Makanya, si mama suka nyuci diem2, dijemur diem2, sampe kering. Kalo pas ga ketauan ya aman2 aja sih. Tapi pas tau, suka malah pada tambah marah dan nangis jadinya.

Saya ga merasa lebih pinter dari si mama dalam ngurus Biyan ya, tapi saya ingin coba menerapkan hal yang sama sekali beda dengan apa yang dijalankan mama saya selama 30 taun ini :).

Pertama ni ya, kalo kejeduk, atau jatoh, atau kesenggol apapun, saya ga pernah memperlihatkan reaksi berlebihan. Santai aja, meskipun dalem hati suka juga deg2an takut dia kenapa2 πŸ˜€ Terbukti ya, faktor psikologis ternyata lebih ngarus dibanding faktor fisik. Biar udahnya benjol, tapi Biyan jarang sekali nangis keras2. Kalo jalan di kompleks aja, lututnya udah lecet2 dan berdarah sedikit, dia tetep aja asyik keliling2. Kalo udah gitu, saya paling buru2 kasih obat aja, dan biarin dia lari2 lagi.

Kedua, soal ninggalin Biyan. Saya ga pernah pergi kerja sembunyi2. Meskipun dia suka pengen ikut, dan akhirnya nangis, saya selalu pamit sama dia kalo mau pergi kerja. Juga kalo si mama mau pulang, saya biasakan Biyan untuk selalu say goodbye sama omanya, belakangan metode ini ternyata berhasil, Biyan jadi ngerti kalo oma nya setiap malam harus pulang dan besok pagi selalu datang lagi unutk jagain dia. Memang sih ya, seringkali masih suka nangis aja, namanya juga anak orang bukan robot, hehe. Tapi keliatannya makin hari dia makin ngerti.

Satu lagi soal selimut kesayangannya yang harus sering2 dicuci itu. Abis dibawa kekmana2 sih, jadiya memang cepet kotor. Pertama2 saya juga suka bingung, gimana nih cara cucinya, karena kan Biyan nyari2in terus. Nah, sekarang sih tiap mau cuci selimut itu, saya selalu ajak dia untuk ikut cuci selimutnya. Jadi dia belajar ngerti kalo selimut kesayangannya itu memang harus dicuci sering2. Yang lucu, sekarang, kalo selimutnya kotor, dia udah bisa aja ke tempat cuci sambil gumam gumam “cuci cuci cuci” πŸ™‚

Nah ini hasil editan karena diingetin Anis. Jadi ya pernah waktu si selimut itu dicuci, Biyan ngotot minta naek ke tempat jemuran diatas. Pas pegang, eh selimut belum kering. Karena tau kali ya, basah.. yang ada dia malah nyingkirinΒ  jemuran yang lain supaya selimut dia aja yang kena sinar matahari dan jadinya lebih cepet kering :). Kali pikir dia gapapa jemuran mama yang laen ngga kering juga. Yang penting selimutku beres πŸ˜›

Nah satu lagi soal gunting kuku. Biyan paling susah digunting kukunya, kali dia merasa terkekang banget harus duduk diem selama mamanya guntingin kuku dia. Kemaren pas kebeneran kuku tangannya kotor, trus saya pangku sambil kasih tau, “Biyan, kukunya kotor ya. Nanti masuk mulut, lama2 Biyan bisa sakit perut. Tuh liat kuku mama sih bersih. Lain kan?”. Haha, saya ga menduga abis itu si Biyan langsung teriak2, “ting, ting” sambil nunjuk ke tempat saya gantungin gunting kukunya πŸ˜› Udahnya, dia anteng deh duduk sambil saya potongin kuku 10 jarinya.

Memang sih ya, anak2 itu keliatannya kecil terus dan kita pikir dia juga ngga ngerti apa maksud kita, apa mau kita. Tapi ternyata nggak juga lho. Mereka seringkali cukup pinter untuk ngerti maksud kita. Coba deh πŸ™‚

Beda Tipis Aja Kok

Kalo tetangga sebelah rumah dipukul suaminya sampe bengep tapi dia ngga bilang apa2 sama saya, maka saya juga ga akan sibuk2 tanya2 kenapa apalagi memberi nasehat2.

Bukan ga peduli, tapi ga mau ikut campur.

Kalo ketemu temen selewat (bukan temen deket yaa) dan tiba2 dia pake penyangga kaki buat jalan, saya juga ga akan nanya duluan.

Bukan ga peduli, tapi ga mau ikut campur apalagi kalau nantinya malah bikin yang ditanya jadi susah hati.

Ketemu juga anggota keluarga yang katanya abis ada masalah. Ya ngga juga mau nanya duluan sih, kecuali kalau dia cerita duluan.

Bukan ga peduli lagi ya, tapi tetep ga mau ikut campur. Apalagi kalo bisanya cuma nanya doang tanpa bisa bantu.

Tuh ya, namanya ga peduli sama ga mau ikut campur ternyata TIPIS BEDANYA

Natal, tanpa spiritnya

Ini udah hampir jam satu malem, eh pagi. Dan saya lelah bukan main. Tadi siang masih kerja dengan kerjaan yang segubruk, masih harus pergi untuk talkshow di Paramuda, balik kantor masih ditongkrongin kerjaan, udahnya maksain jalan2 bawa Biyan cari sepatu. Cape sih, tapi kalo bawa Biyan itu selalu sejuta rasanya. Ga juga deng, sepatu dia udah jelek aja jadi ya emang kudu dibeliin lagi. Hehe.

Abis itu, seperti biasa ke rumah mertua, maklum malam Natal, biar ga ada acara yang resmi2 amat, ngumpul2 ya mestilah. Meskipun karenanya saya harus melewatkan sebuah tawaran makan malam yang sungguh menarik, heheh… next time ya Bro.

Nyampe rumah tengah malem, masih harus beresin beberapa barang Biyan seperti biasa, kaki rasanya udah mau potong-potong *hiperbolis*. Tapi well, here I am, trying to say something that I know won’t be very easy.

Ini malem Natal. Semua orang udah teriak2 Selamat Natal di Fesbuk *hiperbolis lagi*.

Buat saya pribadi, ini adalah momen Natal yang paling ‘aneh’. Bayangkan, saya ngga merasakan euforia seperti yang selalu saya rasakan sebelumnya. Tahun ini, ngga ada aktivitas berburu hadiah Natal seperti yang selalu saya lakukan sebelumnya. Ngga usah ngomong soal bikin-bikin atau beli-beli kue, memang ngga pernah kalo itu sih, soalnya saya ga suka makan kue-kue kering khas hari raya, atau taart-taart, atau apapun yang manis-manis begitu. Pilihan utama tetep bala-bala, hehehe. Halah. Ga cuma bala-bala kok, bola ubi juga, hihihihi…..

Bukan cuma masalah finansial aja yang menyebabkan saya nggak lagi muter-muter mall sebandung *again, hiperbolism*, tapi lebih ke masalah hati. Iya, hati saya kok nggak ‘merayakan’ Natal ya.

Sebenernya saya ngga mau nulis ini. Tapi apalah arti perasaan dan pemikiran kalo ngga kita ‘rekam’ seperti ini kan. Menyimpannya untuk konsumsi pribadi juga bukan pilihan, karena ini, rasanya, bisa kita bagi bersama.

Sudah hampir satu tahun ini kehidupan religi saya terasa gersang. Saya ngga begitu merasakan banyak pengalaman spiritual seperti sebelumnya. Padahal, tahun ini adalah tahun yang berat buat saya, harusnya saya banyak bersyukur dan banyak berkecimpung di hal-hal berbau religi. Ini engga. Itulah yang membuat saya sempat merasa ‘ga pantes’ ikut merayakan Natal.

Pernah lihat satu komik, lupa dimana. Disana digambarin betapa orang memuja Natal dengan perayaan lengkap dengan Santa Claus segala macem, sementara di sisi lain, Sang Juru Selamat sendiri duduk merayakan ulang tahunnya sendirian. Saya juga pernah menulis soal ini 2 taun lalu, duh males cari link nya. Maaf ya.

Saya merasa ngga harus merayakan Natal dengan hadiah2, dengan pohon Natal, dengan kue-kue dan lain sebagainya karena saya merasa ngga merayakan Natal itu sendiri sama si Empunya Hajat. I’ve been so far from Him all these times.

Tadi sore sempet sih, maksain ke toko untuk cari kado-kado Natal buat orang-orang terdekat. Tapi ternyata hasratnya nggak ada sama sekali, malah jadi males. Akhirnya semua saya urungkan. Yang ada menghadiahi diri sendiri dengan sebuah sun glasses baru, πŸ˜›

Oh, dan tadi sore dapet kado dari sobat, makasih ya Pong. Kadonya Tata banget πŸ™‚ Belum lagi dapet kiss, romantis jadinya, hahaha…. Punya juga KEBERANIAN euy! Eh ada juga yang mau kirim kue segala. Haduuuh…. sama saya mah santai sajah… ga usah repot-repot, biasa juga makannya bala-bala, ga jauh-jauh. Dikirimin kue kering sih bisa-bisa sakit gigi *eugh, hiperbolis lagi*. Thank you anyway πŸ™‚

Dapet juga parcel-parcel ala Natal. Tapi teuteup…. spiritnya belom dapet 😦

Well, besok tetep harus kumpul sama keluarga besar untuk ‘ngerayaiin’ Natal. Sempet ga mau dateng, tapi males banget menjelaskan alasannya karena pasti ketanyaan kenapa ngga dateng. So I guess I’ll come by, lagipula Biyan udah mulai ngerti, Natal tahun lalu dia masih 3 bulan kan, belom ngerti apa-apa.

So, Merry Christmas, everyone. Hope the spirit of Christmas brings you a bundle of Joy and a piece of peace. Regards from me πŸ™‚

Mom, Me, and My Baby

Hari ini hari Ibu, status di YM, status di Fesbuk, eugh semua soal hari Ibu. Ga ketinggalan postingan di Batagor.net. JUjur ya, saya ngga menyangka kalo dengung hari ibu sampai begini. Waktu siang hari dapet ucapan selamat dari mbak yang satu ini, “selamat hari ibu ya sha, dapet apa dari Biyan?”. Eh malah baru sadar, saya udah emak2 lho! ya bukan pertama kali, udah taun kedua sih, tapi tetep aja suka ngga nyadar.

Sejak dapet ucapan selamat itu, saya malah jadi mikir, udah sebaik apa sih saya jadi seorang ibu buat Baby Biyan? Jujur ya, sulit buat saya untuk meninggalkan kehidupan saya sendiri untuk masuk ke kehidupan seorang ibu sepenuhnya. Buktinya, Biyan lumayan sering ditinggal karena saya pergi maen sama temen2, atau sekedar jalan sana jalan sini. Kalo ditinggal kerja mah udah pasti ya setiap hari, belum lagi saya sih ngga bisa ninggalin tempat kerja jam lima seperti seharusnya. Yang ada, makin malem makin malem aja πŸ™‚

Soal makanan, saya juga suka agak sembrono, makanan masih panas, maen suapin aja, kesian kan. Nah belom lagi urusan tidur dan bangun. Saya ni kan hobby berat tidur ya. Saya juga tau kalo sebaiknya setelah bersuami apalagi punya anak, ya bangun dong lebih pagi dari yang lain. Ah, kalo saya ish yang ada, tiap pagi bangun diteriakin Biyan dari box nya, “mama, mama”, katanya. Kadang suka kesel dia kayaknya, mungkin teriaknya udah lama saya nya super kebluk. Kejadian setiap hari minggu apalagi, kita pasti makan siangnya jam 3 atau 4 bahkan. Soalnya, kalo Biyan tidur siang, saya malah suka ikut tidur instead of nyiapin lunch buat suami. Alhasil hari ini suami terkapar sakit πŸ™‚ Maaf ya… Abis kalo Biyan udah beres urusan makannya, suka berasa beres juga tugasnya, suami belum makan, suka pura-pura lupa!

Soal mama saya dan hari ibu. Doh, ngucapin juga belum tuh. Bukan apa2, sebelumnya saya malah ga suka nyadar hari ibu kok. Entar kalo sengaja2 ngucapin malahan cekakakan kali si mama juga. hehehe…. palingan dia ketawa sambil bilang “nanaonan sih?”.

Nah ngomong2 soal ibu teladan, emang si mama tuh jagonya, full time mother yang lemburnya setiap hari, ga pake cuti kecuali sakit, ga pake biaya, cuma tulus hati yang ada.

Happy mother’s day lah Mom, semoga Tata bisa sejago, sesabar, setulus’ mama selalu πŸ™‚

Pake foto ah πŸ˜›

with my mom

with my mom

(

Biyan ikut kopdar BATAGOR.net

Foto itu diambil dari fesbuknya BayuHebat. Kalo ga salah Mas Ade yang foto? apa bukan? ah pokoknya nuhun!

To all moms, happy mother’s day, there will never be one day we dont feel graceful of you πŸ™‚

Mama kuu…..

Pas udah rencana mau nulis soal nyokap tercinta, eh tadi pagi ketemu beliau di perjalanan ke kantor (buat yang belum tau, gw memang ga serumah sama ortu, jadi ketemu nya juga jarang-jarang), nggak sempet ngobrol, cuma sempet dadah-dadahan aja. Jadi hari ini kayaknya emang udah meant to be, buat nulis soal si mama.

Nyokap gw itu, asli ibu rumah tangga. Seumur hidupnya, doski belum pernah kerja (karena begitu beres sekolah langsung dipinang bokap gw). Nyokap juga belum pernah ngerasain patah hati (karena pacarannya sama si bokap aja –> langsung jadi). Makanya waktu gw ancur-ancuran patah hati, nyokap gw ikutan nangis, tapi itu juga karena sedih ga bisa ngertiin gimana perasaan gw sebenernya. But she’s always there for me, walo sempet bingung kenapa anaknya yang ‘nampak tegar’ ini bisa kalah sama yang namanya cinta.

Gw memandang nyokap gw, sebagai sosok idola yang bener-bener ngrasain kodrat seorang wanita. Selama menikah sama bokap, mama selalu nyediain semua keperluan si papa. Dari baju, kopi, makan (pagi-siang-malem), sendal, semua deh pokoknya. FYI, selama hampir 28 taun menikah, bokap gw itu belum pernah sekalipun ngambil minum ke dapur. Sama sekali !! Kalau mau minum, papa tinggal melirik ke si mama, “minum” katanya. Dan nyokap gw langsung siap sedia ngambilin minum, ga peduli apa pun yang lagi dia kerjain saat itu. Itu soal minum, belum lagi soal makan. Kalau ga disediain sama nyokap, si papa mendingan nggak makan aja sekalian. Makanya, nyokap gw itu nggak bisa diajak pergi lama-lama. Dalam sehari, kalau pergi sama nyokap pagi-pagi, berarti siangnya harus udah pulang. Kalau pergi setelah makan siang, berarti sebelum makan malem udah harus pulang.

You guys may think how nyebelin bokap gw, dan betapa kesian nya nyokap gw. Tapi gw melihat ini dari sudut pandang yang lain. Nyokap gw dengan senang hati melakukan itu semua buat si papa. Dengan penuh kasih. Makanya dia rela dan nggak pernah merasa itu adalah sebuah beban. Tapi jangan salah, sekali nyokap gw marah, si bokap langsung mingkem deh. Yeah, you go, Mom !!

Gw mengidolai nyokap gw, tapi bukan berarti gw ingin jadi persis seperti dia. Nggak lah, gw ga mungkin bisa (kalaupun bisa, pasti nggak mau). Waktu seumur gw, nyokap udah punya anak umur 7 taun (ya gw ini). Sementara gw, menemukan Mr. Right aja belum (where are you, sih ??)

Nyokap, salah satu temen curhat gw. Apalagi kita jarang-jarang ketemu. Makanya sekalinya gw nginep di rumah, kita bisa ngobrol sampe subuh. Dari mulai ngobrol soal love life (teuteup…), soal adik-adik gw yang kelakuannya suka aneh bin ajaib, soal sepatu baru, kalung baru, dan buku baru !! Yeah, nyokap gw ini juga seneng baca. Bacaan si mama, ga jauh-jauh dari bacaan gw, ChickLit. Tapi tiap kali diajak ngobrol soal isi ceritanya, doski paling garuk-garuk kepala sambil bingung

“Aduh, yang mana yaa…”.

Ih, kadang suka kesel, bacanya sambil ngelamun kali, Ma !

Salah satu hal yang paling ajaib soal nyokap gw, doski suka marah kalo tau gw suka belajar sampe begadang waktu jaman sekolah dulu. Kalo liat lampu kamar nyala (waktu SMA gw sempet tinggal sama ortu), dia suka ngetok pintu dan langsung ngasih segelas susu panas.

“Ayo tidur” katanya,

“Jangan begadang aja, ngapain sih”.

Yeeeh… jelas-jelas belajar. Ngapain lagi atuh….

Paling asyik kalo gw males sekolah.

“Aduh Ma, kok kayaknya nggak feeling pergi sekolah ni”.

Nyokap gw :

“Ya udah, mendingan kita ngobrol aja, eh, apa kita jalan-jalan aja yuk, makan mie kocok !”

Trus kalo ada telepon dari sekolah, nyokap selalu siap dengan jawaban :

“Iya ni, Shasya agak kurang enak badan, Bu. Rencananya mau saya bawa ke dokter nanti sore. Terima kasih perhatiannya ya”

Si mama ga tau kali, itu mah bukan perhatian, tapi check and recheck…

Nyokap gw, gokil setengah mati tapi adorable banget !

Nyokap gw, yang waktu lagi hamil 8 bulan, tapi ngotot pengen nonton konsernya /RIF di Fame Station dulu (akhirnya kongkow sama si Andy – gw rasa si Andy terharu aja karena ada ibu-ibu lagi hamil tua tapi bela-belain berdesak-desak sama kaum ABG di Fame)

Nyokap gw, yang waktu jaman gw SMA dulu nekad nitipin adik-adik gw yang masih kecil sama mertuanya (nyokapnya bokap gw) gara-gara doi kebelet nonton Bon Jovi di Ancol –> edan pisan kan…?

Nyokap gw, yang selalu ngedukung (hampir) semua keputusan gw.

Nyokap gw, yang udah wanti-wanti berpesan ga mau dititipin cucu (kalo gw punya baby someday),

“Males dong ah” katanya, “Gue kapan santai nya dong ? Titip mertua lu aja ntar ya…”

Nyokap gw, yang paling asyik sedunia ……. Happy birthday ya Mom…. Love you banget !!Thamama_nusa_dua_1

Tulisan persis 3 taun yang lalu πŸ™‚

dsc01618Hari ini, mama saya ulang taun. Banyak yang sudah berubah dari 3 taun lalu. Satu hal yang jelas, sekarang saya udah menikah dan ga bikin lagi mama pusing soal anak perempuannya yang patah hati kayak waktu dulu. Tadi pagi pas peluk mama dan bilang selamat ulang taun, mama bilang saya udah ngasih kado paling berharga bua dia, Biyan. Kan tiap hari saya kerja, yang ngurusin Biyan ya mama. She’s so proud of her first grandson. Dalam banyak hal, Biyan juga keliatannya deket banget sama mama. Apalagi kalo lagi dimarain :P. Dia pasti langsung lari ke oma nya itu. Jadi perkataan si mama soal ga mau dititipin cucu itu menguaaplah sudah. Saya yang punya anak, ya dia2 juga yang repot.

Si mama, makes me stand still until today :). Dia yang ngajarin saya bahwa nggak ada masalah yang bisa selesai dengan bermuram-muram. Nggak ada maslah yang bisa selesai dengan bersedih-sedih dan bermanyun2. Dan semua susah hati itu sama sekali ngga mengurangi masalah yang ada. Kalo si mama seumur kita2, kali dia bilang gini sama saya, “Cheer up girl, cheer up!”

s3010344

“Happy birthday ya Ma. Semoga mama bisa selalu tersenyum biarin masalah segunung juga, supaya Tata juga bisa selalu tersenyum bareng Mama. Love you, hope someday I could be as strong as you are!”