Namanya Skala Prioritas

Ada banyak hal yang sedang berseliweran di dalam kepala saya. Hal berupa rencana, maupun sekedar angan-angan. Dari yang memang penting, sampai ke yang nggak penting alias biasa-biasa saja. Dari yang harus terjadi sampai ke yang tertoleransi bilapun tidak terjadi pada akhirnya.

Sebagian adalah mimpi saya sejak lama. yang sebagian lagi baru saja terpikir barusan, tapi toh cukup mengganggu.

Tidak ada jalan di muka bumi ini yang memungkinkan semuanya berjalan bersamaan sesuai kepengen saya.

Saya bisa mengambil setengah langkah mundur (bahkan tidak satu langkah), untuk melihat kembali bagaimana saya sebaiknya menyusun semua ini hingga kelak semuanya bukan cuma sekedar mimpi dan angan, tapi ada dalam genggaman saya.

Sebentar, saya sedang melihat dari belakang. Lalu saya akan mengambil langkah yang kata orang-orang sih namanya Skala Prioritas.

Nggak bisa semua-mua jadi nyata dalam waktu yang bersamaan. Satu-satu ya, yang sabar. Kelak kita buat nyata semuanya. Dan kita tahu saya bukan cuma sedang bermimpi.

Robin Hood

Saya sih sebenernya agak males untuk nulis hal2 yang berbau masyarakat atau apapun yang menyangkut itu. Karena rasanya udah banyak orang yang ngomongin itu ya. Ngomongin soal kesenjangan sosial, ngomongin soal pemerataan pendapatan, dan lain-lain. Ah banyak tuh yang lebih jago, kali ada orang2 yang merhatiin itu lebih dalem dan berusaha menjadikan pengamatannya menjadi sebuah penelitian dan berharap akan ada perubahan di masa datang.

Saya tetep aja males kalo mikirnya kejauhan gitu mah.

Tapi kemaren saya sempet jalan2 ke salah satu mall yang baru di Jakarta dan mau ga mau jadi bertanya2, anj*s, ini krisis ekonomi sebelah mana? Katanya susah makan, susah BBM, susah segala. Itu mall penuh aja, and everyone shop!. Ah ga usahlah saya cerita gimana keadaan si mall itu ya, segimana mewahnya juga ga usahlah ya 🙂  GA usah juga saya cerita apa yang saya temuin di jalan sepulang dari sana.

Cuma jadi sibuk mikir ga brenti nih. Kayaknya prinsip negara komunis memang lebih menguntungkan banyak pihak ya ? eh eh…

Atau kita butuh lebih banyak ROBIN HOOD kali? hmmm……….

Ngayal Yuk

Hari ini emang cocoknya mengkhayal. Setelah tidak terjadi bantaian berarti di meeting dengan direksi tadi pagi. saya bisa bernapas lega, dan mulai mengkhayal. Ngga seperti Jeng Miund yang mengkhayal menikah dengan budget 2 digit M (oke Und, gw santai berasa di pantai dehhhhh), saya mau menghayal soal kehidupan yang kita jalanin.

Semua berawal dari beberapa ketidakpuasan akan hidup yang sedang dijalani. Yang namanya orang, yang satu pengennya bisa jadi wanita karir, kerja, kerja dan kerja. Ada lagii yang pengen banget mengabdikan hidupmya untuk suami dan keluarga, alias jadi full time mother, ngurus anak-ngurus suami, yah mungkin sambil arisan sana sini.

Tuh kan, semua berawal dari peran ganda yang sekarang lagi dijalanin. Ya, jadi ibu dan jadi wanita bekerja.

Idealnya sih memang, pulang kerja dari kantor, langsung pulang ke rumah, main2 sama anak sampe puas sampe dia tidur. I tell you, rasanya selangit dan ga kebeli! Iya, beneran.

Tapi aduh, kalo boleh sih, bisa mabur sebentar, kembali ke masa lalu dimana bisa cekakak cekikik sampe pegel sama temen kiri kanan. Pengen juga muter2 window sopping sambil sesekali beli yang kebeli. Pengen juga kongkow2 dengerin curhatan temen yang ga kunjung abis. Pengen juga nongkrong di rumah temen sambil dengerin lagu dan nungguin tukang rujak yang ga lewat2. Dan pengeeeeeeeeeen banget nongkrong2 di tempat yang lagi hip, tempat dimana bisa MElihat dan DIlihat.

Haha…. kepengennya banyak ya?

Nah, tadi saya sempet menghayal, andai di kedua sisi kehidupan yang harus dijalani beriringan ini ada sebuah pintu. Kala kita pengen begini, masuk ke pintu sini dan kala kita pengen begitu, masuk ke pintu situ. Dan semua aktivitas kita di pintu yang satu, harap tidak mengganggu aktivitas di pintu yang lain.

Hmmm, manusia emang selalu banyak kepengennya ya?