Menutup 2013 (dengan senyum)

Saya menutup 2013 ini dengan kesibukan yang standar saja, nyelesain kerjaan, bayar utang tulisan di surgamakan.com dan tentu saja di blog ini, beli hadiah taun baru buat keponakan, dan makan enak. It’s a must, makan enak untuk menutup sebuah tahun.

Bandung mulai macet dimana-mana, membuat saya berpikir dimana saya harus duduk dan santai sejenak tanpa harus kena resiko ga bisa pulang saking macetnya. Seperti tahun tahun sebelumnya setelah menikah, saya tentu saja akan melewati pergantian taun nanti di rumah mertua. Ada tradisi yang (belum atau tidak) boleh dilewatkan, berdoa bersama dan kumpul-kumpul. Saya pribadi sih sudah bertahun-tahun tidak berdoa secara pribadi. Saya memandang tradisi berdoa bersama ini sebagai niat bikin seneng orang-orang yang kita sayangi, anak, suami dan tentu saja mertua beserta keluarga besar.

Tahun 2013 bisa dibilang tahun yang paling penuh warna di dalam hidup saya. Banyak hal yang terjadi. Kalau 2012 kemarin seimbang antara yang menyenangkan dengan yang menyebalkan, maka dengan senyum lebar sampe kuping saya bisa bilang bahwa 2013 ini membawa banyak hal yang bikin saya senang. Banyak senyum, banyak ketawa, banyak bersyukur.

Pergi ke banyak tempat baru, mencoba banyak hal baru, makan makanan baru. Semuanya bikin hati senang.

Pertemanan selalu jadi faktor penting setiap saya mengukur apa yang sudah saya capai dalam hidup ini. Selama 2012 dan 2013 tidak terlalu banyak bertemu teman baru, hanya satu dua atau tiga-lah. Tapi kebanyakan dari mereka begitu klik dengan saya sampe rasanya seperti bertemu teman lama yang kemudian punya kebutuhan untuk ketemuan satu sama lain.

Teman-teman yang sudah dekat sekian lama pun selalu jadi salah satu faktor yang membuat saya berpikir bahwa hidup ini memang patut disyukuri. Mereka ada dengan becandaan garingnya, dengan shoulder to cry on nya, dengan telinganya yang super tebal mendengarkan keluh kesah, omelan, dan curhat saya yang tak ada ujungnya itu. You know who you are. Bear with me in 2014 ya. 

Resolusi untuk 2014 nanti biarlah saya simpan dalam hati saja ya, supaya kalau pada kenyataannya tidak tercapai, saya nggak malu-malu amat. Yang pasti, 2014 nanti saya ingin lebih bahagia, lebih enteng menghadapi segala sesuatu, dan lebih banyak kerjaan biar ga punya waktu mikirin hal-hal yang nggak perlu dipikirin. Pengen lebih kurus sedikit tentu saja (seperti harapan tiap taun), pengen jalan-jalan lebih banyak ke tempat baru sama kesayangan. Semoga semuanya terwujud supaya akhir 2014 nanti saya bisa menutup taun dengan senyum seperti hari ini ketika saya menutup 2013.

Happy new year, survivors!

IMG_2048

Terlambat 4 Hari

Tulisan ini yang terlambat diposting sampai 4 hari.

Harusnya kan diposting 27 Desember 2013 kemarin, persis 3 taun setelah papa meninggalkan kami semua karena sakitnya.

Tidak akan berpanjang panjang cerita mengenai sakitnya papa karena saya pernah cerita di postingan sebelumnya. Tapi pengen cerita mengenai kami, terutama saya, tanpa papa.

Kalau ada penyesalan yang masih terus terpikir sampai saat ini, adalah omongan papa yang banyak saya nggak dengerin. Betapa hidup saya akan lebih mudah dan less trouble kalau saja saya lebih mendengar apa katanya waktu itu. Tapi di sisi lain, saya banyak belajar dengan apa yang pernah saya alami, terutama hal-hal yang tidak mengenakkan. Yah kalo kata orang sih ambil saja hikmahnya, sementara kata saya sih “yaudahlah ya mau gimana lagi sudah terjadi”.

Satu hal lagi yang membuat saya inget papa kemarin kemarin, adalah ketika ngobrol dengan seorang teman dekat mengenai kebegoan saya akan banyak hal. Misalnya kasus politik yang sedang ramai dibicarakan. atau soal masalah-masalah lain yang kayaknya lumayan penting sampai mengisi berita-berita utama di surat kabar, di majalah, dan di televisi. Sejak papa nggak ada, saya kehilangan teman mengobrol mengenai itu semua. Nggak ada lagi yang langganan majalah Tempo, yang waktu saya kecil dengan semangat bercerita kenapa majalah itu dibredel dulu. Kemudian berganti langganan majalah Gatra yang menurutnya ga seasik Tempo dulu. Yang saya baca sekarang hanya timeline twitter. Paling banter buka link yang di post orang di twitter. Berita lebih cepat didapat tapi saya kehilangan teman diskusi yang membuat saya merasa saya harus lebih banyak membaca dan buka mata akan hal-hal yang terjadi di sekitar. 3 taun tanpa papa, saya kehilangan motivasi untuk jadi orang yang tau tentang banyak hal. Juga kehilangan teman berantem karena dari dulu kami memang tukang berantem. Akan banyak hal.