Generasi Coca Cola Hangat
Budaya ngopi di coffee shop memang tambah merebak. Kadang kala, rasa kopi jadi urusan kedua setelah “tempatnya bagus ga? instagramable ga?” dan kemudian “wifi nya kenceng ngga? colokan listriknya banyak ngga?”. Iya, ujung-ujungnya kebutuhan akan adanya coffee shop sebenernya bukan buat ngopi-ngopi amat tapi buat nongkrong. Ini pada umumnya lho ya, bukan semuanya. Saya tau persis kok masih ada pecinta kopi yang nggak peduli tempatnya nggak instagramable dan wifinya ga kenceng tetap dateng hanya untuk kopinya.
Kemudian nongkrong berlama-lama di coffee shop jadi hal yang biasa. Ada yang duduk sendirian asik dengan laptop dan earphone (ini saya), ada juga yang asik bersama teman-teman ngobrol ketawa-ketawa (ini saya juga sih). Yang duduk mojok sambil bisik-bisik juga ada (ini masih saya).
Duduk di coffee shop memang jadi kebutuhan buat banyak orang (baca : saya). Secara pribadi, ketimbang tempat yang instagramable dan wifinya kenceng, kalau duduk sendirian dan berniat buka laptop atau buka buku saya lebih suka pilih coffee shop yang suasananya sangat coffee shop : lagunya ga kenceng-kenceng amat, tempatnya ga berdesakan, dan ada colokan listrik. Untuk Bandung, tempat yang memenuhi syarat-syarat ini adalah Yumaju Coffee, Blue Doors, Kozi 1.0 dan Cottonwood. Untuk menulis artikel-artikel ringan saya suka duduk di sana. Kalau artikelnya berat dan perlu banyak browsing, saya duduknya di rumah, yang koneksi internetnya lebih reliable. Buat saya, kalau kerja sebaiknya memang ga menggantungkan diri sama wifi gratisan kan ya. Ngopi di tempat yang enak aja udah enak, wifi itu buat saya bonus aja.