Rumah Belajar Semi Palar

Ini kenapa jadi kebiasaan bangun pagi dan nagih posting blog ya. Bagus deh ya. Besok pagi kalau bangun sepagi ini lagi kita coba lari pagi. Apa aja asal lebih produktif dari kemarin kemarin. Resolusi? Boleh sebut saja begitu. Kalau nanti tengah jalan berhenti mohon jangan disebut resolusi gagal. Sebut saja haluan berubah. Okay?

Ada yang memang mau diposting sejak kemarin-kemarin sebetulnya. Tapi biasalah ibu menteri kan sibuknya segunung *sasakan*.

Mau cerita soal sekolah Biyan. Jadi per Juli 2011 kemarin kan Biyan sudah mulai sekolah (jadi tulisan ini tertunda selama….hmm…. 6 bulan – keterlaluan).

Biyan sekolah di satu sekolah yang namanya Rumah Belajar Semi Palar. Setiap ada yang tanya sekolah dimana dan saya jawab, reaksi yang biasanya saya dapatkan adalah kerutan kening, lalu pertanyaan standar, dimana itu, sekolah apa, dan lain-lain. Maklum, sekolahnya bukan sekolah “tenar” yang semua orang pasti tau, dan bukan pula sekolah “favorit” yang rata-rata ibu-ibu pengen menyekolahkan anaknya disana.

Terus kenapa saya pilih sekolah ini?

Karena begini, selama saya kecil sampai saya usia SMA, saya bersekolah di sekolah yang homogen. Jelasnya, saya sekolah di sekolah kristen yang (hampir) semuanya dari kalangan chinese. Merasa nyaman? Jelas, karena saya kan chinese, jadi merasa berada dalam lingkungan sendiri. Ketika saya masuk kuliah, sebetulnya tempat kuliah saya masih dari lingkungan serupa. Namun di tahun-tahun terakhir kuliah saya mulai banyak bergaul dengan teman-teman yang berasal dari lingkungan adat, suku, dan agama yang berbeda. Ini ternyata menyenangkan, dan saya rasanya lebih bisa menerima banyaknya perbedaan yang ada di sekitar saya.

Maka saya menginginkan hal yang berbeda untuk Biyan. Saya ingin, sejak kecil dia merasakan dan mengalami bahwa ada banyak perbedaan di luar dengan dirinya sendiri, dan itu tidak aneh, apalagi salah. Rumah Belajar Semi Palar tidak berdasarkan suatu agama, karenanya murid-murid yang bersekolah disitu pun berasal dari banyak kalangan agama dan suku. Untuk saya, inilah cara mengajar toleransi paling efektif buat anak-anak, masukkan mereka ke dalam lingkungan yang heterogen. Bagaimana bisa mengajar anak-anak untuk bertoleransi kalau kiri-kanan-depan-belakang semua beragama sama, berlatar belakang sama, dan beradat sama? Seperti yang saya rasakan dulu jadinya, cuma teori. Syukur-syukur ada yang berhasil mengerti dan menjalankannya dalam kehidupan, sisanya (sorry to say), cuma teori.

Sejak pertama kali datang untuk open house dan mendengar penjelasan ini itu soal Rumah Belajar Semi Palar, saya jatuh cinta. Saya bahkan tidak mencari perbandingan sekolah lain (khas saya kalau sudah senang akan sesuatu). Sekolah ini menamakan dirinya Rumah Belajar karena mereka memang menciptakan suasana itu untuk anak-anak. Sampai sekarang. kalau ditanya “Biyan belajar apa di sekolah?”, biasanya dia diam saja, lain halnya kalau ditanya “Biyan main apa di sekolah?”, maka ceritanya akan mengalir soal apa saja yang dikerjakannya hari itu.

Rumah Belajar Semi Palar menyediakan suasana yang santai sehingga anak-anak merasa betah dan ga merasa wajib pergi ke sekolah. Biyan pergi ke sekolah mengenakan sendal jepit kesukaannya, sampai sekolah dibuka dan dia  lari kesana kemari tanpa menggunakan alas kaki, semua anak-anak begitu. Ini memang bukan hal pokok, tapi salah satu cara menciptakan suasana santai, anak-anak juga merasa lebih nyaman dan ga merasa terkungkung.

Hal lain yang saya suka dari Rumah Belajar Semi Palar adalah komitmen mereka untuk melibatkan kita sebagai orang tua untuk ikut serta dalam proses pembelanjaran anak-anak. Saya sebagai orang tua yang bekerja memang kadang-kadang repot membagi waktu antara pekerjaan dan urusan sekolah ini. Tapi kalau mau kan pasti bisa, maka saya (hampir) selalu hadir di acara-acara yang diadakan disana.

Tidak ada yang lebih penting selain anak kita yang betah selama kita ‘menitipkan’ mereka di sekolah, walau ‘baru’ 2 jam sehari. Di Rumah Belajar Semi Palar, saya mendapatkan ini. Biyan betah, saya pun tenang 🙂

1st day at school

1st day at school

dia malah tidur :))

for a month or so, Biyan thought this Mischa girl is the prettiest girl in school

Kalau pengen tau lebih banyak soal Rumah Belajar Semi Palar, siapa tau mau ikutan sekolahin anaknya disitu, coba cek blognya. Ada banyak cerita anak-anak yang bikin gemes 🙂

 

 

A Cute Boy For You, An Angel For Me

Biyan236

my angel

This cute boy might be just a cute boy for you

But for me, he’s my everything

A light to lighten my dark phase

An energy booster

A reason to stand still

There will never be enough words

To show what I feel inside

All I know, he’s a grace

And I’m grateful

To see his smile every day

To hear his funny voice

To feel his chubby cheek on mine

To have him in my life

Again, i’m grateful

I rarely say this, I know

But I thank You, Lord

Ceritanya Liburan

As some of you may know, liburan lebaran kemaren, saya dan Biyan berkesempatan pergi ke Makassar. Kenapa Makassar, karena ini bukan sekedar liburan biasa, tapi berhubung papa nya Biyan yang memang lagi tugas sementara disana dan kemaren belum bisa pulang, jadilah kita pergi.

Waktu ditawarin pergi pertama kali, saya agak-agak ciut hati juga. Bukan apa-apa, perginya kan berdua Biyan aja, sementara papa nya udah duluan di Makassar. Perrgi bawa anak seumur Biyan itu bukan perkara gampang. Lebih lagi, nggak ada penerbangan langsung dari Bandung ke Makassar, jadi saya dan Biyan harus mampir dulu ke Jakarta dengan keadaan arrus balik yang membuat perjalanan Bandung-Jakarta yang harusnya bisa cuma 2.5 jam, harus jadi 5 jam. Memang sih akhirnya 2,5 jam pun sampe ke Bandara, tapi akhirnya kita berdua malah harus nongkrong di bandara sekian lamanya.

Nunggu berdua Biyan di bandara, bukan hal yang gampang. Dia itu super ga mau diem, alhasil saya sibuk berat jagain dia sambil juga jagain tas bawaan saya. Dan jangan lupa, bawa anak bawaannya ga sedikit lho, di tas saya sedikitnya ada 4 botol susu, selimut, jacket, mainan, makanan kecil, susu, pampers, dll. Belibet bener deh pokoknya. Isi tas saya kali menyerupai mini market terdekat rumah anda, hehe

Setelah nunggu selama 3 jam setengah, akhirrnya kita masuk juga ke boarding room, hanya untuk tau bahwa flight di-delay sampe satu setengah jam kc depan. Haduh, asli lemes yang ada. Padahal perut laper banget, tapi bener-bener nggak mungkin untuk keluar makan lagi dengan bawa Biyan dan bawaan itu tadi. Dan keduanya, sama sekali nggak mungkin saya titipkan pada orang lain toh?

Tapi semuanya terlewati juga, penantian hampir 5 jam akhirnya tuntas juga, menjelang maghrib, Biyan dan saya terbang. Ini perjalanan Biyan paling jauh (sebelumnya, paling jauh cuma ke The Ranch, Lembang).

1. Tidak seperti yang dikhawatirkan bahwa Biyan bakal bosen di jalan, ternyata begitu masuk travel ke Bandara, Biyan tidur pulas sampe akhirnya bangun pas nyampe bandara. Begitu juga di pesawat, belum take off dia udah pulas, dan bangun tepat saat landing. Saran teman untuk ngasih obat tidur kayaknya beneran nggak berguna, seperti mamanya, dia kebluk abis !

bobo terus

bobo terus

2. Saya beruntung banget, Biyan itu nggak pernah susah makan. Di bandara dia makan perkedel kentang sama ayam sama nasi, lahap. Pas nyampe makan mie titi, ngga kalah lahap. Waktu breakfast di hotel nyaris sepertifood paradise buat dia, secara banyak banget kesukaannya, cerreal, kue2 manis, omelette, dan kerupuk! :D. Selama jalan2, Biyan juga nggak pernah nyusahin. Diajak makan baso, lahap, apalagi waktu diajak makan ikan dan udang bakar.

breakfast, kegiatan favorit

breakfast, kegiatan favorit

3. Jalan-jalan bawa anak tidak memungkinkan saya untuk nampil gaya2an. Yang ada, pake baju yang rraktis, pake tas yang segala masuk, dan pake sepatu yang enak dipake jalan. Matching ga matching urusan kedua (ehm, to be honest, ini milih bajunya susah bener, karena selama 4 hari jalan harus matching terus dari baju, sepatu sampe tas, hehe).

4. Jalan sama Biyan, juga nggak memungkinkan saya pake baju ‘asal’ seperti waktu liburan.Kata ‘asal’ disini bisa diganti penggunaannya dengan baju yang ‘minim’ seperti yang biasanya saya lakukan kalo liburan di tempat panas seperti ini (kayak yang sering aja deh!). Walaupun ada suami, disini saya dan Biyan jalan kemana-mana berdua, suami kan kerja. Dan jalan2nya juga naek becak lho yaaaa…. pengalaman pertama Biyan naek becak, seru 🙂

5. Bawa Biyan ke pantai, eh dia males kalo kena2 air, katanya nggak mau kalo kakinya basah, yuk…. hahaha…. ini anak suka dikasih tau jangan kotor2an akhirnya keterusan, pegang pasir juga ogah. Alhasil pulang dari pantai, masih rapi dandanannya 🙂

ga mau deket air, kotor !

ga mau deket air, kotor !

6. Bukan ngga pengen ketemu2an alias kopdar sama blogger2 Makassar, tapi liburan kemarin saya memang pengen total bareng Biyan setelah selama ini saya banyak tinggalin dia. Disini, total semua waktu saya, selalu bareng sama dia. Kalo saya berpaling sebentar aja, wifi-an, dia langsung sibuk coret2 karpet hotel dengan crayon nya. Mama saya bilang, itu maksudnya cari perhatian 🙂

It was a blast. Seneng bener menghabiskan waktu banyak berdua Biyan, Karena kemana2 berdua, dia nggak pernah sempet ditinggalin, selalu diajak biar cuma ke apotek samping hotel juga. Masa iya mau ditinggal di hotel sendirian kan. Mandi pun suka bareng2, padahal di rumah nggak pernah2nya. Dan saya ngakak abis waktu dia teriak, “wah, penis mama ilang!!”. :))

Biyan’s First Birthday

Hari ini Biyan ulang tahun, umur 1 dia. Beneran ga kerasa banget. Rasanya baru kemaren waktu hamil dia tendang2 perut saya tanpa henti, sampe kadang mules banget dan baru berhenti kalo dielus2 dan diajak ngobrol pelan2. Kalo udah waktu tidur, jangan lagi bersuara deh, nanti Biyan nya ikut bangun dan gerak2 terus bikin saya jadi ga bisa tidur. Dulu waktu belum punya nama, saya panggil dia si Baby Tembem. Soalnya waktu hamil 7 bulan, dokter kandungan saya udah bilang, eh pipinya TEMBEM, katanya. Sejak itu, kita panggil dia si Baby Tembem. Sampe sekarang, pipinya masih tembem, tapi udah ga dipanggil begitu lagi sih. Malachi Habian Silalahi. Resminya sih dipanggil Biyan, tapi saya suka iseng manggil dia Habi-Habi, kedengerannya lucu aja J

Biyan udah ada sebulan setelah saya menikah. Lah adaptasi dengan kehidupan pernikahan aja belum katam, eh tiba2 hamil dan sempet membuat krisis identitas, haha. Udah ah kalo bahas ini malah jadi curhat jadinya. Kan mau cerita soal Biyan yang umurnya 1 tahun hari ini.

Saya memilih operasi caesar waktu Biyan mau lahir. Rasanya mewah banget, punya anak tanpa ngerasain mules2. Buat saya, operasi caesar itu ngga melulu karena ada masalah kan? Tapi lebih merupakan pilihan kita sebagai orang tua, sebagai ibu khususnya. Selain itu, Biyan lumayan gendut buat saya yang baru pertama ngelahirin, 3.7 kg, panjangnya 52 cm. Cukup gede buat seorang ibu yang ngga mau repot seperti saya ini.

 

Jadwal operasi jam 6 pagi, saya bangun jam 5 pagi dan sempet mandi2 dulu, sempet tegang juga waktu itu, sambil elus2 perut besar saya, sempet juga menitikkan air mata waktu itu, sambil bilang pelan2 sama si baby, “hey, we’re gonna meet soon, can’t wait”.

Jadwal operasi ga bergeser dan semua jalan sesuai rencana aja. Saya sadar lagi setelah setengah jam Biyan keluar, jadi waktu ketemu Biyan, dia udah bersih aja, udah dipakein baju pula. Jadi saya ngga ngalamin sindrom serem sama bayi sendiri karena si bayi mash kotor & jelek tuh. Waktu itu Biyan bobo terus, mau dikasih ASI juga tidur aja. Di kamar bayi, Biyan bayi yang paling gede deh kayaknya. Dan dia itu ga pernah ikutan temen2nya nangis, maklum tidur melulu.

Pas hari saya pulang dari rumah sakit, Biyan masih harus stay disana karena katanya kuning. Aduh rasanya setengah mati sedihnya. Saya inget malem itu di rumah saya nangis terus karena inget Biyan dan kesian aja kok dia di rumah sakit sendirian. Untungnya besoknya pas nganterin ASI ke rumah sakit, dia udah boleh dibawa pulang aja. Lega banget rasanya.

Satu hal yang istimewa dari Biyan, dia itu tidurnya banyak banget dan gampang banget. Haha, akhirnya ada juga keuntungan dari hobby tidur kan? Ya, saya hobby banget tidur, dan asyiknya itu nular sama Biyan. Jadi cerita2 temen2 yang suka pada ga bisa tidur karena bayi nya ngajak begadang ya Cuma dongeng aja buat saya, secara Biyan itu waktu tidur ya tidur ajah. Bangunnya siang pula, jadi suka kelewat sinar matahari pagi untuk jemur2

Umur 2 minggu, Biyan udah diajak jalan2 ke

Bandung Super Mall. Mana tahan mamanya kan kalo ngga jalan2. Jadi dengan bekel dipelototin dari rumah, saya ngotot aja bawa Baby Biyan ke BSM, dalihnya sih mau beli susu. Padahal, kata siapa beli susu harus bawa bayi nya kan?

 

Umur 2 bulanan, Biyan bisa hampir 2 hari sekali main ke Paris Van Java, nemenin mamanya, hahaha…. Nursery Room nya sampe udah akrab banget disambangin kita berdua. Dulu, Biyan begitu masuk strollernya dibawa ke supermarket, pasti aja langsung merem, bobo aja biar berisik juga. Kalo sekarang sih, wah matanya berbinar2 dan pengen ikutan pegang segala macem.

Si Biyan itu gede nya emang cepet banget. Minum susunya selalu banyak, juga makannya. Dia itu kayaknya hobby makan juga kayak mamanya J Setiap coba makanan baru, pasti selalu semangat. Asal jangan keseringan, dia pasti asyik2 aja.

Semakin gede, mukanya si Biyan emang makin menggemaskan (iya, kata ibunya hehe). Tapi coba liat deh.ya kan ?

Biyan semakin sering diajak jalan kesana kemari. Di mobil, kerjaannya ya tetep tidur J Begitu juga di tempat jalan2nya.

Sampe sekarang, kalo mau tidur, tinggal kasih sebotol susu aja, taro di box nya, dia pasti langsung berlayar sendiri. O ya, Biyan juga tertib, tidurnya mau di box sendirian. Cuma kalo sakit aja dia tidur sama saya di ranjang, sisanya, ga kayak anak kecil ada umumnya, dia kelihatannya lebih enjoy tidur sendiri di box kesayangannya itu. Maen juga ya anteng aja di box ;

Ajak Biyan ke Dakken, saya bisa biarin dia merangkak2 seru disana. Tapi Biyan enjoy banget kalo diajak main ke tempat macam Kampung Daun, ga suntuk kali ya.

Sekarang, dia udah bisa keliling2 rumah sendirian, merangkak atau jalan tertatih2. I tell you, rasanya bangga banget liat dia udah bisa jalan. Nggak kayak anak kecil pada umumnya, Biyan malah nggak mau belajar jalan dengan metode dipanggil2 itu lho. Yang ada, paling dia ngeleos aja. Dia malah lebih enjoy belajar jalan kalo ngga ada yang lihat, tau2 jalannya udah jauh aja, mana suka bawa2 bola, atau apapun. Heran, padahal jalannya aja belum lancar J.

Setiap saya pulang kerja, dia selalu semangat menyambut saya pulang. Anehnya kalo pergi kerja pagi2, dia cuek aja tuh dadah2, ga pernah nangis2 pengen ikut atau ga mau ditinggal. Asyik2 aja dia sih.

“Happy birthday ya my baby boy. You’re the reason for me to stand still & try to be strong in anything. Having you in my life is the most precious gift, ever!”

Bravo !

Terjadi di hari Sabtu, 15 Maret 2008 kemaren.

Temen Gue (TG) : Shas, jadi anak elu teh siapa namanya ? sorry ya gw belom sempet nengokin

Gue (G) : Namanya Biyan

TG : Oh, Dian….

G : Bukan, Biyan. Depannya BRAVO

TG : Oh, jadi BRAVO DIAN namanya ?

G : *sigh* nanti gue sms aja ya

HADUUUHH….. hari gene yaa…
Mungkin  akan lebih mudah kalo gue namain si Biyan itu pake nama2 yang lebih akrab di telinga, misalnya Bryan gitu ? atau Matthew? atau Andrew mungkin.

sebenernya, ini postingan dari blog lama, supayak kesannya produktif, saya posting ulang disini.

boleh kan? terima kasih 🙂