There it Goes

Si waktu memang tidak pernah kompromi. Tau-tau satu tahun berlalu dan saya udah ulang taun lagi aja. 31 tahun hari ini.

Dan entah kenapa, kali ini saya ngga punya keinginan untuk merayakan dengan sesuatu yang istimewa, makan malam keluarga misalnya. Tadi pagi mama saya udah tanya2 mau makan keluar atau masak di rumah. Saya berpikir sejenak, kemudian memutuskan untuk pergi fitness saja sepulang kerja nanti. Tidak perlu ada perayaan apa-apa, karena saya sedang tidak ingin. Kebetulan suami juga punya kegiatan yang ngga bisa ditinggal hari ini, maka saya akan merayakan ulang tahun istimewa ini dengan mesin treadmill saja :).

Banyak kali, sebaiknya kita nggak ribut pengen yang istimewa, untuk saya, melakukan apa yang saya mau, adalah yang istimewa justru.

Meskipun awal tahun sedikit demi sedikit berlalu tanpa resolusi berarti, dalam hati saya tau apa yang saya mau. Banyaknya rencana dan harapan masih bergelantungan. Tidak ada mimpi yang lebih besar kecuali untuk membuatnya menjadi nyata satu per satu nanti. Tunggu saja.

Lalu saya berpikir apa yang sudah saya punya ketika menginjak umur 31 ini. Wah, awal tahun ini begitu banyak berkat yang dicurahkan untuk saya dan keluarga. Sementara melihat ke kiri dan ke kanan, saya bersyukur betul, kami, keluarga besar masih bisa bersama-sama terus meskipun waktu untuk berkumpul kian mahal harganya.

Katanya memang jangan pernah menakar dan mengukur berkat yang sudah disiapkan untuk kita. Saya tahu betul itu. Karena di perjalanan saya ini, begitu banyak berkat yang sungguh di luar dugaan, di luar perkiraan, dan di luar perhitungan saya.

Dan diluar semuanya itu, saya bersyukur punya kamu disini. Tetaplah disini, supaya hari-hari ini nggak cuma berasa normal, tapi selalu istimewa di setiap hadirnya.

Happy birthday, me

Namanya Skala Prioritas

Ada banyak hal yang sedang berseliweran di dalam kepala saya. Hal berupa rencana, maupun sekedar angan-angan. Dari yang memang penting, sampai ke yang nggak penting alias biasa-biasa saja. Dari yang harus terjadi sampai ke yang tertoleransi bilapun tidak terjadi pada akhirnya.

Sebagian adalah mimpi saya sejak lama. yang sebagian lagi baru saja terpikir barusan, tapi toh cukup mengganggu.

Tidak ada jalan di muka bumi ini yang memungkinkan semuanya berjalan bersamaan sesuai kepengen saya.

Saya bisa mengambil setengah langkah mundur (bahkan tidak satu langkah), untuk melihat kembali bagaimana saya sebaiknya menyusun semua ini hingga kelak semuanya bukan cuma sekedar mimpi dan angan, tapi ada dalam genggaman saya.

Sebentar, saya sedang melihat dari belakang. Lalu saya akan mengambil langkah yang kata orang-orang sih namanya Skala Prioritas.

Nggak bisa semua-mua jadi nyata dalam waktu yang bersamaan. Satu-satu ya, yang sabar. Kelak kita buat nyata semuanya. Dan kita tahu saya bukan cuma sedang bermimpi.