Kopdar di Toko Coklat

Aww… postingan pertama dari si tablet πŸ™‚ Ternyata udah lumayan lama ga posting ya, Bener si Anis bilang, kita ini blogger offline, kebanyakan kopdar daripada posting πŸ™‚ Dan satu yang saya sadari, pantes aja ga bisa cari duit dari nge-blog, begitu kudu ngeblog dikasih deadline, seperti postingan soal Aston, langsung melempem idenya 😦 ah well … semoga abis posting yang satu ini masih punya ‘hasrat’ untuk posting satu lagi. Semoga.

Well, seperti hari Jumat yang sudah sudah, Jumat tanggal 28 ini kita kopdar juga. Bilanglah komunitas blogger. Yang ada, sesungguhnya kok lebih mendekati komunitas facebooker ya ? Di kopdar tadi, Yessi malah nyatet alamat email aja untuk add facebook dibanding nyatet alamat blog. Alasannya cukup dapat diterima, di facebook, semua bisa ketauan, foto, blog, dan daily activities, hahaha…. couldnt agree more with you, Yes.

Tadi kopdar di Toko Coklat. Jujur aja, saya semangat banget mau kopdar di tempat ini. Soalnya beberapa kali nggak sengaja lewat, tempat ini menggoda banget. Keliatannya ‘hangat’ dan welcome sekali. Saya bukan penggemar berat coklat seperti Bayu tapi toh saya tertarik untuk nongkrong disitu, merasakan kehangatan tempatnya dan juga mencoba berbagai hidangan coklatnya. Karena itu, dari kopdar minggu lalu di Aston, daya udah ‘ribut’ aja untuk kopdar di Toko Coklat (sebelumnya kami sebut Rumah Coklat, ternyata salah). Antusiasme saya juga membuat saya bolak balik melihat iklan di Bandung Info Media untuk liat foto tempat dan alamat lengkapnya. Temen2 di milis flexi tentunya tau gimana siang tadi saya kirim sms berupa alamat lengkap si Toko Coklat beserta nomer teleponnya. Itu karena saya mencari iklan lengkapnya, juga googling, siapa tau ada yang pernah menulis soal tempat baru ini. Pendeknya, saya super semangat.

Tiba di tempat, gada yang aneh. Menu yang saya nilai cukup sedikit untuk ditawarkan, toh tidak menciutkan niat saya untuk mencoba beberapa hidangan. Risoles ham & keju jadi pilihan utama. rasanya ngga malu2in. Meskipun kalo dipanasin dalam microwave tentu lebih menggoda, harganya yang Rp. 6000 juga cukup worth it lah πŸ™‚ Apalagi saya penyuka risoles, pastel, croquet, you name it πŸ™‚ Buat minuman rupanya tidak terlalu banyak pilihan. Berhubung panas banget tadi, ice chocolate jadi pilihan pertama saya. Habis dalam 3 kali sedot πŸ™‚ lumayan enak, walaupun agak terlalu mahal, Rp. 15.000. But hey, we also pay for the nice place πŸ™‚

Ada di Toko Coklat, tentu aneh kalo kita nggak makan coklat kan. Ganache Rhum dan Liquor jadi pilihan saya. Harganya ga terlalu mahal, Rp. 3500 dan Rp. 4500 saja sebijinya. Meskipun ngga mungkin makan satu kan ya ? jadi ya, Rp. 15.000 an juga jatohnya. Rhum nya kerasa banget, kalo yang suka dengan aromanya, this will be your favorite. Apalagi yang liquor. Saya jarang nemu coklat lokal seenak itu. Wah, laen kali ngga usah minta oleh2 dari Holland, ini ada coklat lokal yang ngga kalah enak ! Sembari makan pesanan sendiri, saya sempat ‘membantu’ Rolly ngabisin soup pesenan dia. Menurutnya, soup nya agak aneh, sementara menurut saya, it was one of the best πŸ™‚ sayang aja udah dingin. Yah namanya juga minta, hehehe.

Hari tadi Toko Coklat lumayan rame. Meja yang tersedia nggak terlalu banyak. Kita karena banyakan, kebagian tempat di dalam ruangan. Sementara ada 2-3 meja terisi di halaman samping. Seperti saya bilang, suasana cukup hangat.

Ya, suasana hangat sampai saya mendapati wajah yang cukup nggak enak dari tempat saya duduk. Setelah saya beberapa saat mengamati, rupanya wajah ngga enak itu berasal dari si empunya Toko Coklat. Berulang kali saya mencuri pandang, wajahnya mengatakan bahwa dia terganggu dengan kehadiran kami disitu. Ada sekitar 20 orang kami kumpul, dan tentu aja suara udah ga bisa dikontrol lagi ya. Semua melepas rindu. Apalagi ada Lala yang baru dateng dari Jakarta. Semua panik dan berengerubutin Lala. Dengan volume suara yang memang tidak terkontrol. Saya cenderung diam dan bolak balik ngecek sms yang memang juga perlu dibalas. Sesekali ketawa bareng temen2 tapi tetep ngerasa si empunya tempat merasa nggak nyaman dengan kehadiran kami disitu. Selain saya, Aki rupanya merasakan hal yang sama. Dia berinisiatif untuk datengin si empunya tempat dan nanya. Saya tadinya kurang setuju. Saya pikir, sudahlah, daripada bikin suasana ngga enak. Tapi Aki bilang, “we dont deserve an expression like that here“. Mendengar itu, saya setuju banget. Gini ya, saya kebetulan bekerja di tempat umum dimana saya mengandalkan tamu2 yang dateng dan makan di tempat saya for running the business. Giliran ada tamu yang nyebelin aja, saya harus tetep welcome dan senyum lho. Ini, jelas2 kita ada disitu, wajahnya HASEUM (baca : asem). Dan they both, husband and wife I think, had similar expression.

Setelah dihampiri dan ditanya apakah mereka keberatan dengan keberadaan kita disitu (bayangin, masa sih ada harus keberatan kita makan disitu?), kita dapat juga jawaban. Ok, they were worry because they plan to close the shop at 8 and it was 7.30 already. Ah terjawab sudah…. rupanya khawatir kita nggak bubar di waktu yang diharapkan :). Sebetulnya sederhana aja, tinggal bilang toh? Bahkan seharusnya mereka bisa memakai kesempatan itu untuk last order ya. Bisa bilang, “Hey, we’re closing at 8, so will you guys make a last order? “. It’s a good way to make money, because people will feel they have to make an order πŸ™‚ Bekerja di beberapa tempat dengan bidang serupa membuat saya lumayan paham soal itu.

Aki sempat menduga bahwa mereka merasa jumlah orang yang dateng mungkin tidak sesuai dengan jumlah order yang dibuat. Tapi mengamati beberapa dari kami bolak balik memesan dengan menu yang memang ‘sekedarnya’, rasanya itu bukan alasan yang tepat. Kalau saja mereka sadar bahwa omongan customer adalah cara yang paling baik untuk berpromosi πŸ™‚ Kita mungkin cuma duduk disitu dan menghasilkan omzet sebesar tiga ratus ribu sekian, tapi if we had a great time there, imagine what will they get? a free promotion! Masa kita harus bilang kalo kita2 ini blogger yang tulisannya lumayan beredar dimana2 sih? Hehe, *sombong*

Ah well, kesian Anis dan Yessy yang dateng belakangan, yang makan

Anis Panik Nunggu Milkshake :)

spaghettinya buru2 bener dan panik karena kita udah minta bill even before the milkshake came. Maaf ya Nis, baca postingan ini tentu membuat Anis ngerti? hahaha……

So, dengan pemikiran bingung, kenapa di hari weekend ini mereka tetep insisted tutup jam 8, kita bubar jam 20.10. Maaf lho, membuat terlambat 10 menit πŸ™‚ Tapi kita sempet foto bersama di depan Toko Coklat, untuk mengingat bahwa suatu saat dulu kita pernah kopdar disitu (saya nggak yakin akan ada kopdar lanjutan di tempat yang sama, to be honest).

So, the big question is, will I come again in the future ? I think so, maybe. Kalo suatu waktu saya pengen makan coklat enak, dan engga terburu2 πŸ™‚ Soalnya alasannya ada 2. Supaya nggak merasa ‘terusir’ dan juga halaman samping itu kayaknya asyik juga dipake ngumpul di sore hari.

Oya, waktu kita bubar jam 20.10, satu meja di halaman samping itu masih ada tamunya. Wondering aja, apa cara mereka untuk ‘mengusir’ tamu itu ya ?

Oya, kopdar hari ini asyik banget.Ada 5 blogger yang baru gabung… ayo, selain Yessy, mana alamat blognya ? πŸ™‚ Buat yang lagi liburan di Bandung, hope you have the nicest holiday here in Bandung. Buat yang masih di Bandung, jangan lupa kopdar minggu depan ya πŸ™‚

Seabis Toko Coklat, kita sempet makan baso malang yang enak di deket situ, dan akhirnya bubar, saya langsung menuju Chill Out, dimana harus ketemu beberapa temen. Sampe rumah almost midnight, tapi ngotot harus posting ini. Hope you all have a nice evening like I did (kecuali muka HASEUM itu tadi, betul2 tidak termaafkan, hehe).

Tidur yuk ?

nb : oya, fotonya nyusul yah, masih nunggu dari Wirawan atau Bayu.

eh, ini udah ada fotonya πŸ™‚ Makasih ya Bayu, kamu memang Bayu Hebat!

Kopdar di Toko Coklat

Kopdar di Toko Coklat
Kopdar di Toko Coklat

Kopdar di Toko Coklat

Voucher Nginep Gratis di Hotel Aston Braga

Ha, kopdar Batagor yang setiap hari Jumat itu kian lama memang kian menghangat. Ngopi Doeloe, Paskal Hypersquare dan terakhir di de’Risol kayaknya semakin ‘menguatkan’ bahwasanya ada blogger2 yang enggak sekedar ketawa2, makan2, ngumpul2 tapi juga selalu mencari sesuatu yang bisa dikerjain sama2.

Nah, Jumat ini, tanggal 20 Maret 2009, ada yang beda di kopdar rutin tiap Jumat itu. Agendanya datang dari Hotel Aston Braga Bandung. Kita semua diundang untuk ikut tour keliling Aston, dimana nanti bakalan ada room inspection, kunjungan ke fasilitas2 yang ada di Hotel Aston Braga, juga ada coffee break yang tentunya sayang kalau dilewatin.

Istimewanya lagi, buat postingan yang paling menarik, akan mendapatkan berbagai hadiah dari Hotel Aston Braga Bandung, antara lain ; (nyontek di milis nih)

Juara 1 : Voucher menginap sehari semalam di Two Bed Room Hotel Aston Braga (Ruangan 2 Kamar Tidur) Braga disertai gratis breakfast untuk 2 orang
Juara 2 : Voucher menginap sehari semalam di Studio Room Hotel Aston Braga
Juara 3 : Voucher Dinner untuk 2 orang di Hotel Aston Braga

Acara ini tentu saya FREE, bahkan dijamu coffee break sama Hotel Aston nya. Jadi dateng ya, jangan sampe engga. Jam 16.00 di pelataran Braga City Walk, atau hubungi Amalia Mustika Sari di amaliasari@gmail.com atau melalui ponsel di 022-70324693 buat keterangan lengkapnya.

Kenapa penting untuk kita briefing sebelum mulai tour keliling Hotel Aston? karena di briefing itu akan dijelaskan mengenai kriteria pemenang yang akan dipilih langsung dan menjadi kewenangan penuh dari Management Hotel Aston Braga.

So, see you guys !

Kartu ATM, grrrrrr….!

Hubungan saya sama kartu ATM ga pernah bagus. Saya prefer nggak deket2 sama yang namanya kartu ATM. Bukan masalah jadi bolak balik ngambil uang terus sih, wong uangnya juga cuma segitu2nya. Tapi saya cenderung jadi bodoh, pelupa akut dan clumsy abis kalo deket2 kartu ATM.

Pertama, ketinggalan kartu ATM di mesinnya setelah ambil uang. Baru sadar 2 hari kemudian, saat libur lebaran dimana bank nya tutup dan uang di dompet ga bersisa sedikitpun. Akhirnya pinjem papa. Haha, gede2 nyusahin aja. Yang kali ini saya nggak terlalu khawatir, soalnya yakin bener kartunya ketinggalan di ATM, dan ATM BCA itu saya hafal banget, selalu minta PIN lagi untuk transaksi selanjutnya.

Nah sebelnya pas ngurus kartu ke Bank nya. Udah ngantri laaammmmmaaaa, pas nyampe customer service, dia malah nanya, “emang di IBCC ada ATM BCA gitu?” dengan mimik muka minta dilempar seolah saya ngarang. Sebel kan. Sebelnya lagi, mau ambil uang pake buku tabungan ga bisa, karena harus ada kartu ATM nya (yang membuat saya merasa rupanya buku tabungan ini ngga lagi ada gunanya). Sebelnya masih ada beberapa tapi daripada kebanyakan ngomel, kita lanjut aja ke kebodohan saya selanjutnya.

Yang kedua yang paling gawat. Pasalnya ketitipan kartu ATM suami yang baru aja gajian (yippie!). Setelah ambil uang, saya kemudian pulang, baru sampe rumah nyadar bahwa kartu ATM nya ketinggalan lagi di ATM! PArahnya, saya nggak hafal ATM Bank Mega, apakah selalu minta PIN atau bisa terus transaksi sampai uangnya habis. Oh no! mana suami baru abis gajian banget, duh! Belakangan baru sadar lagi bahwa itu bukan ATM Bank Mega sendiri
tapi ATM bersama, yang mana akan menyulitkan pengurusan di hari pengurusan kartu ATM kelak, hahah…. Tapi pendek cerita, uangnya aman, ga ada yang ambil, thanks God, dan ngurusin kartu nya pun sama sekali ngga susah πŸ™‚

Yang selanjutnya, saya nilai sebagai kebodohan tingkat tinggi adalah kejadian saat saya ngambil uang agak banyak, jadi penarikannya beberapa kali. Pas penarikan ke sekian, saya malah sibuk baca iklan2 di sekitar mesin ATM, iklan soal Bank Mega sih. Alhasil pas uangnya nongol, saya ga liat, dan uangnya tertelan kembali dengan sukses, saudara2!. Ya ampun, meskipun uangnya ga ilang, tapi repot lagi tu ngurusnya 😦 Makanya, kayaknya kalo di ATM itu jangan terlalu banyak brosur atau apa pun yang ditempel2 deh, jadi mengalihkan perhatian *pembenaran diri*.

Mari kita lanjut, yang baru saja terjadi adalah kartu ATM ketinggalan lagi, kali ini ATM BCA, dan untungnya ada orang yang ngambilin dan manggil2in saya. Tengsin juga karena yang ngasih nya ganteng sementara saya keliatan bodohnya. Duh!

Kampanye, Katanya

Saya masih nggak ngerti gimana caranya kita memilih seseorang untuk jadi wakil rakyat cuma dengan modal foto doang. Beneran ngga ngerti. Terus apa dong yang menjadi dasar kita milih dia ?

Iya, gemes banget dengan beredarnya foto2 caleg di seantero kota Bandung ini. Fotonya banyakan ga enak diliat, dan juga yang jelas, bikin kotor! dan kebayang juga berapa uang yang dikeluarkan untuk kepentingan kampanye seperti ini.

Dari beberapa foto yang saya perhatikan, ada yang mukanya berminyak (yiks!), banyakan lagi yang mukanya engga banget buat difoto alias ga fotogenik atau memang jelek aja kali ya. :P. Bukan ngehina nih, tapi kan ya boleh aja saran πŸ™‚ atau minimal bedakan deh Bu, kok ya minyakan begitu mukanya.

Satu hal yang paling sebel ya, kalo atribut kampanye nya mulai dengan “Cara memilih dalam PEMILU 2009”, contreng nomer sekian. Lah, kalo saya ga contreng nomor yang dimaksud? apa saya jadi salah? Ih jangan salah ya, di sekitar kita tuh masih banyak orang2 yang lugu lho, informasi begitu kan bisa ditelan mentah2, menyesatkan. Buat saya sendiri, ini namanya pembodohan. Apalag iini kan kali pertama Pemilu kita dengan metode contreng.

Ga tau ya, tapi saya yang bodoh dan buta politik ini merasa, yang sebel kayaknya bukan cuma saya ni. Jalanan pada kotor, pemandangan kok wajah itu2 lagi,belum lagi selebaran yang bolak balik dikirim ke rumah. Oya, belum lagi flyer2 yang ditempel depan rumah, enggak banget kan. Nah kalo udah banyak yang sebel, apa nggak bakal nambahin orang yang ada di barisan gol-put? Padahal katanya jangan golput yah.

Kapan sih PEMILU nya? 9 April ya. Mmm… hari Kamis tuh, libur dong? Hehehe.. Gimana kalo 3 hari aja PEMILU nya πŸ˜›

Terus, saya pilih apa ya? golput? nggak ah. Eh gimana nanti aja deh. Mmm, eh kan LUBER, Langsung Umum Bebas Rahasia, cenaaahhh….. Jadi atuh ga boleh bilang2…. πŸ™‚

Waktu SD

Belakangan ini dunia fesbuk saya lagi rame sama temen2 SD yang katanya pada mau reunian. Mulanya, karena tiba2 ada satu temen SD yang sejak lulus 18 taun lalu, ga pernah sama sekali ketemu, jadi ga keikutin tuh jejaknya, kuliah dimana dsb. Tiba2 dia nge add saya, pasalnya 1 friend in common, dosen saya waktu kuliah. Ternyata sekarang dia juga ngajar sebagai dosen di tempat kuliah saya. What a sweet coincidence. Langsung deh rencana mau reuni bergulir.

Dari situ merembet ketemu temen2 yang lain. Lucunya, ternyata kita ngga punya memory yang sama satu sama lain. Saya inget banget sama orang yang satu, sementara temen saya nggak pernah inget punya temen itu di SD. Lain hal, saya nggak ngeh dengan seseorang di SD, ternyata semua inget sama dia. Ini nggak pernah saya sadarin sebelumnya, bener juga ya, kita kan memperhatikan hal yang beda2, tentu memorinya juga beda2 ya.

Ada temen saya nulis di wall, “ahaha, Shasya yang dulu sekolahnya pake sepatu NIKE”. Haha, katanya dulu saya kalo naliin tali sepatu, kakinya naek ke atas meja, jadi dia inget bener merek sepatu saya. Jadi questioning, kalo sepatunya merek SPOTEC, kakinya naek ke atas meja juga ga ya? hehe.

Laen waktu chat on line via FB sama temen SD juga. Ingatan mulai bertebar2, lu inget ga si A yang rambutnya oily, inget si B ga yang kaos kaki nya coklat? inget si C ga, yang gigi nya roges2? huahahaha…… gila, kecil2 udah engga-engga aja merhatiinnya πŸ™‚

Ada juga cerita sedihnya, waktu saya nanya2 soal seorang temen yang dulu kecengan abis saya :), ternyata dia udah meninggal. Kapan meninggalnya, saya nggak tau. Sedih, karena sejak lulus dulu, sama sekali ga pernah ketemu. Dan dia itu beneran kecengan saya waktu kecil dulu πŸ™‚ Temen saya bilang, cinta monyetnya Shasya, hehe.

Setiap hari, miracle di FB ini nggak ada habis2nya. Suatu waktu, saya ngabisin waktu, search temen2 SD, ada yang namanya tau dengan lengkap, ada juga yang engga. Banyak juga yang ketemu, tapi ada juga yang nyasar πŸ™‚ Abis fotonya pada ga jelas2 sih ah *ngomel*

Ingetan temen2 tentang saya juga lain2. rata2 sih pada bingung kok akhirnya jadi perempuan saya ini, hehe. Kayaknya waktu SD dulu saya tomboy abis deh, ada juga yang bilang saya suka nonjok2, ada juga yang ngingetin kalo dulu saya sukanya keliling2 sekolah pake sepatu roda :), sementara orang laen pelajaran tambahan buat ujian, heheh.

Satu hal yang saya inget akan SD saya, adalah segimana beragam isinya anak2 di sekolah itu. Dan indahnya, waktu itu saya ngga pernah ngeh kalo temen saya yang satu ini, chinese, temen saya yang satu itu, batak, yang lain apa lagi… Semua terasa sama aja dulu. Pas inget ini, saya jadi inget untuk sekolah Biyan entar, saya juga mau pilih yang sekolahnya beragam pula ah :). Supaya lebih banyak kenal macem2 orang.

Ga sabar mau nunggu reunian ni ah jadinya πŸ™‚

Ajak Ngobrol Aja!

Yang namanya ngasuh anak jaman dulu sama jaman sekarang kan beda banget. Satu hal yang paling saya ga suka dari ‘metode’ pengasuhan jaman dulu adalah saat anak kejeduk pintu, atau kejeduk apa kek’ yang laen gitu. Inget ga kalo dulu orang tua kita suka mukul2 pintunya atau lantainya dengan maksud ‘menghibur’ si anak? Memang sih saya perhatiin, si anak emang suka jadi berhenti nangisnya. Secara psikologis, mungkin si anak merasa ada hal lain yang bisa ‘disalahkan’ makanya dia ga perlu ‘menderita’ lagi πŸ™‚ Padahal, namanya kejeduk kan tetep aja sakit ya. Ga jadi nyalahin orang/barang apapun itu sakitnya jadi ilang kan?

Di hal lain, orang tua jaman dulu juga kok kayaknya hobbynya sembunyi2 ya. Gini deh, Biyan itu memang suka nangis kalo oma nya pulang. Kali merasa ga ada lagi yang manjain, hahaha…. Untuk menghindari si Biyan nangiss2 itu, mama saya suka pulang diem2 alias sembunyi2. Memang sih ya, kadang berhasil, tapi kadang juga engga. Yang ada, Biyan malah jadi tambah keras nangisnya. Hal lain lagi, soal selimut favoritnya Biyan. Saya ogah menyebutnya ‘jimat’ karena rasanya kok jadi ketergantungan banget dan negatif aja kedengerannya. Dulu, adik2 saya juga punya masing2 ‘barang favoritnya ‘nya, ada yang bantal, selimut, sama sarung guling. Mereka suka marah tuh kalo barang kesayangannya dicuci. Makanya, si mama suka nyuci diem2, dijemur diem2, sampe kering. Kalo pas ga ketauan ya aman2 aja sih. Tapi pas tau, suka malah pada tambah marah dan nangis jadinya.

Saya ga merasa lebih pinter dari si mama dalam ngurus Biyan ya, tapi saya ingin coba menerapkan hal yang sama sekali beda dengan apa yang dijalankan mama saya selama 30 taun ini :).

Pertama ni ya, kalo kejeduk, atau jatoh, atau kesenggol apapun, saya ga pernah memperlihatkan reaksi berlebihan. Santai aja, meskipun dalem hati suka juga deg2an takut dia kenapa2 πŸ˜€ Terbukti ya, faktor psikologis ternyata lebih ngarus dibanding faktor fisik. Biar udahnya benjol, tapi Biyan jarang sekali nangis keras2. Kalo jalan di kompleks aja, lututnya udah lecet2 dan berdarah sedikit, dia tetep aja asyik keliling2. Kalo udah gitu, saya paling buru2 kasih obat aja, dan biarin dia lari2 lagi.

Kedua, soal ninggalin Biyan. Saya ga pernah pergi kerja sembunyi2. Meskipun dia suka pengen ikut, dan akhirnya nangis, saya selalu pamit sama dia kalo mau pergi kerja. Juga kalo si mama mau pulang, saya biasakan Biyan untuk selalu say goodbye sama omanya, belakangan metode ini ternyata berhasil, Biyan jadi ngerti kalo oma nya setiap malam harus pulang dan besok pagi selalu datang lagi unutk jagain dia. Memang sih ya, seringkali masih suka nangis aja, namanya juga anak orang bukan robot, hehe. Tapi keliatannya makin hari dia makin ngerti.

Satu lagi soal selimut kesayangannya yang harus sering2 dicuci itu. Abis dibawa kekmana2 sih, jadiya memang cepet kotor. Pertama2 saya juga suka bingung, gimana nih cara cucinya, karena kan Biyan nyari2in terus. Nah, sekarang sih tiap mau cuci selimut itu, saya selalu ajak dia untuk ikut cuci selimutnya. Jadi dia belajar ngerti kalo selimut kesayangannya itu memang harus dicuci sering2. Yang lucu, sekarang, kalo selimutnya kotor, dia udah bisa aja ke tempat cuci sambil gumam gumam “cuci cuci cuci” πŸ™‚

Nah ini hasil editan karena diingetin Anis. Jadi ya pernah waktu si selimut itu dicuci, Biyan ngotot minta naek ke tempat jemuran diatas. Pas pegang, eh selimut belum kering. Karena tau kali ya, basah.. yang ada dia malah nyingkirinΒ  jemuran yang lain supaya selimut dia aja yang kena sinar matahari dan jadinya lebih cepet kering :). Kali pikir dia gapapa jemuran mama yang laen ngga kering juga. Yang penting selimutku beres πŸ˜›

Nah satu lagi soal gunting kuku. Biyan paling susah digunting kukunya, kali dia merasa terkekang banget harus duduk diem selama mamanya guntingin kuku dia. Kemaren pas kebeneran kuku tangannya kotor, trus saya pangku sambil kasih tau, “Biyan, kukunya kotor ya. Nanti masuk mulut, lama2 Biyan bisa sakit perut. Tuh liat kuku mama sih bersih. Lain kan?”. Haha, saya ga menduga abis itu si Biyan langsung teriak2, “ting, ting” sambil nunjuk ke tempat saya gantungin gunting kukunya πŸ˜› Udahnya, dia anteng deh duduk sambil saya potongin kuku 10 jarinya.

Memang sih ya, anak2 itu keliatannya kecil terus dan kita pikir dia juga ngga ngerti apa maksud kita, apa mau kita. Tapi ternyata nggak juga lho. Mereka seringkali cukup pinter untuk ngerti maksud kita. Coba deh πŸ™‚

Pacaran Aja Dulu :P

Lagi inget masa2 pacaran dulu nih. Itu tuh, waktu musim2nya lagi dideketin, diteleponin like a million times a day, di sms sampe inbox penuh penuh ga bisa terima sms lain dan diingetin untuk makan sehari tiga kali (kalo sekarang ada yang ngingetin, paling nyolot, “ga mungkin lupa orang gua LAPAR” – hehe). Kalo kebanyakan diingetin suka pengen gigit jadinya πŸ™‚

Nah dulu waktu pacaran, saya suka belibet tuh bagi waktu sama temen. Anak2 ngajak kongkow pas malem minggu, eh si pacar juga ngajak nonton malem minggu. Untuk pergi dua2nya, ya ga mungkin aja, bisa2 pulang2 dikunciin si engkong karena kemaleman.

Kalo udah belibet gitu, seringnya saya suka duluin pacar. Iya sih, katanya yang namanya temen lebih penting. Dan jangan sampe pacaran trus nglupain temen. Untuk yang satu ini, saya malah mikir, temen itu kan selamanya ya. Sementara pacar? Kan ga semuanya jadi selamanya, pasti akhirnya yang jadi cuma satu kan, hehe.

Buat saya, yang namanya teman itu kan harusnya selalu ada ya. NO matter what, they will (or should?) be around us. Sementara pacar itu perlu penjajakan. Makanya buat saya kalo cuma punya 1 jam waktu, mendingan pacaran dulu aja, hahahaha….

Waktu masih sama2 pacaran, saya sama Lala si soulmate malah suka lebih gila lagi. Jadi ceritanya dia itu dulu pacarnya di Australi. Kalo kita lagi telponan atau bahkan lagi ngobrol trus si pacarnya itu telepon, ya udah aja kita sudahi percakapan kita kadang2 malah tanpa basa basi ;

saya : bla bla bla… ginigituginigitu….

soulmate : eh pacar telepon. dadah

“klik”

saya : “krik krik” – suara jangkrik pertanda hening

Pertamanya sih saya suka kesinggung ya, ih kok dia duluin pacarnya dari saya. Tapi lama2, saya juga ngeh kalo dia kan tentu butuh waktu yang lebih lama untuk mengenal pacarnya dibanding mengenal saya πŸ™‚

Dan luar biasa nya, saat kita putus sama pacar masing2, beneran aja, yang namanya temen itu kan selalu aja jadi temen. Siapa lagi yang wipe our tears kalo bukan temen? Sapa lagi yang selalu siap sedia kasih pelukan saat kita ancur2an karena cinta? ya temen juga.

Kamu lagi ancur2an karena cinta ?

– find your friends and laugh with them, they’re always there!

Kamu lagi asyik pacaran ?

– nikmati masa2 itu, kan belom tentu jadi sama yang ini.

Hahahaha…….. mo ngomong dengan gaya natural tapi kok kesannya jadi ‘mengutuk’ yah. duh. Ga maksud mengutuk kok, sumpah πŸ™‚

Nggak Usah Judes

Suka pada makan di tempat umum kan? Maksudnya di cafe, di restoran, di kedai, atau di tempat makan pinggir jalan. Saya, suka banget. Makan ngga harus mahal, asal diladenin, selalu aja enak, hehehe.

Belakangan saya suka merhatiin orang-orang yang makan di tempat umum tadi ya. Utamanya, cara mereka manggil waiter atau waitress untuk minta sesuatu. Ada yang sibuk ngangkat tangan tinggi, ada yang sibuk teriak2, ada yang harap2 cemas nunggu si waiter/waitress nya lewat.

Saya sendiri, seringkali ada di posisi yang ketiga. Iya, harap2 cemas si waiter atau waitress nya lewat, supaya ngga usah angkat2 tangan, apalagi teriak2. Beberapa orang yang saya perhatiin, suka ada aja lho yang manggil si waiter itu dengan gaya yang bossy (Pong, gua pinjem nih istilahnya). Kebayang ngga sih? iut lho, yang manggilnya dengan nada judes, merintah dan saya rasa nggak ada kontak mata. Kenapa bisa begitu? Mungkin karena si tamu merasa ‘derajat’nya lebih tinggi dari yang ngeladenin kali ya.

ngga usah judes. dan ga usah lama :)

ngga usah judes. dan ga usah lama πŸ™‚

Ga bermaksud menggurui nih. Cuma mau bagi pengalaman aja. Sambil kuliah dulu kan saya pernah kerja di cafe ya. Memang sih bukan bagian service, tapi pernah aja dong ngerasain ngeladenin tamu yang pesen2… pernah juga kerja di butik yang juga bolalk balik ngeladenin tamu minta size, minta warna, dll deh pokoknya. Nah, dari pengalaman itu saya banyak belajar, bahwa kalo kita lagi di posisi ngeladenin, trus tamu yang ada malah nyentak2, atau ga berusaha membuat komunikasi yang cukup ‘enak’ dengan kita, aduh rasanya ga enakkkk sekali. Belom lagi kalo pas kebagain abis long shift, alias jam kerja nggak ada matinya, mana capek, mana akhir bulan, gajian masih jauh, haduuuuh πŸ™‚ Ugh, belom lagi kalo deep down lagi punya masalah pribadi ya.

Makanya, kalo saya makan dimana gitu, atau beli apa gitu di toko apapun, saya selalu berusaha untuk bikin suasana yang enak antara saya sebagai tamu, dengan si waiter atau waitress atau SPG yang ada. Buat saya, judes2 sama mereka beneran nggak ada untungnya lho, malah entar yang ada makanan kita diapa2in, hahaha, males.
Jadi, masih suka pada judes2? ga musim tau ! πŸ™‚


*gambarnya ngerampok dari http://www.collider.com