Mendidik Anak Tapi Minta Bantuan Film Maker

Postingan kali ini memang terpicu dengan adanya beberapa review mengenai sebuah film animasi Indonesia yang buat saya membanggakan. Membanggakan karena to be honest saya tidak menyangka kalau kita udah bisa bikin film animasi sebagus itu terutama dari sisi animasi-nya itu sendiri.

Agak tergelitik (oke bukan agak tapi SANGAT) membaca review film ini yang kemudian bilang sayangnya isi film tidak sesuai dengan ajaran agama (ini agama apapun jadi ga usah geer bukan mau mendiskreditkan agamanya) dan anak-anak jadi bingung karena sebetulnya hantu baik tidak ada di dalam ajaran agama. Waktu kecil dulu saat bersekolah minggu pun saya diajarkan bahwa tidak ada yang namanya hantu baik.
Yang kemudian menggelitik hati saya sehingga di hari minggu yang cerah ceria ini saya mengeluarkan laptop dan mengetik dengan kecepatan tinggi plus tekanan berlebihan adalah :


SEBENTAR, KENAPA TUGAS MENDIDIK ANAK MENJADI TUGAS INDUSTRI FILM??

Saya adalah seorang ibu yang berkeyakinan bahwa anak kecil adalah seorang mahluk cerdas yang padanya bisa kamu ajarkan BANYAK SEKALI hal. Dari pelajaran agama, life skill, matematika, naik sepeda, bela diri, dan masih banyak lagi. Jadi kenapa kok nggak bisa menyampaikan pada anak kita sendiri bahwa ada yang namanya KENYATAAN ada yang namanya DONGENG. Kenapa kok pembuat film diharapkan untuk hanya membuat film yang sesuai dengan kenyataan supaya anak tidak jadi bingung kenapa ada hantu baik dalam sebuah film.

Kenapa tidak memberikan sebuah pengetahuan pada anak bahwa film adalah sebuah INDUSTRI dan pembuat film mendapat keuntungan besar saat filmnya laku di pasaran. Untuk membuat laku, maka dibuatlah film yang menarik dari sisi cerita, visual (gambar), audio (suara) sehingga membuat orang senang menontonnya. Untuk anak-anak yang lebih kecil kita sebagai orang tua bisa menggunakan bahasa sederhana yang lebih dimengerti oleh mereka. Sesimple : kalau mau jualan sirup, sirupnya mesti enak biar banyak yang beli. Kalau anakmu sudah bisa diajak nonton film ke bioskop makan pasti sudah mengerti analogi yang sederhana seperti ini.

Jangan lupa bahwa anak tidak selamanya ada dalam genggaman dan pelukan kita. Akan ada waktunya mereka akan melihat dunia yang tidak pernah kita perkenalkan sebelumnya. Apakah trus kita mau mereka jadi kaget dan kemudian bingung sendiri tanpa tahu bagaimana harus menghadapi dunia yang berbeda ini? Apa nggak lebih baik kita memberikan bekal yang cukup pada mereka bahwa dunia ini tidak pernah hitam dan putih tapi selalu penuh warna. Dan yang paling penting, mengajarkan mereka bahwa ada banyak orang yang berbeda dengan kita di luar sana dan kita bukan yang selalu paling baik dan paling benar.

Apa kemudian kamu mau anakmu nanti pergi nonton sama temannya trus bingung melihat ada film tentang monyet yang bisa ngomong? “Kata ibuku dulu monyet ga bisa ngomong kok ini bisa?”. Trus pas nonton film Spiderman “Kenapa laba-laba kok bisa jadi manusia dan bisa ciuman sama perempuan?”.

Masa iya kita bisa jadi orang tua tapi nggak bisa ngasi tau anak bahwa ada yang namanya DONGENG trus kita jadi menuntut film maker untuk bantuin kita mendidik anak?

One comment

  1. Ira's avatar
    Ira · April 13

    orang tuanya dulu mungkin ga nonton casper :’)

Leave a comment