Hidup memang tidak pernah terduga. Rencana boleh disusun, pemikiran matang boleh ditetapkan sebelumnya. Tapi pada kenyataan, belum tentu rencana dan pemikiran matang kita yang akhirnya bergulir. Makanya saya jarang sekali menyusun rencana. Hidup saya lebih seperti sungai. Mengalir. Kadang lambat, kadang deras. Kadang tenang, kadang dipenuhi kerikil. Kerikil lembut, kerikil tajam.Ada juga akar akar rambat yang seringkali menjerat kaki untuk melangkah. Membuat saya ‘stuck’ di sebuah moment, di sebuah memori, seringkali tentunya, di sebuah relasi dengan manusia lain.
Kira-kira 1 tahun yang lalu, sebuah keputusan besar bulat saya ambil. Menikah. Saat itu semuanya seperti dimudahkan. Restu orang tua, calon suami saya yang super baik hati dan penyabar, dan segala macam pernak-pernik pernikahan. Meskipun berbeda suku, tidak ada masalah berarti yang terjadi dalam persiapan pernikahan kami. Semua berjalan mulus saja. Tidak pula ada keributan yang konon sering terjadi pada pasangan yang akan menikah.
Sebulan menikah, saya dinyatakan hamil. Perasaan saya waktu itu ? Senang dan excited. Dalam 9 bulan ke depan, I will be a mom of someone. Suami saya waktu itu tentu tak kalah senangnya.
Menjalani hamil selama 9 bulan, berbagai gejala saya lewati. Mual-mual ringan, pusing berat, gatal di perut, semua saya lewati dengan baik-baik.Ada beberapa saat dimana saya masih sempat berpikir apakah saya siap menjalani kehamilan ini dalam 9 bulan ke depan? Sementara menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan aja rasanya saya belum katam.
Seringkali saya mendapatkan diri berpikir, apakah ini semua sungguhan? Saya menikah? How come? Is this the real me? Belum selesai dengan pikiran-pikiran iseng itu, seorang calon bayi sudah bersemayam dengan penuh hangat di perut saya. Yep, another new thing is coming ! Ready or not, the baby’s coming….
9 bulan ternyata bukanlah penantian yang sangat panjang. Persis 2 minggu yang lalu, seorang bayi terlahir dari rahim saya. Ya, saya sekarang bukan hanya seorang istri, saya sudah jadi ibu.
It’s a miracle, a blessing. Sebuah berkat yang tak terkatakan indahnya. Bukan hanya untuk saya, tapi untuk seluruh keluarga besar saya dan suami.
Di sela tawa senang keluarga, diam-diam saya kembali mendapatkan diri merenung.
I love my baby, a lot. I love my husband also. The thing is I’m not sure I love my life. Dengan semua berkat yang dicurahkan sejak 1 tahun lalu, saya merasa roda hidup ini berputar terlalu kencang buat saya.
Sungguh, ini terlalu cepat. Tapi pilihan bukanlah lagi hak saya. Melompat keluar dari ‘kereta’ ini must be hurt, and that’s not what I want. Sementara melambatkan lajunya juga bukanlah hak saya. Satu-satunya pilihan adalah tinggal di dalamnya, melakukan segala sesuatu demi mendapatkan yang terbaik. For me, for my beloved husband, and for our baby.
diposting ulang dari postingan tanggal 30 September 2007. Lagi inget lagi, lagi kerasa lagi……
Waktu memang berlalu dengan cepat karena dia nggak mempedulikan kita. Begitu pula kita, nggak terlalu peduli dengan waktu, sehingga waktu yang kita jalani terasa lebih cepat dari yang kita bayangkan sebelumnya pada saat kita merenung.
Hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup ini adalah mensyukuri apa yang kita miliki sekarang, memanfaatkannya dan terus berharap demi masa depan yang lebih baik…
Hidup tetap berlanjut,
Waktu pun terus berlalu…
🙂
@ Gie : Haduh, Gie, bener banget yang kamu bilang, si waktu itu ngga peduli sama kita, segimana kita pengen waktu itu berenti, dia berjalan aja terus….
Makasih ya Gie 🙂
Nengggggg, lagi overwhelmed yah?
I’m all ears loh 🙂
@ Teppy : Iya darling….
kapan dog ya kita chiit chat bolak balik lagi?
mau meledak saking rindu curhat!
bu bu bu
saya baru sekali nyasar ke blog ibu..
ah… iya… waktu itu adalah sesuatu paling tidak toleran yang sangat perlu dihargai…
egois yeap?
seneng yah rasanya punya orang-orang yang dicintai dan mencintai kk…
klo aku, masih mencari niy…
hai tulang rusuk yang terjatuh di suatu tempat di sana, ayo lah kembali kepadaku…
@ natazya : makasih ya nyasarnya nyempetin komen 🙂
bener, kalau ada hal yang paling ga toleran, ya si waktu itu.
egois, sepakat.
@ Wijoyo : nah, kadang2 proses mencari itu harus benran dinikmati, Joy. Happy searching !